Ratusan Kasus Pelecehan Seksual Perguruan Tinggi Singapura Dibongkar 

Strategi dibuat untuk mencegah pelanggaran serupa 

Singapura, IDN Times – Pada akhir bulan Oktober 2020, universitas terbesar di Singapura, yakni National University of Singapore mengakui telah melakukan kesalahan. Mereka mengaku gagal dalam menangani tuduhan pelecehan seksual yang melibatkan staf dan mahasiswanya.

Lembaga pendidikan tinggi yang memiliki lebih dari 30.000 mahasiswa tersebut kemudian berkomitmen untuk terbuka, lebih transparan dan lebih bersedia menyebarkan informasi secara tepat waktu setelah mendapatkan kritik keras dari publik. Salah satu pelaku pelecehan seksual adalah dosen yang sudah diberhentikan bernama Jeremy Fernando.

Melansir dari laman berita South China Morning Post, Jeremy adalah pengajar interdisipliner yang mengajar lintas literatur, filosofi dan media, yang dipecat karena gagal memenuhi standar profesionalisme dari seorang staf pengajar (23/10). Lembaga pendidikan tersebut juga dikritik karena ketika memberhentikan staf, tidak mempublikasikannya dan cenderung menyembunyikan kasus.

1. Hampir 200 kasus pelecehan seksual terjadi dalam lima tahun terakhir

Ratusan Kasus Pelecehan Seksual Perguruan Tinggi Singapura Dibongkar Ilustrasi Pelecehan (IDN Times/Mardya Shakti)

Kasus pelecehan seksual di tingkat lembaga pendidikan, khususnya perguruan tinggi jarang terekspos. Hal ini berkaitan dengan citra perguruan tinggi yang takut jika namanya tercemar. Karena itu, kasus pelecehan di perguruan tinggi lebih sering “disembunyikan”. Selain itu, korban dari tindakan pelecehan seksual juga tidak berani melaporkan atau memberikan keterangan karena malu.

Sun Xueling, anggota parlemen Singapura sekaligus menjabat Menteri Negara di kementrian pendidikan dan sosial, pada Selasa, 3 November 2020 mengatakan kepada parlemen Singapura bahwa ada 172 kasus pelecehan seksual yang melibatkan staf dan mahasiswa. Kasus tersebut terjadi selama lima tahun terakhir, dari tahun 2015 sampai tahun 2019.

Mengutip dari laman berita Yahoo News Singapore, jumlah tersebut sekitar 0,12 persen per 1.000 populasi staf dan mahasiswa dari total enam universitas otonom dan lima politeknik (3/11). Pihak universitas otonom menangani 56 kasus pelecehan seksual pada tahun 2015 hingga tahun 2017. Pada tahun 2018, ada 17 kasus serupa dan pada tahun 2019, jumlah kasus turun menjadi 14 kasus.

Sun mengatakan di depan parlemen, “Biar saya perjelas: kami tidak akan memaafkan kasus pelecehan seksual, serta pelanggaran seksual yang terjadi di kampus, dan MOE (Kementrian Pendidikan Singapura) akan bekerja sama dengan IHL (Institue of Higher Learning) untuk melindungi siswa kami”.

2. Hukuman keras bagi pelaku pelecehan seksual

Ratusan Kasus Pelecehan Seksual Perguruan Tinggi Singapura Dibongkar Sun Xeuling, anggota parlemen Singapura. (instagram.com/sun.xueling)

Perguruan tinggi di Singapura akan melakukan penyelidikan secara internal ketika ada pelanggaran atau pelecehan seksual. Jika diketahui bahwa tersangka terbukti melanggar kode etik, tersangka akan mendapatkan sanksi disiplin.

Para pelaku atau tersangka yang terbukti melakukan pelanggaran kode etik perguruan tinggi, akan segera mendapatkan sanksi. Sun Xueling di depan parlemen mengatakan “Jika ada pelanggaran kode etik tersebut, hukumannya akan cepat. Mahasiswa akan dapat skors. Mereka juga dapat dikeluarkan dari lembaga pendidikan terkait. Hukuman ini juga berlaku sama bagi para staf yang melanggar kode etik”.

Menteri Pendidikan Singapura, Lawrence Wong, sehari sebelumnya pada 2 November telah mengeluarkan pernyataan terkait kasus pelecehan seksual yang mengemuka di perguruan tinggi-perguruan tinggi di Singapura.

Melansir dari laman berita The Strait Times, Wong mengharapkan lembaga-lembaga tersebut terbuka dan tepat waktu dalam mengangani kasus. Selain itu, wajib untuk mempertimbangkan fakta kasus, keamanan kelompok serta privasi para korban yang terdampak langsung (2/11).

Baca Juga: Walikota Copenhagen Mundur Pasca Terjerat Kasus Pelecehan Seksual

3. Tindak lanjut untuk menangani kasus pelecehan seksual

Ratusan Kasus Pelecehan Seksual Perguruan Tinggi Singapura Dibongkar Ilustrasi Pemerkosaan (IDN Times/Mardya Shakti)

Kasus pelecehan yang terjadi di perguruan tinggi di Singapura tersebut kemudian mendapatkan perhatian khusus dari pihak parlemen. Salah satu anggora parlemen yang bernama Carrie Tan bertanya kepada Kementrian Pendidikan apakah memiliki rencana untuk melibatkan para ahli yang relevan dalam memberikan pelatihan penanganan pada kasus pelecehan seksual.

Pihak Kementrian Pendidikan melalui Sun Xueling menjelaskan bahwa National University of Singapore (NUS) telah membentuk unit perawatan korban untuk menangani kasus-kasus kekerasan seksual. Melansir dari laman berita The Strait Times, unit serupa juga ada di universitas otonom lainnya di Singapura (3/11).

Selain itu, lembaga pendidikan juga akan mengajarkan pendidikan seksualitas yang ditargetkan pada kelompok usia yang berbeda. Guru juga akan menyediakan skenario khusus di sekolah menengah sehingga murid-muridnya dapat belajar melindungi diri. Guru yang mengajarkan pendidikan seksualitas juga akan mendapatkan pendidikan khusus tersendiri.

Jika kasus serupa masih terjadi, menurut Sun, pihak kampus akan melakukan penyelidikan dengan membentuk Dewan Disiplin untuk menyelidiki pelanggaran. Mahasiswa juga akan dilibatkan untuk memberikan perspektif tentang masalah tersebut. Jika pelanggaran serius terjadi, maka akan dilimpahkan kepada pihak kepolisian yang akan melakukan penyelidikan secara independen.

Baca Juga: Tak Mudah, Ini 'Kelumpuhan' yang Dialami Para Korban Pelecehan Seksual

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya