Hingga COP 27, Negara Masih Hanya Tebar Janji untuk Setop Deforestasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Forest and Climate Leaders’ Partnership (FCLP) melakukan pertemuan pertama dengan melibatkan lebih dari 25 negara pada KTT iklim COP 27 di Mesir pada Senin (7/11/2022). Dalam kesempatan itu, mereka akan saling bertanggung jawab atas janji mengakhiri deforestasi pada 2030.
Kemitraan itu diketuai oleh Ghana dan Amerika Serikat (AS). Pada COP 26 di Glasgow, lebih dari 140 pemimpin negara telah berjanji mengakhiri deforestasi akhir dekade ini.
Namun satu tahun usai janji tersebut, kemajuan penerapan kesepakatan tidak merata. Hanya beberapa negara yang membuat kebijakan lebih agresif mengenai deforestasi.
1. Melanjutkan janji akhiri deforestasi
Lebih dari 25 negara meluncurkan kelompok FCLP pada COP 27 di Mesir. Mereka berjanji saling bertanggung jawab untuk mengakhiri deforestasi dan mengumumkan miliaran dolar untuk membiayai upaya tersebut.
Kelompok baru itu, melansir Euro News, meliputi Jepang, Pakistan, Republik Kongo, juga Inggris. Mereka menyumbang sekitar 35 persen dari hutan dunia dan akan bertemu dua kali setahun untuk melacak kemajuan dari janji mengakhiri deforestasi.
Brasil dan Kongo memiliki hutan hujan yang luas. Namun deforestasi telah menimbulkan banyak keprihatinan termasuk terancam punahnya gorila di Kongo.
"Kemitraan ini merupakan langkah penting berikutnya untuk secara kolektif memenuhi janji ini, dan membantu menjaga tujuan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius tetap hidup," kata Alok Sharma dari Inggris.
Baca Juga: Sinai Utara Mesir Bergejolak di Tengah Perhelatan KTT COP27
2. Dana bantuan pembiayaan mengakhiri deforestasi
Editor’s picks
Sejak lebih dari 140 negara berjanji mengakhiri deforestasi pada COP 26 di Glasgow, kemajuan dari janji itu tidak merata. Hanya beberapa negara yang disebut melembagakan kebijakan agresif tentang deforestasi dan pembiayaan.
Melansir Reuters, KTT di Glasgow menjanjikan 12 miliar atau sekitar Rp188 triliun uang publik hingga 2025 untuk perbaikan hutan. Saat ini, sekitar 22 persen dari dana tersebut telah dicairkan.
Ada juga sumber pembiayaan baru untuk mengakhiri deforestasi. Ini berasal dari Jerman yang akan menggandakan pembiayaan hutan jadi 2 miliar euro atau sekitar Rp31,3 triliun hingga 2025.
Pemimpin Kolombia, Gustavo Petro, mengatakan akan menghabiskan 200 juta dolar atau sekitar Rp3,1 triliun per tahun selama 20 tahun ke depan, demi menyelamatkan hutan hujan Amazon di wilayahnya. Dia juga mendesak negara lain untuk berkontribusi.
3. Tambahan dana pembiayaan dari pihak swasta
Peran hutan sangat penting untuk menjaga agar suhu bumi tidak mengalami kenaikan, sehingga mencegah bencana iklim yang meluas di seluruh dunia. Pembiayaan untuk mengakhiri deforestasi butuh dana yang tidak sedikit.
Pada COP27 di Mesir, pihak swasta mengumumkan bantuan tambahan untuk pembiayaan tersebut. Jumlahnya 3,6 miliar dolar atau sekitar Rp56,4 triliun.
Melansir Straits Times, bantuan itu termasuk dari perusahaan investasi SouthBridge Group yang menggelontorkan dana untuk restorasi hutan di Afrika. Grup Volkswagen dan H&M juga juga sepakat membayar negara dengan hutan tropis dan subtropis untuk pengurangan emisi.
Korea Selatan jadi negara Asia pertama yang disebut menyediakan dana untuk hutan. Seoul akan bergabung dengan Inggris, Norwegia, dan AS untuk berjuang mengakhiri deforestasi.
Baca Juga: Siti Nurbaya: Mitigasi Perubahan Iklim Kerap Terkendala Politik
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.