WHO Khawatir Varian Omicron dan Delta Ciptakan 'Tsunami Kasus COVID'

Target vaksinasi 70 persen populasi tiap negara pada 2022

Jakarta, IDN Times - Dirjen World Health Organization (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, khawatir varian Omicron dan Delta akan menyebabkan tsunamis kasus COVID-19. 

Khusus untuk varian omicron, kekhawatiran Tedros didasari bukti yang konsisten bahwa varian tersebut memiliki keunggulan pertumbuhan dibanding varian Delta. Varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan itu kini telah menjadi varian dominan di Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Eropa. 

Sebagai resolusi 2022, Tedros mendesak semua orang untuk mendukung kampanye vaksinasi 70 persen populasi dari tiap negara, dengan harapan tercapai pada awal Juli tahun depan.

1. Kasus infeksi baru COVID-19 secara global mengalami kenaikan 11 persen

WHO Khawatir Varian Omicron dan Delta Ciptakan 'Tsunami Kasus COVID'Ilustrasi virus corona (pexels.com/CDC)

Berdasarkan catatan WHO, kasus COVID-19 di seluruh dunia dalam sepekan terakhir naik 11 persen dibandingkan minggu sebelumnya. Kasus baru di Eropa menyumbang lebih dari setengah total penambahan dan di AS naik sekitar 39 persen. Adapun di Afrika infeksi mengalami kenaikan 7 persen.

Dilansir Reuters, Tedros mengatakan "varian Delta dan Omicron sekarang menjadi ancaman kembar yang meningkatkan kasus hingga mencapai angka rekor, menyebabkan lonjakan rawat inap dan kematian."

"Saya sangat prihatin bahwa Omicron, yang sangat menular dan menyebar pada saat yang sama seperti Delta, menyebabkan tsunami kasus," tambah dia. 

Baca Juga: Imbas Omicron, Kasus COVID-19 Global Naik 11 Persen Sepekan Terakhir

2. Target vaksinasi 70 persen dari populasi negara

WHO telah menargetkan 194 negara anggotanya untuk memvaksinasi 40 persen dari populasi mereka akhir tahun ini. Tapi, dari jumlah negara itu, sebanyak 92 negara telah melewatkan target tersebut.

Dilansir Associated Press, Tedros mendesak semua orang untuk membuat resolusi tahun baru guna mendukung kampanye vaksinasi 70 persen populasi negara pada awal Juli tahun 2022.

Dalam laporan epidemiologi mingguannya, risiko keseluruhan terkait varian omicron dilaporkan tetap sangat tinggi. Hal itu berdasarkan bukti yang konsisten bahwa varian tersebut memiliki keunggulan pertumbuhan dibandingkan varian delta.

3. Keadilan vaksin untuk negara berpenghasilan rendah

WHO Khawatir Varian Omicron dan Delta Ciptakan 'Tsunami Kasus COVID'Kepala WHO, Tedros Adhanom. (instagram.com/drtedros)

Bagi Tedros, target vaksinasi yang tidak tercapai pada 2021 merupakan pukulan moral, sebab hal itu berdampak terhadap kematian banyak orang dan memberi kesempatan bagi virus untuk terus bermutasi. 

Menurut Al Jazeera, Tedros mengecam sikap negara-negara kaya dan menuduh mereka telah memonopoli vaksin untuk memerangi COVID-19, serta membiarkan pintu belakangnya terbuka untuk virus.

"Populisme, nasionalisme yang sempit, dan penimbunan alat kesehatan, termasuk masker, terapi, diagnostik, dan vaksin, oleh sejumlah kecil negara, menggerogoti pemerataan, dan menciptakan kondisi ideal untuk munculnya varian baru," jelas kepala WHO.

Tedros kembali menyerukan desakan lama, agar negara berbagi vaksin secara adil, supaya virus corona dapat diatasi secara global.

Pada 2021, WHO mencatat telah terjadi kenaikan jumlah kematian jika dibandingkan dengan tahun 2020. Tedros menyesalkan hal tersebut. Pada 2020, ada 1,8 juta kematian dan pada 2021 meningkat menjadi 3,5 juta kematian. Bahkan, jumlah sebenarnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi dari data yang ada.

Meski begitu, Tedros masih optimis bahwa pada tahun 2022 mendatang jadi tahun yang dapat mengakhiri pandemik, serta dapat meletakkan peta keamanan kesehatan yang lebih kuat.

Baca Juga: Menkes: Omicron Masuk RI Terbanyak Dibawa Pelaku Perjalanan dari Turki

Pri Saja Photo Verified Writer Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya