Rugikan Rp92 M, Peretas Inggris-Nigeria Akui Bersalah di Pengadilan AS

Peretasan berpengaruh pada sistem perbankan yang terhubung

Jakarta, IDN Times - Peretas  berkewarganegaraan Inggris dan Nigeria, Idris Dayo Mustapha, telah menipu dan mencuri lebih dari 6 juta dolar AS atau Rp92 miliar. Dia mengakui kesalahannya di pengadilan Amerika Serikat (AS).

Ada empat dakwaan yang dijatuhkan yakni intrusi komputer, penipuan sekuritas, penipuan email dan penipuan akses perangkat. Kejahatan yang dilakukan Mustapha dapat membuatnya dipenjara hingga 20 tahun.

1. Membobol informasi pribadi dan sandi rahasia

Rugikan Rp92 M, Peretas Inggris-Nigeria Akui Bersalah di Pengadilan ASilustrasi (Unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Mustapha ditangkap di Inggris pada Agustus 2021 dan diekstradisi ke AS pada 2023. Hukuman akan dijatuhkan pada 3 April 2024. 

Dilansir Africa News, Mustapha merupakan anggota kunci jaringan peretasan yang menargetkan perusahaan-perusahaan pialang saham AS dari tahun 2011 hingga 2018. Otoritas AS telah mengejarnya selama beberapa tahun.

Lembaga keuangan AS menjadi target yang disusupi. Mustapha dan jaringannya membobol data rahasia termasuk sandi dan identitas pribadi pengguna. Dari informasi itu, mereka kemudian melakukan serangkaian penipuan dan kejahatan lain.

Baca Juga: AS Tuduh Pemerintah India Berencana Membunuh Aktivis Sikh di New York

2. Langkah kejahatan para peretas

Ada tiga langkah yang berhasil diidentifikasi pihak berwenang tentang bagaimana cara kerja peretas jaringan Mustapha.

Menurut laman resmi Departemen Kehakiman AS, pertama para peretas mengakses email korban dan menyamar untuk melakukan transfer dana demi keuntungan sendiri.

Kedua, mereka menggunakan akses ke rekening pialang sekuritas korban untuk mencuri dengan cara mentrasfernya keluar dari rekening tersebut.

Ketiga, Mustapha dan jaringannya melakukan perdagangan yang tidak menguntungkan terhadap rekening yang dikendalikan. Sehingga, ini menghasilkan keuntungan bagi mereka sendiri atas biaya korban.

3. Serangan siber berpengaruh terhadap jaringan perbankan

Rugikan Rp92 M, Peretas Inggris-Nigeria Akui Bersalah di Pengadilan ASilustrasi (Unsplash.com/Joshua Woroniecki)

Federal Reserve Bank of New York menjelaskan tentang risiko limpahan serangan siber karena sistem perbankan saling terhubung. Serangan terhadap salah satu dari lima bank paling aktif di AS dapat berpengaruh pada 38 persen jaringan bank tersebut.

Dilansir Technext, para ahli telah memperingatkan bahwa bank-bank AS rentan terhadap serangan siber. Ini termasuk serangan yang disponsori negara yakni Rusia, China, dan Korea Utara.

Selain kerugian finansial, serangan siber terhadap bank juga menanggung biaya tambahan dalam menerapkan keamanan guna melindungi aset. Serangan bisa menurunkan kepercayaan pelanggan terhadap institusi.

Serangan siber juga mengganggu operasional bank, menimbulkan kekacauan di seluruh institusi dan cara kerjanya secara fundamental.

Baca Juga: Badai Hantam Rusia Ukraina dan Moldova: 13 Orang Tewas

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya