Ukraina Kembali Minta Bantuan Senjata ke Aliansi NATO

Kiev desak sanksi lebih lanjut untuk menghukum Rusia 

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Ukraina melalui Menteri Luar Negeri Dmitro Kuleba, pada hari Kamis (7/4/22) kembali meminta bantuan senjata kepada aliansi NATO. Permintaannya itu dilakukan sebelum dia bertemu dengan para Menteri Luar Negeri anggota NATO di Brussel.

Ukraina meminta bantuan sejata lebih berat seperti sistem pertahanan udara, tank baja dan jet tempur. Tapi Negara-negara Barat enggan memasok persenjataan berat apa pun, yang sebenarnya harus melalui latihan terlebih dahulu, untuk digunakan oleh pasukan Ukraina.

Selain itu, Kuleba juga mengatakan sanksi ke Rusia saat ini belum cukup jauh untuk membuat Moskow berhenti melancarkan perang. Sanksi yang tidak ditingkatkan akan dilihat Rusia sebagai alasan tetap mengobarkan perangnya.

1. Menlu Ukraina: 'Kami minta bantuan senjata, senjata, dan senjata'

Ukraina Kembali Minta Bantuan Senjata ke Aliansi NATODmytro Kuleba, Menteri Luar Negeri Ukraina (Twitter.com/Dmytro Kuleba)

Lebih dari sepekan lalu, Rusia mengumumkan mengalihkan fokus perangnya ke Donbass, di Ukraina timur. Langkah drastis itu membuat pasukan Rusia di sekitar ibu kota Kiev mulai mundur secara bertahap.

Kini intensitas pertempuran telah mulai meningkat di Ukraina timur dan pemerintah Kiev kembali mendesak aliansi NATO untuk membantu persenjataan. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada hari Kamis di Brussel mengatakan "agenda saya sangat sederhana, ... itu (bantuan) senjata, senjata dan senjata," katanya dikutip The Guardian.

Invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki minggu keenam. Peperangan yang lebih mematikan diperkirakan akan terjadi di Ukraina timur. Kota-kota Ukraina di sekitar Kiev, saat ini sudah bisa sedikit bernafas karena telah dibebaskan seperti misalnya kota Chernihiv.

Tapi untuk menghadapi serangan Rusia yang lebih intensif, Kuleba menekankan pentingnya bantuan pasokan senjata dan sanksi ke Rusia. Dia mengatakan "semakin banyak senjata yang kami dapatkan dan semakin cepat tiba di Ukraina, semakin banyak nyawa manusia yang akan diselamatkan."

2. Sekjen NATO desak negara aliansi bantu Ukraina bukan hanya senjata pertahanan

Baca Juga: Sekjen NATO: Belum Saatnya Pasukan NATO Tinggalkan Afghanistan

Pada dasarnya, sudah ada puluhan negara yang telah membantu senjata untuk Ukraina. Sebagian besar persenjataan itu adalah jenis senjata pertahanan. Kiev telah mendesak rekan-rekan aliansi Barat untuk memasok persenjataan yang lebih berat seperti sistem pertahanan udara, artileri, kendaraan lapis baja dan jet tempur.

Tapi ada kekhawatiran pasokan senjata berat ke Ukraina, senjata yang lebih ofensif, akan dapat memicu menarik salah satu negara NATO ke dalam peperangan langsung dengan Rusia. NATO berusaha mengindari hal tersebut.

Amerika Serikat (AS) adalah salah satu negara yang tidak mengizinkan bantuan jet tempur ke Ukraina, karena itu dapat memicu konfrontasi langsung dengan Rusia. Moskow sendiri juga sudah mengancam, bantuan jet tempur ke Ukraina akan memiliki konsekuensi lebih besar.

Meski begitu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, dilansir Associated Press, telah mendesak negara-negara aliansi Barat untuk mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina, dan itu bukan hanya senjata pertahanan saja.

Belum diketahui jenis bantuan persenjataan militer apa yang akan diberikan ke Ukraina. Tapi Kuleba mengatakan bahwa dia dan para menteri negara-negara G7 telah membahas bagaimana Ukraina dapat menerima bantuan militer, ekonomi dan kemanusiaan ke tingkat berikutnya.

Setelah pertemuan terbaru dengan NATO, Kuleba mengatakan "saya pikir kesepakatan yang ditawarkan Ukraina adil. Anda memberi kami senjata, kami mengorbankan hidup kami, dan perang terkendali di Ukraina."

3. Sanksi lebih lanjut untuk menghukum Rusia

Ukraina Kembali Minta Bantuan Senjata ke Aliansi NATOilustrasi Rusia (Unsplash.com/Paul G)

Jerman telah berdiskusi untuk mencari cara meningkatkan bantuan ke Ukraina. Dikutip RFE/RL, Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock mengatakan sedang mengupayakan meningkatkan bantuan senjata militer yang berbeda ke Kiev.

Baerbock menjelaskan "kami melihat secara dekat dengan mitra kami bagaimana kami dapat mendukung Ukraina di masa depan, lebih intensif dan lebih terkoordinasi, karena mereka memiliki hak membela diri dan kami akan mendukung hak membela diri ini bersama dengan mitra yang berbeda," ujarnya.

Selain bantuan senjata, Ukraina juga mendesak negara-negara Barat untuk meningkatkan sanksi kepada Moskow. Negara-negara Barat telah menjatuhkan sanksi tambahan terbarunya untuk mencekik ekonomi Rusia, setelah laporan kekejaman tentara Rusia di kota Bucha, dekat ibu kota Kiev.

AS menjatuhkan sanksi kepada putri Presiden Putin, keluarga Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov, juga kepada Perdana Menteri dan mantan Presiden Dmytri Medvedev. Uni Eropa (UE) menjatuhkan sanksi pelarangan impor batu bara Rusia yang sangat menguntungkan dengan nilai perdagangan miliaran euro setiap tahun.

Namun bagi Ukraina, sanksi itu belum cukup jauh untuk menghukum Rusia. "Kami akan terus mendesakkan embargo minyak dan gas penuh untuk Rusia. Saya harap kita tidak akan pernah menghadapi situasi (seperti ini) lagi, ketika untuk meningkatkan tekanan sanksi kita perlu mengungkapkan kekejaman seperti Bucha," kata Kuleba.

AS telah melakukan embargo minyak dan gas Rusia. Tapi blok UE sejauh ini terpecah pada sanksi tersebut, karena itu akan berdampak signifikan khususnya negara-negara yang telah bergantung gas Rusia seperti Jerman atau Italia.

Baca Juga: 6 Fakta NATO, Organisasi Militer yang Bikin Rusia Murka

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya