Lawan Kelaparan, Koki Afsel Gunakan Limbah Makanan

Afsel memiliki masalah dengan limbah makanan 

Cape Town, IDN Times – Di dunia ini, banyak hal yang kontras sebagai bagian kehidupan. Di satu sisi, banyak orang memiliki sumber daya melimpah dalam makanan sampai mereka membuangnya, tapi di sisi lain, masih banyak orang yang kelaparan karena kekurangan makanan.

Sering jumlah makanan yang diproduksi tidak masuk akal hingga membuat banyak yang terbuang. Menurut World Wide Fund (WWF), masalah tersebut terjadi di banyak negara, terutama di Afrika Selatan. Sepertiga dari semua total makanan yang diproduksi di negara tersebut, dibuang cuma-cuma. Padahal ada banyak orang kekurangan makanan.

Karena itu, di Afrika Selatan, beberapa aktivis bergerak untuk menyelamatkan makanan yang dibuang—tapi masih layak makan—untuk didistribusikan kepada mereka yang kelaparan. Para aktivis berkumpul dalam sebuah lembaga yang bernama NOSH Food Rescue atau biasa disebut NOSH saja. Dalam bahasa Inggris British, nosh secara literal berarti “food” atau “meal”.

1. Jutaan ton makanan dibuang percuma

Lawan Kelaparan, Koki Afsel Gunakan Limbah MakananJutaan ton makanan dibuang sia-sia meski banyak orang kelaparan. Ilustrasi (unsplash.com/ja ma)

Afrika Selatan (Afsel) memiliki dua masalah krusial yakni kekeringan dan kelaparan. Banyak penduduk Afsel setiap tahun harus menghemat air sekaligus menahan lapar karena tidak memiliki jumlah makanan yang cukup untuk keluarga.

Menurut Franchise Association of South Africa (FASA), sebanyak 10 juta ton makanan terbuang sia-sia di Afrika Selatan. Sedangkan dalam hitungan NOSH, sekitar 12,6 juta ton makanan dibuang. Dari semua jumlah tersebut, buah-buahan, sayuran, dan makanan sereal menyumbang sekitar 70% dari total.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Afrika Selatan telah mencoba mengatasi limbah makanan. Karena, selain sebenarnya limbah makanan yang dibuang bisa digunakan, pembuangan limbah makanan telah membuat tumpukan sampah yang menghasilkan gas metana dan karbondioksida.

Sebagai perkiraan, gas metana dan karbondioksida yang dihasilkan dari tumpukan sampah sisa makanan yang dibuang, cukup untuk menyalakan listrik di Johannesburg selama kurang lebih 16 minggu atau sekitar empat bulan.

Sebagai gambaran, Johanesburg adalah kota terbesar di negara itu. Jadi pembuangan limbah makanan itu, sebenarnya adalah sebuah tindakan pemborosan yang sia-sia yang sebenarnya bisa diorganisasikan untuk membantu mereka yang kekurangan makanan.

2. Upaya untuk menyelesaikan masalah

https://www.youtube.com/embed/KMyfLdlwWjA

Untuk mengatasi masalah pembuangan dan pemborosan makanan ke tempat sampah, beberapa upaya telah dilakukan oleh, baik pemerintah maupun kelompok aktivis. Pada tahun 2019 lalu, pernah ada sebuah aplikasi yang bernama JustNow App. 

Aplikasi JustNow akan memberitahu pelanggan saat ada diskon makanan dan upaya itu setidaknya telah membantu menurunkan pembuangan limbah makanan hingga 50% di jaringan toko swalayan Engen. Selain itu ada juga NOSH yang berjuang untuk menyelamatkan limbah makanan kemudian didistribusikan kepada orang-orang yang membutuhkan.

NOSH bekerja sama dengan beberapa pasar dan supermarket. Mereka menyelamatkan makanan yang akan dibuang tetapi masih layak. Mereka kemudian melakukan penyortiran, lalu makanan yang masih bagus kembali di distribusikan kepada masyarakat yang rentan.

Melansir dari laman resmi NOSH, di masa pandemik tahun 2020, NOSH mengklaim telah mampu menyelamatkan sekitar 800 ton makanan dan didistribusikan ke lebih dari 100 kelompok organisasi yang ikut serta menangani persoalan limbah makanan dan masyarakat yang rentan kelaparan.

Baca Juga: Fauci: Efikasi Vaksin Berkurang Terhadap Corona Varian Afrika Selatan

3. Chefs with Compassion

Lawan Kelaparan, Koki Afsel Gunakan Limbah MakananChefs with Compassion kerjasama untuk memasak dan sediakan makanan bagi penduduk yang kelaparan. Ilustrasi (pexels.com/Vaibhav Jadhav)

Ketika wabah virus corona menyerang Afrika Selatan, jumlah masyarakat rentan kelaparan semakin meningkat. Sekitar seperempat dari penduduk Afrika Selatan, pergi tidur dengan perut yang menahan lapar dan bencana wabah juga membuat banyak orang kehilangan pekerjaan.

NOSH kemudian juga bekerja sama dengan beberapa kelompok aktivis lain, diantaranya adalah Chefs with Compassion dan Kitchens with Compassion. Para koki memasak makanan dari sayuran sisa yang masih layak di dapur publik untuk memberi makanan kepada masyarakat yang rentan kelaparan.

Melansir dari sebuah video yang didokumentasikan oleh BBC, Marion Tanzer, salah satu dari Chefs with Compassion menjelaskan ketika NOSH melakukan penyortiran dari sisa makanan yang dikumpulkan, bahan makanan yang masih bisa dimasak akan diproses oleh para koki.

Bahan makanan seperti sayuran dan buah yang sudah tidak layak konsumsi, akan disalurkan kepada para peternak khususnya yang memelihara babi untuk diberikan kepada ternaknya. Mereka memiliki komitmen zero waste sehingga tidak ada makanan yang terbuang sia-sia.

Baca Juga: Tembus 1 Juta Kasus, Afrika Selatan Buat Aturan Jam Malam

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya