Joe Biden-Mark Rutte Bertemu, Bahas Ukraina hingga China

Belanda ingin gabung membantu Ukraina dengan rudal Patriot

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri (PM) Belanda Mark Rutte melakukan kunjungan resmi ke Amerika Serikat (AS). Presiden Joe Biden menyambutnya dan mereka berdua melakukan pembicaraan di Gedung Putih pada Selasa (17/1/2023).

Pertemuan kedua pemimpin itu membahas berbagai persoalan, dari mulai invasi Rusia ke Ukraina, hingga kemampuan China untuk mengakses chip superkomputer. Berikut ini adalah beberapa poin penting pembicaraan pemimpin Belanda dan AS tersebut.

1. Belanda akan kirim rudal Patriot ke Ukraina

Joe Biden-Mark Rutte Bertemu, Bahas Ukraina hingga Chinailustrasi rudal (Twitter.com/Missile Defense Advocacy Alliance)

AS dan Jerman sepakat membantu Ukraina dengan mengirim rudal pertahanan udara Patriot yang canggih guna menahan invasi Rusia. Mereka juga sudah memiliki rencana untuk melatih tentara Ukraina untuk mengoperasikannya.

Pada Selasa, PM Mark Rutte mengatakan, negaranya berencana bergabung dengan AS-Jerman untuk melatih dan mempersenjatai Ukraina dengan rudal Patriot, kutip Associated Press.

"Kami memiliki niat untuk bergabung dengan apa yang Anda lakukan dengan Jerman dalam proyek Patriot. Saya pikir penting bagi kita untuk bergabung dengan itu," kata Rutte kepada Biden.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, Amsterdam setuju mengirim baterai Patriot ke Ukraina. Jadi sekarang Ukraina akan memiliki tiga baterai Patriot untuk mempertahankan wilayah udaranya.

Baca Juga: NATO Serukan Negara Anggotanya Kirim Lebih Banyak Senjata ke Ukraina

2. AS cari dukungan untuk hentikan China memiliki akses ke chip komputer

Pertemuan antara pemimpin AS-Belanda disinyalir sebagai upaya Gedung Putih mencari dukungan untuk membatasi kemampuan China memiliki akses ke chip komputasi yang canggih.

ASML Holding, perusahaan besar di Belanda, adalah pemasok utama pembuat peralatan semikonduktor, termasuk chip. China telah jadi klien utama perusahaan tersebut.

Dilansir Al Jazeera, Gedung Putih membuat pernyataan yang tidak langsung merujuk masalah itu. Namun, kedua pemimpin disebut membahas pentingnya rantai pasokan aman teknologi penting untuk keamanan nasional dan kemakmuran ekonomi bersama.

AS telah membatasi pembatasan ekspor ke China terkait semikonduktor. Ini karena peralatan tersebut dapat digunakan untuk membangun sistem militer canggih, meningkatkan kecepatan dan akurasi.

Namun, Belanda sebelumnya telah menolak pembatasan AS. Menteri Perdagangan Belanda Liesje Schreinemacher menilai, aturan baru AS tidak bisa dilakukan oleh Belanda karena kontrak penandatanganan kerja sama telah dilakukan sebelumnya.

3. Tantangan China di Indo-Pasifik

Selain masalah Ukraina dan teknologi chip, Belanda dan AS juga membicarakan masalah keamanan di Indo-Pasifik. China telah menjadi tantangan tersendiri di wilayah itu, dengan klaim penguasaan Laut China Selatan dan ketegangannya dengan Taiwan.

Kepada wartawan, Rutte mengatakan akan bekerja menjaga Indo-Pasifik tetap bebas dan terbuka, untuk memenuhi tantangan China, kutip VOA News.

Karine Jean-Pierre, sekretaris pers Gedung Putih, mengatakan bahwa Washington akan melanjutkan diskusinya dengan para mitra.

"Kami tidak mendorong sekutu atau mitra kami. Kami berkonsultasi dengan mereka secara dekat, dan mereka membuat keputusan sendiri," kata Jean-Pierre.

Baca Juga: Rudal Rusia Hantam Dnipro Ukraina, 30 Orang Tewas

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya