Rusia Mau Pencabutan Sanksi Barat Jadi Syarat Perdamaian di Ukraina

Rusia desak AS berhenti pasok senjata ke Ukraina

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, pada Sabtu (30/4/22) berbicara dengan wartawan di China. Dia mengatakan bahwa pencabutan sanksi akan menjadi bagian dari pembicaraan damai dengan Ukraina.

Lavrov juga menegaskan kembali desakan agar Amerika Serikat (AS) dan sekutunya untuk tidak mengirim senjata ke Ukraina. Dia mengatakan langkah AS tersebut hanya menuang minyak ke dalam api.

Rusia melancarkan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari. Perang terus terjadi khususnya di wilayah Donbass dan Ukraina selatan dengan ribuan orang tewas. Pembicaraan damai telah dilakukan bahkan dengan tatap muka, tapi sejauh ini belum ada hasil yang signifikan.

1. Pencabutan sanksi ke Rusia jadi bagian dalam pembicaraan damai

Rusia Mau Pencabutan Sanksi Barat Jadi Syarat Perdamaian di UkrainaSergey Lavrov (Twitter.com/MFA Russia)

Sejak Rusia menyerang Ukraina, AS dan sekutunya telah menjatuhkan serangkaian sanksi ekonomi demi menekan Moskow agar menghentikan agresinya. Sanksi itu digunakan untuk mengisolasi Rusia dari perdagangan internasional.

Menteri Sergey mengatakan bahwa pembicaraan damai dengan Ukraina akan dilakukan dengan memasukkan pencabutan sanksi tersebut dalam bagiannya, kutip Reuters.

"Saat ini, delegasi Rusia dan Ukraina sebenarnya mendiskusikan setiap hari melalui konferensi video rancangan kemungkinan perjanjian," kata Lavrov.

Tapi sejauh ini belum ada hasil signifikan dari pembicaraan damai tersebut.

Baca Juga: Gudang Amunisi Rusia di Dekat Perbatasan Ukraina Meledak

2. Rusia kembali desak AS dan sekutu berhenti bantu senjata ke Ukraina

AS dan sekutu memiliki komitmen untuk membantu pemerintah Kiev. Negara-negara Barat terus membantu Ukraina dengan mengirimkan senjata pertahanan, termasuk senjata berat yang lebih ofensif.

Presiden AS, Joe Biden, baru-baru ini bahkan mengusulkan anggaran bantuan baru untuk Ukraina senilai 33 miliar dolar atau sekitar Rp479,3 triliun. Anggaran tersebut termasuk paket bantuan militer untuk pasukan Ukraina.

Dilansir Al Jazeera, Lavrov juga mendesak AS dan sekutunya untuk berhenti memasok senjata ke Kiev, jika negara-negara Barat benar-benar ingin menghentikan perang. 

"Jika AS dan NATO benar-benar tertarik untuk menyelesaikan krisis Ukraina, maka pertama-tama, mereka harus berhenti memasok senjata dan amunisi kepada rezim Kiev," kata dia. 

Kremlin telah memberi peringatan berulangkali kepada Washington agar tidak melanjutkan bantuan militer ke Kiev dan menuduh AS menuangkan minyak ke dalam api.

Kremlin juga menyebut pengiriman senjata negara-negara Barat ke Ukraina sebagai ancaman bagi keamanan Eropa.

3. Pembicaraan damai Ukraina-Rusia berisiko gagal

Rusia Mau Pencabutan Sanksi Barat Jadi Syarat Perdamaian di UkrainaVolodymyr Zelensky (Twitter.com/Володимир Зеленський)

Pembicaraan damai antara Ukraina dan Rusia telah dilakukan dan delegasi dua negara itu bertatap muka di Turki pada 29 Maret. Tapi setelah itu, suasana terus memburuk dan Ukraina menuduh pasukan Rusia melakukan kejahatan perang di daerah sekitar Kiev. Sejak saat itu, belum ada pembicaraan damai tatap muka lagi antara Ukraina dengan Rusia.

Pasukan Rusia telah mundur dari Kiev dan kini fokus menyerang untuk melakukan kontrol penuh di Donbass dan Ukraina selatan. Pertempuran semakin intensif, bahkan ketika Sekjen PBB berkunjung, Rusia meluncurkan rudal balistik ke ibu kota Kiev dan menewaskan seorang jurnalis.

Dikutip France24, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Jumat (29/4/2022) mengatakan pembicaraan damai dengan Moskow hampir gagal. Ini karena kemarahan publik Ukraina atas kekejaman yang diduga dilakukan tentara Rusia.

"Orang-orang (Ukraina) ingin membunuh mereka (pasukan Rusia). Ketika sikap seperti (kekejaman Rusia) itu ada, sulit untuk membicarakan banyak hal," kata Zelenskyy.

Baca Juga: Biden Usulkan Anggaran Rp479 Triliun untuk Bantu Ukraina

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya