Lockdown, Serangan Siber di Australia Meningkat

Kerugian serangan siber sekitar Rp470 triliun 

Jakarta, IDN Times - Dalam satu tahun terakhir, serangan siber di Australia mengalami peningkatan signifikan. Serangan siber itu terjadi ketika aktivitas daring dari masyarakat meningkat karena kebijakan penguncian (lockdown).

Peningkatan serangan siber khususnya ransomware telah menyebabkan kerugian miliaran dolar Australia. Selain itu, The Australian Cyber Security Centre (ACSC) mengatakan pada Rabu (15/9) dalam laporan tahunan, penyerang menargetkan infrastruktur dan layanan penting, termasuk perawatan kesehatan, distribusi makanan, dan energi.

1. Ada satu laporan serangan setiap delapan menit

ACSC yang bekerja sama dengan badan intelijen dan kepolisian federal Australia, merilis laporan tahunan pada Rabu, tentang rincian mengenai peningkatan serangan siber di negara tersebut.

Laporan itu juga memberikan saran kepada organisasi atau individu masyarakat Australia, agar dapat semakin melindungi diri untuk tahun-tahun mendatang.

Abigail Bradshaw yang menjabat sebagai Kepala Pusat Keamanan Siber Australia, mengatakan dalam lembar laporan yang dirilis situs pemerintah, bahwa "setiap individu, bisnis, dan organisasi Australia perlu menyadari lingkungan ancaman dunia maya yang berkembang dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mempertahankan diri dari ancaman tersebut."

Dia juga menjelaskan bahwa pihaknya telah "menerima lebih dari 67.500 laporan kejahatan dunia maya, atau sekitar satu laporan setiap delapan menit, yang merupakan indikasi betapa lazimnya ancaman dunia maya dan penjahat dunia maya."

Para penjahat siber telah melakukan serangan dengan target yang signifikan, baik secara domestik maupun global, dari layanan-layanan penting seperti layanan medis.

2. Kerugian serangan siber mencapai Rp470 triliun

Baca Juga: Jelang Pemilu, Jerman Peringatkan Rusia Soal Serangan Siber

Lebih dari 67.500 laporan kejahatan dunia maya yang terjadi di Australia, berlangsung antara tahun 2020 dan 2021. Dalam rentang waktu tersebut, banyak dari masyarakat yang semakin meningkatkan aktivitas daring karena kebijakan penguncian yang diterapkan untuk mencegah sebaran virus corona.

Menurut The Guardian, dari semua serangan itu, ACSC memperkirakan bahwa kerugian yang diterima oleh masyarakat Australia mencapai 33 miliar dolar AS atau sekitar Rp470 triliun.

Para penjahat dunia maya telah mengeksploitasi bencana pandemik untuk mengakses informasi atau layanan terkait COVID-19. Pemerintah asing, tanpa menyebutkan negara mana, telah menargetkan sektor kesehatan untuk mencari "akses ke kekayaan intelektual atau informasi sensitif tanggapan Australia terhadap COVID-19."

Dalam laporan tersebut dinyatakan "sekitar seperempat dari insiden keamanan siber yang dilaporkan memengaruhi organisasi infrastruktur penting, termasuk layanan penting seperti pendidikan, kesehatan, komunikasi, listrik, air, dan transportasi."

3. Insiden kejahatan ransomware meningkat 15 persen

Lockdown, Serangan Siber di Australia Meningkatilustrasi serangan ransomware (Pixabay.com/Vishnu_KV)

Salah satu serangan siber yang populer dan bahaya adalah ransomware. Dalam laporan itu, serangan siber ransomware disebut telah mengalami peningkatan sebanyak 15 persen.

Ransomware sendiri adalah serangan yang "menyandera" sistem komputer korban dengan melakukan enkripsi data, menguncinya dan akan menawarkan kode kunci pembuka setelah penyerang mendapatkan imbalan yang diminta. Biasanya, imbalan itu berbentuk cryptocurency dengan nilai mencapai jutaan dolar.

Menurut Reuters, sektor kesehatan mengalami serangan tertinggi kedua dari jenis ini. Andrew Hastie yang menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan mengatakan "penjahat dunia maya yang jahat meningkatkan serangan mereka terhadap warga Australia."

Saran dari laporan ACSC adalah, mereka "tidak merekomendasikan pembayaran tuntutan tebusan." Hal ini karena, membayar tebusan tidak menjamin file akan dapat dibuka dengan kunci yang diberikan. Selain itu, karena tebusan dibayar, maka akan meningkatkan risiko penargetan ulang di masa mendatang.

Serangan lain yang berbahaya dan perlu diwaspadai adalah phishing, yakni upaya mencuri data pribadi melalui email atau pesan teks.

Justine Gough yang menjabat sebagai Asisten Komisaris Polisi Federal Australia memberi penjelasan untuk melindungi serangan tersebut dengan "membatasi informasi pribadi yang Anda tempatkan di media sosial, dan mengamankan sistem melalui kata sandi yang kuat dan memperbarui perangkat lunak secara teratur," katanya dikutip ABC.

Baca Juga: Terdampak Serangan Siber, Supermarket Besar Swedia Tutup

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya