Isu Pelecehan Seksual Siswa dalam Demonstrasi di Thailand 

Reformasi pendidikan diperlukan 

Bangkok, IDN Times – Dalam beberapa bulan terakhir, Thailand diguncang demonstrasi besar dan secara kontinyu terus dilakukan. Demonstrasi yang dipelopori oleh anak-anak muda dan mahasiswa pro demokrasi tersebut menuntut reformasi konstitusi, menuntut Perdana Menteri Prayuth Chan ocha mundur dan menuntut pembatasan bagi monarki keluarga kerajaan.

Aksi demonstrasi menuntut reformasi ini telah menarik banyak anak-anak muda untuk ikut bergabung. Bahkan, banyak diantaranya adalah siswa-siswa sekolah menengah. Siswa-siswa itu ikut bergabung dalam barisan demonstran pro demokrasi, meski beberapa diantaraya mulai dituntut oleh pemerintah karena dianggap “siswa nakal”.

Dalam salah satu aksi demonstrasi, seorang perempuan muda yang berdandan seperti siswi sekolah menengah, mulut ditutup lakban, segera menarik perhatian karena plakat tulisan yang ia bawa. Melansir dari laman The Thaiger, plakat itu tertulis “Seorang guru melakukan pelecehan seksual terhadap saya. Sekolah tidak aman” (30/11).

1. Skandal hukuman fisik di sekolah-sekolah Thailand

Isu Pelecehan Seksual Siswa dalam Demonstrasi di Thailand Siswa sekolah menengah di Thailand yang ikut demonstrasi pro demokrasi (twitter.com/Angelo Guiliano)

Jika kita melihat lebih ke belakang tentang aksi yang dilakukan oleh anak-anak muda pro demokrasi di Thailand, dapat kita lacak bahwa pada tanggal 5 September 2020, sekitar 600 siswa sekolah menengah ikut masuk dalam barisan para demonstran. Namun para siswa tersebut, selain mendukung “para seniornya” dengan simbol salam tiga jari, mereka juga menuntut reformasi pendidikan.

Melansir dari laman Al Jazeera, 600 siswa sekolah menengah tersebut melakukan protes di depan kantor Kementrian Pendidikan Thailand, menuntut kebebasan mengutarakan pikiran, pelonggaran aturan yang kaku tentang seragam dan perilaku (6/11). Gelombang demonstrasi siswa-siswa sekolah itu tak surut meski satu bulan kemudian berjalan. Justru isu tentang hukuman fisik dan skandal semakin mencuat.

Laman berita Associated Press pada 6 Oktober 2020 menurunkan berita tentang skandal hukuman fisik di sekolah-sekolah Thailand. Ronnarong Kawpech, pengacara yang mewakili 30 keluarga dimana anak-anaknya dilecehkan secara fisik, mewakili kliennya mengajukan tuntutan atas pelecehan fisik, penahanan ilegal, dan pelecehan anak oleh anggota staf sekolah di provinsi Nonthaburi.

Para siswa-siswi sekolah menengah, mengorganisasi diri, berkumpul dan melakukan protes di depan kantor Kementrian Pendidikan. Siswa-siswi sekolah itu menuntut agar Kementrian Pendidikan menghukum sekolah dan guru karena menggunakan hukuman fisik terhadap siswa-siswanya.

2. Aktivis menyerukan untuk berhenti menyalahkan korban

Isu Pelecehan Seksual Siswa dalam Demonstrasi di Thailand Ilustrasi Pemerkosaan (IDN Times/Mardya Shakti)

Sekolah-sekolah di Thailand dianggap tidak memiliki keinginan untuk merampungkan persoalan tentang pelecehan yang dilakukan staf atau guru di sekolah. Supensri Puengkhoksung, Manajer Yayasan Kesetaraan Sosial, menjelaskan bahwa banyak eksekutif yang tidak menyelidiki secara tuntas kasus pelecehan seksual di sekolah karena khawatir akan reputasi sekolah tersebut.

Melansir dari laman The Thaiger, Suspensri juga mengatakan bahwa para pelaku jarang menghadapi hukuman dan para korban justru diberikan stigma, sehingga banyak diantara para korban putus sekolah karena malu (30/11). Mereka yang dilecehkan oleh guru jarang melaporkan kejahatan tersebut karena takut akan dampaknya seperti bakal diberi nilai buruk. Kejahatan seperti pelecehan seksual di sekolah jarang dilaporkan kepada pihak kepolisian.

Aktivis hak perempuan di Thailand baru-baru ini terlihat di protes yang menyerukan diakhirinya “menyalahkan korban”. Para perempuan yang menjadi korban, sering dianggap salah atas pelecehan seksual atau pemerkosaan hanya karena cara mereka berpenampilan atau berpakaian.

Baca Juga: Kisah di Balik Bebek Karet Jadi Simbol Perlawanan Demonstran Thailand 

3. Kritik dan dukungan terhadap perempuan demonstran yang mengenakan seragam sekolah dan mulutnya tertutup lakban

Isu Pelecehan Seksual Siswa dalam Demonstrasi di Thailand Salam tiga jari demonstran Thailand yang menuntut Reformasi konstitusi. (instagram.com/nikkeiasia)

Perempuan yang bergabung dalam barisan demonstrasi pro demokrasi, dan menutup mulutnya dengan lakban, langsung menarik banyak perhatian. Foto-foto dirinya tersebar dengan cepat di platform sosial media. Penelisikan lebih jauh, perempuan tersebut bukanlah siswi sekolah, namun seorang mahasiswi bernama Nalinrat Tuthubthim yang berusia 20 tahun.

Nalinrat memakai kostum siswi sekolah karena beberapa tahun yang lalu ia mengaku pernah dilecehkan para guru. Ia melakukan hal tersebut untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang siswa, guru, orang tua yang menyekolahkan anaknya dan Kementrian Pendidikan.

Melansir dari laman Bangkok Post, Pareena Kraikupt, seorang anggota parlemen dari Palang Pracharat Party, partai milik PM Prayuth Chan ocha, mengatakan “ketika non-siswa memakai seragam sekolah, menarik banyak perhatian masyarakat dan sosial media, maka harus bertanggung jawab untuk hal tersebut dan selanjutnya” (23/11).

Pareena Kraikupt berencana melaporkan Nalinrat Tuthubthim terkait seragam sekolah yang ia kenakan karena sebenarnya dia adalah seorang mahasiswi. Di sisi lain, Pareena juga berharap polisi menyelidiki kasus Nalinrat tentang pelecehan yang pernah terjadi padanya.

Meski Nalinrat mendapatkan banyak kritik, namun tak sedikit juga yang banyak mendukungnya. Sunai Pashuk, seorang peneliti senior di Human Rights Watch menjelaskan “Pemerintah berturut-turut berjanji membuat sekolah aman bagi anak-anak tetapi hanya sedikit yang telah dilakukan karena pada kenyataannya pelecehan seksual dan pelanggaran lainnya tetap terjadi”.

Bajrasobhin Maneenil dari Fron Pembebasan Feminis Thailand mengatakan bahwa sekolah adalah tempat dimana tingkat pelecehan seksualnya tinggi. Siswa telah mengalami pelecehan seksual baik oleh guru, staf, atau siswa lain dan masyarakat belum memiliki solusi bagi korban untuk tindakan hukum atau mendapatkan terapi.

Baca Juga: Kisah di Balik Bebek Karet Jadi Simbol Perlawanan Demonstran Thailand 

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya