Swedia Perketat Keamanan Usai Pembakaran Al-Qur'an
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri (PM) Swedia, Ulf Kristersson, mengumumkan bahwa pemerintah akan meningkatkan keamanan dan perbatasan usai serangkaian aksi pembakaran Al-Qur'an.
Seiring pengumuman tersebut, polisi akan lebih banyak diberi wewenang guna menghentikan atau menggeledah orang-orang. Kristersson mengatakan pembakaran kitab suci merupakan aksi yang tidak pantas, tapi tetap legal secara konstitusi di negaranya.
Swedia saat ini telah didesak untuk membuat aturan melarang pembakaran kitab suci. Kristersson sendiri belum mempertimbangkan hal tersebut.
1. Legal tapi tidak pantas
Swedia dan Denmark telah jadi pusat perdebatan mengenai kepekaan mereka terhadap agama dan kebebasan berekspresi. Ini karena terjadi peningkatan pembakaran Al-Qur'an di negara Skandinavia tersebut.
"Segala sesuatu yang legal (seperti pembakaran kitab suci) itu tidak pantas. Itu bisa mengerikan tapi tetap legal," kata Kristersson pada Selasa (1/8/2023), dikutip dari VOA News.
Dia mendesak warganya untuk bertindak secara bertanggung jawab, sebab kebebasan juga memiliki tanggung jawab yang besar.
Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang memiliki anggota 57 negara, telah memperingatkan bahwa salinan Al-Qur'an yang dibakar dapat memperburuk intoleransi dan diskriminasi. Mereka mendesak tindakan tepat untuk menghentikan kebencian antar agama.
Baca Juga: Parah! Pembakaran Al-Qur'an Kembali Terjadi di Swedia
2. Swedia belum mempertimbangkan perubahan undang-undang
Editor’s picks
Swedia telah mendapat desakan untuk mengubah aturan tentang kebebasan berekspresi. Namun PM Swedia mengatakan, perubahan terhadap undang-undang kebebasan berekspresi tidak ada di atas meja untuk dibahas.
Dilansir Euractiv, Kristersson mengatakan pemerintahnya sedang mencari perubahan yang memungkinkan polisi untuk menghentikan pembakaran Al-Qur'an di depan umum.
"Kami memiliki sistem politik yang sangat berbeda, pandangan yang sangat berbeda tentang hak asasi manusia, termasuk kebebasan berbicara. Swedia tidak menyesuaikan diri dengan tuntutan negara lain," kata Kristersson.
3. UE nilai pembakaran kitab suci merupakan tindakan tidak etis
Uni Eropa (UE) telah bereaksi tentang meningkatnya insiden pembakaran Al-Qur'an di Swedia dan Denmark.
"Kami menolak total pembakaran kitab suci dan Al-Qur'an. Pembakaran itu ofensif. Itu adalah tindakan sembrono yang dilakukan oleh beberapa individu, dan itu tidak mewakili nilai-nilai yang dibangun UE," kata juru UE bicara, dikutip dari EU Observer.
Eksekutif UE membela kebebasan berekspresi di benua itu juga di luar negeri. Kebebasan berbicara dan kebebasan beragama seharusnya dapat berjalan beriringan.
"Kami sama sekali tidak percaya bahwa kebebasan beragama atau berkeyakinan atau kebebasan berekspresi akan mengarah pada hasutan kebencian atau intoleransi," kata juru bicara tersebut.
Baca Juga: Denmark Cari Legitimasi Hukum untuk Larang Pembakaran Al-Qur'an
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.