Putin Ucapkan Terima Kasih ke Kim Jong Un soal Kiriman Pasukan

- Korea Utara (Korut) resmi mendukung perang Rusia di Ukraina dengan mengirimkan pasukan ke wilayah Kursk.
- Presiden Putin berterima kasih kepada Kim Jong Un atas dukungan militer, mencerminkan hubungan militer yang semakin erat antara Pyongyang dan Moskow.
- Pengiriman pasukan Korut memicu kecaman dari Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan, yang mengutuk tindakan tersebut sebagai pelanggaran resolusi Dewan Keamanan PBB.
Jakarta, IDN Times - Korea Utara (Korut) secara resmi mengonfirmasi pengiriman pasukannya ke Rusia untuk mendukung perang melawan Ukraina, pada Senin (28/4/2025). Pengumuman ini menandai keterlibatan Pyongyang dalam konflik besar pertama sejak Perang Korea 1950-1953. Keputusan ini diambil berdasarkan perjanjian pertahanan bersama yang ditandatangani pemimpin Korut, Kim Jong Un, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Pengiriman pasukan tersebut dilakukan untuk membantu Rusia merebut kembali wilayah Kursk yang dikuasai Ukraina sejak Agustus 2024. Rusia mengklaim pasukannya, bersama pasukan Korut, telah berhasil mengusir pasukan Ukraina dari wilayah tersebut. Namun, Kiev membantah klaim ini dan menyatakan masih menguasai sebagian wilayah Kursk.
Presiden Putin menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Kim Jong Un atas dukungan militer ini. Dalam pernyataannya, ia memuji pasukan Korut sebagai pahlawan yang berjuang bahu-membahu dengan tentara Rusia. Konfirmasi ini mencerminkan hubungan militer yang semakin erat antara Pyongyang dan Moskow, memicu kecaman dari Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan.
1. Keterlibatan Korut dalam konflik Ukraina
Korut mengirim sekitar 14 ribu pasukan ke Rusia untuk berpartisipasi dalam pertempuran di wilayah Kursk. Pasukan ini dilaporkan memakan korban jiwa yang signifikan, dengan intelijen Inggris memperkirakan sekitar 5 ribu tentara Korut tewas atau terluka sejak Oktober 2024. Meski demikian, pasukan Korut disebut beradaptasi cepat di medan perang modern meskipun kurang pengalaman dengan teknologi seperti drone.
“Dukungan Korut menunjukkan persahabatan militan yang kuat dengan Rusia,” kata juru bicara Partai Buruh Korea, dilansir dari Korean Central News Agency (KCNA).
Pengiriman pasukan ini merupakan bagian dari perjanjian pertahanan bersama yang diteken pada Juni 2024, yang juga mencakup pasokan senjata seperti rudal balistik jarak pendek dan artileri dari Korut ke Rusia.
2. Reaksi internasional terhadap kolaborasi militer
AS dan Korea Selatan mengutuk keras pengiriman pasukan Korut, menyebutnya melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Koo Byoungsam, menyebut tindakan ini sebagai tindakan yang melawan kemanusiaan dan mengorbankan nyawa. Washington juga menyatakan keprihatinan atas dampak aliansi ini terhadap stabilitas global.
“Keterlibatan Korut dalam perang ini memperumit situasi geopolitik,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, dilansir dari NPR.
Sementara itu, Ukraina melaporkan bahwa pasukannya masih bertahan di beberapa bagian Kursk, menyangkal klaim Rusia tentang pembebasan penuh wilayah tersebut. Konflik ini kian memanas dengan keterlibatan Korut, yang diyakini ingin mendapatkan teknologi militer Rusia sebagai imbalannya.
3. Motif dan dampak diplomatik
Pengiriman pasukan Korut diyakini sebagai strategi Kim Jong Un untuk memperkuat posisi Pyongyang di panggung internasional. Hong Min dari Korea Institute for National Unification menyebut tindakan ini sebagai persiapan diplomatik menjelang pertemuan puncak Kim-Putin di Rusia. Korut juga dilaporkan menerima bantuan ekonomi dan peralatan pertahanan udara dari Rusia sebagai imbalan atas dukungan militernya.
“Korut ingin menunjukkan bahwa mereka adalah mitra setara Rusia,” kata Hong Min, dilansir dari Reuters.
Namun, keterlibatan ini memicu kekhawatiran di Seoul dan Washington, yang menduga Korut sedang menguji coba senjata untuk ekspor ke Rusia di medan perang Ukraina. Korut melakukan uji coba senjata anti-pesawat pada Jum'at (21/3/2025) yang diyakini sebagai bagian dari persiapan ekspor senjata, dilansir dari Al Jazeera.