Bahas Emisi Karbon, Utusan Iklim AS Kunjungi Jepang

Sebagai langkah mengatasi krisis iklim global

Tokyo, IDN Times - Pada hari Selasa (31/8/2021), waktu setempat, Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat untuk Iklim, John F. Kerry menyambangi Jepang sebelum bertolak menuju China untuk pertemuan yang membahas mengenai emisi karbon sebagai upaya dalam mengatasi krisis iklim.

Tidak hanya bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, Kerry juga bertemu dengan pejabat Jepang lainnya, seperti Menteri Luar Negeri Toshimitsu Motegi, Menteri Lingkungan Hidup Shinjiro Koizumi, serta Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri, Hiroshi Kajiyama.

Lalu, apa saja yang dibahas oleh kedua negara tersebut?

1. Washington-Tokyo sepakat untuk terus bekerja sama dalam naungan kemitraan iklim AS-Jepang guna memajukan dekarbonisasi global

Bahas Emisi Karbon, Utusan Iklim AS Kunjungi JepangBendera Amerika Serikat. (Pexels.com/Brett Sayles)

Dalam pertemuan dengan Jepang, Kerry memperkenalkan upaya pemerintah Amerika Serikat (AS) yang hingga saat ini dilakukan dalam menghadapi perubahan iklim, serta rencana AS pada kegiatan di masa depan.

Kerry juga meminta para pemimpin dunia untuk bekerja sama, mempercepat tindakan yang diperlukan guna mengekang kenaikan suhu hingga tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, serta mendesak China untuk segera bergabung dengan AS dalam mengurangi emisi karbon, dikutip dari Al Jazeera.

Seperti yang diketahui, setelah China, AS adalah penghasil karbon terbesar kedua di dunia, dan Jepang menempati urutan kelima.

Pertemuan Kerry dengan PM Suga yang berlangsung sekitar 15 menit, mencapai kesepakatan dari kedua belah pihak untuk bekerja sama dan berkolaborasi guna menuju dekarbonisasi global, di mana pentingnya kerjasama dengan negara-negara berkembang, termasuk penghasil emisi utama sebagai langkah mereka dalam pengurangan emisi, termasuk melalui Japan-US Climate Partnership dan Quad (Jepang, AS, Australia, dan India).

Pertemuan antara AS dan Jepang di Tokyo dilakukan menjelang konferensi PBB, COP26 yang akan diselenggarakan di Glasgow, Skotlandia pada November mendatang.

2. Jepang: inovasi dan memanfaatkan teknologi terkemuka dunianya dengan maksimal adalah kunci mencapai target tahun 2050

Bahas Emisi Karbon, Utusan Iklim AS Kunjungi JepangPertemuan antara John Kerry selaku Utusan Iklim Amerika Serikat dan Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi di Tokyo (31/8/2021). (twitter.com/MofaJapan_en)

Baca Juga: Dievakuasi ke Paris, Atlet Paralimpiade Afghanistan Tiba di Jepang

Melalui laman resminya, Kementerian Luar Negeri Jepang, mofa.go.jp, menyampaikan pernyataan bahwa Jepang bersama dengan AS akan memimpin upaya masyarakat internasional untuk dekarbonisasi global dalam menghadapi perubahan iklim yang menjadi tantangan global saat ini.

"Perubahan iklim adalah masalah prioritas utama bagi Jepang dan pada KTT iklim," ungkap Motegi dalam pernyataannya. "Perdana Menteri Suga menyatakan target ambisius Jepang untuk tahun 2030 adalah menuju netralitas karbon pada tahun 2050."

Motegi juga menggarisbawahi bahwa inovasi merupakan kunci dalam mencapai target tingkat tinggi Jepang, dan Negeri Sakura tersebut akan memanfaatkan teknologi terkemuka dunianya dengan maksimal.

Setelah pertemuannya dengan Kerry, Motegi mengatakan kepada wartawan, "China adalah penghasil karbon terbesar di dunia dan ekonomi nomor dua, juga sangat penting bagi kami mengingatkan China untuk memenuhi tanggung jawabnya sesuai pada tempatnya," ungkap Motegi dan dikutip dari AP News.

3. Upaya Jepang untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2050

Bahas Emisi Karbon, Utusan Iklim AS Kunjungi JepangPanorama kota Tokyo, Jepang. (Unsplash.com/Jaison Lin)

Banyak negara telah berjanji untuk mencapai emisi nol karbon bersih pada tahun 2050, termasuk AS.

Jepang pun telah berjanji untuk berusaha mengurangi emisinya sebesar 46 persen, di mana target sebelumnya sebesar 26 persen pada tahun 2012. Langkah tersebut dilakukan guna mencapai netralitas karbon pada tahun 2050, seperti yang dilaporkan oleh Kyodo News.

Target Jepang tersebut jauh lebih cepat dari negara tetangganya, China, di mana Negeri Tirai Bambu tersebut telah menetapkan tujuan mencapai netralitas karbon pada tahun 2060.

Dan untuk mencapai target tersebut, Kementerian Lingkungan Jepang sedang mengupayakan anggaran yang signifikan guna mempromosikan program energi terbarukan dan dekarbonisasi, dilansir AP News.

Berdasarkan rancangan proposal anggaran untuk tahun 2022, Kementerian Perdagangan dan Perindustrian, juga berencana untuk menggunakan subsidi besar untuk mempromosikan kendaraan listrik dan pembangkit listrik tenaga angin. Selain itu, dalam rancangan rencana energi dasar yang dirilis pada bulan Juli, kementerian ini juga mengatakan bahwa pangsa energi terbarukan harus dinaikkan menjadi 36-38 persen dari pasokan listrik pada 2030, di mana target saat ini adalah 22-24 persen.

Seperti yang dilaporkan oleh Reuters, Jepang berada di bawah tekanan karena sebagai satu-satunya negara G7 yang memberi dukungan atas keberlanjutan batu bara, bahan bakar fosil paling kotor. Jepang membangun pembangkit listrik tenaga batu bara karena berjuang pasca bencana nuklir Fukushima, di mana menyebabkan Jepang melakukan penutupan pada sebagian besar reaktornya.

Baca Juga: Menkes Jepang: Sulit Cabut Status Darurat COVID-19

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya