ICRC Ungkap 2 Tantangan Evakuasi Warga Sipil dari Mariupol, Ukraina

Ukraina tuduh Rusia halangi distribusi bantuan kemanusiaan

Jakarta, IDN Times - Tim Komite Palang Merah Internasional (ICRC) telah berangkat menuju Mariupol untuk membantu proses evakuasi warga sipil yang terjebak. Tapi, mereka tidak diperbolehkan membawa bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan warga.

Ada sembilan staf ICRC yang dikirim bersama dengan tiga mobil. Mereka memimpin konvoi 54 bus yang diharapkan dapat digunakan untuk mengevakuasi warga sipil.

ICRC berpendapat ada dua masalah utama dalam proses evakuasi warga sipil Mariupol. Dua masalah itu, pertama, para pemimpin dua belah pihak telah sepakat dibuka koridor kemanusiaan tapi belum diketahui apakah tentara di lapangan telah mendapatkan pemberitahuan. Kedua, tujuan evakuasi warga sipil Mariupol yang belum jelas.

1. Pejabat Ukraina tuduh pasukan Rusia blokir bantuan kemanusiaan

ICRC Ungkap 2 Tantangan Evakuasi Warga Sipil dari Mariupol, Ukrainailustrasi bantuan dari ICRC (Twitter.com/ICRC)

Serangan di kota Mariupol telah terjadi sejak invasi dimulai pada 24 Februari. Kini, kota itu telah dikepung oleh pasukan Rusia dan sekitar 170 ribu warga sipil terjebak di tengah pertempuran, dengan kekurangan makanan, air, dan obat-obatan. 

Baru-baru ini, Moskow-Kiev telah menyepakati koridor kemanusiaan. Namun, pada Jumat (1/4/22), dilansir RFE/RL, penasihat wali kota Mariupol Petro Andryushchenko mengatakan Rusia menghalangi bantuan untuk sampai ke kota yang dibawa ICRC.

"Sejak kemarin (31 Maret), pasukan Rusia dengan tegas tidak mengizinkan bantuan kemanusiaan, bahkan dalam jumlah kecil. Alasan tindakan tersebut masih belum jelas, tetapi ini mengecewakan," kata Andryushchenko.

Upaya untuk membuka koridor kemanusiaan sebagai jalur pengungsian warga sipil Mariupol telah beberapa kali dilakukan. Tapi semuanya gagal. Kini upaya itu kembali dibuat dan berharap ratusan ribu warga sipil yang terjebak dapat dievakuasi dan diselamatkan dari bencana peperangan.

Baca Juga: Mulai Hari Ini, Impor Gas Rusia Wajib Bayar Pakai Rubel

2. Kota Mariupol hancur dan nyawa warga sipil terancam

Jalur evakuasi Mariupol akan melewati wilayah Zaporizhzhia dan Berdiansk, kota yang telah dikuasai Rusia. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, UNHCR PBB dan ICRC akan membantu evakuasi warga sipil dari kota tersebut.

Gencatan senjata dapat dilakukan untuk memungkinan warga mengevakuasi diri. ICRC menegaskan siap membantu mengeluarkan warga sipil, dengan syarat semua pihak menyetujui persyaratan gencatan senjata.

Dikutip dari BBC, seorang juru bicara ICRC mengatakan, "sangat penting bahwa operasi (evakuasi) ini dilakukan. Nyawa puluhan ribu orang di Mariupol bergantung padanya."

Evakuasi awalnya direncanakan pada Kamis, tapi tertunda karena masalah logistik dan keamanan.

Warga Mariupol yang sudah bisa meninggalkan kota itu menggambarkan bagaimana situasi dan kondisi kota yang benar-benar hancur. Diana Yalovets, mahasiswi berusia 23 tahun, mengatakan "ketika kami mencoba untuk keluar, kami harus menyeberangi pusat kota. Menakutkan melihat jalan-jalan dan bangunan yang hancur."

Sebelum Rusia menginvasi Ukraina, Mariupol adalah rumah bagi sekitar 430 ribu penduduk. Kini 90 persen bangunan di kota itu rusak dan yang terdengar setiap hari hanya suara tembakan dan bom.

3. Dua masalah utama evakuasi warga Mariupol

ICRC Ungkap 2 Tantangan Evakuasi Warga Sipil dari Mariupol, UkrainaIlustrasi warga Ukraina berusaha mengungsi (Twitter.com/Dmitry Kuleba)

Proses evakuasi warga sipil Mariupol saat ini adalah proses yang sangat kompleks. ICRC telah mencoba untuk mengurai masalah tersebut dan menyelesaikannya. Juru bciara ICRC, Ewan Watson, mengatakan operasi evakuasi menghadapi dua masalah utama.

Dilansir Al Jazeera, pertama, pejabat Ukraina dan Rusia telah setuju dengan koridor kemanusiaan, tapi masih belum jelas apakah pesan itu telah disampaikan dan diterima oleh pasukan di lapangan.

Masalah kedua adalah tujuan ke mana orang-orang itu akan dibawa belum sepenuhnya ditentukan dan disepakati kedua belah pihak.

Watson mengatakan, ICRC baru bisa membawa warga sipil dalam konvoi evakuasi jika memiliki jaminan bahwa rute yang akan mereka ambil adalah rute yang aman. Selain itu, ICRC juga perlu mengetahui ke mana warga sipil akan dievakuasi. 

Kemudian, orang-orang yang bersangkutan juga harus memberikan persetujuan sukarela.

Sudah ada ribuan warga sipil Mariupol yang tewas akibat perang. Kini ratusan ribu yang terjebak telah kehilangan akses ke kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, jaringan gas, listrik, serta obat-obatan.

Watson menegaskan, "waktu hampir habis bagi orang-orang Mariupol. Mereka sangat membutuhkan bantuan."

Baca Juga: Mariupol, Kota Pelabuhan yang Jadi Simbol Perlawanan Ukraina

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya