Jepang Setujui Program Pelatihan Pekerja Asing yang Lebih sesuai HAM

Untuk menarik pekerja di tengah menyusutnya populasi Jepang

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Jepang menyetujui kebijakan baru untuk mengganti program pelatihan bagi peserta pelatihan kerja teknis warga asing yang berlaku saat ini pada Jumat (9/2/2024). Ini mencakup peningkatan perlindungan hak asasi manusia (HAM), fleksibilitas untuk berganti pekerjaan dan pengawasan yang lebih ketat.

Persetujuan tersebut membuka jalan bagi pemerintah untuk mengajukan rancangan undang-undang yang relevan ke parlemen pada awal Maret untuk memperkenalkan sistem baru tersebut.

"Kami ingin menjadikan Jepang menjadi negara yang akan dipilih untuk bekerja oleh talenta asing," kata Perdana Menteri Fumio Kishida, seraya menginstruksikan para menteri untuk memperbaiki kondisi penerimaan pekerja asing, dikutip dari Kyodo News.

Baca Juga: Jumlah Guru Jepang Cuti karena Kesehatan Mental Capai Rekor Tertinggi

1. Sistem yang baru, peserta bisa berganti pekerjaan setelah bekerja selama 1-2 tahun

Persetujuan pada pertemuan para menteri kabinet ini datang dari usulan panel pemerintah tahun lalu, serta mempertimbangkan diskusi di Partai Demokrat Liberal yang berkuasa guna membatasi peserta pelatihan untuk berpindah pekerjaan selama maksimal dua tahun.

Laporan akhir panel juga menyatakan bahwa peserta pelatihan harus diizinkan untuk berpindah pekerjaan setelah bekerja selama satu tahun. Meski begitu, para anggota parlemen menyatakan kekhawatirannya mengenai potensi keluarnya peserta pelatihan dari daerah pedesaan ke perkotaan yang kondisinya lebih baik.

Hingga akhirnya, pemerintah memutuskan untuk menetapkan batas maksimal perpindahan pekerjaan selama dua tahun dan tergantung pada bidangnya.

Pemerintah mempunyai peraturan ketat yang melarang para peserta pelatihan berpindah tempat kerja, kecuali ada alasan kuat. Banyak dari mereka yang melarikan diri karena pelanggaran, seperti gaji yang tidak dibayar dan pelecehan.

2. Pekerja magang asing dapat bekerja di bidang perawatan, konstruksi, hingga pertanian

Jepang Setujui Program Pelatihan Pekerja Asing yang Lebih sesuai HAMIlustrasi pekerja konstruksi. (unsplash.com/Eric Wang)

Dilansir NHK News, Program baru ini pada prinsipnya bertujuan untuk membantu pekerja magang asing memperoleh tingkat pengetahuan dan keterampilan tertentu dalam tiga tahun.

Hal ini akan diterapkan pada sektor-sektor yang sama, yang tercakup dalam program pekerja terampil tertentu untuk bidang-bidang, seperti perawatan, konstruksi, dan pertanian.

Terbatasnya jenis pekerjaan yang tersedia bagi pelatihan asing, disebabkan pemerintah yang masih enggan mengizinkan kebijakan imigrasi yang lebih terbuka.

Kurangnya keragaman dan inklusivitas di Negeri Sakura, serta upah yang relatif rendah membuat negara tersebut kurang menarik bagi pekerja asing. Jepang harus bersaing dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan yang memiliki banyak peminat.

Baca Juga: 4 Warga Vietnam Ditangkap usai Mencuri Berulang Kali di Uniqlo Jepang

3. Hampir 360 ribu peserta pelatihan yang berpartisipasi pada tahun lalu

Jepang Setujui Program Pelatihan Pekerja Asing yang Lebih sesuai HAMSuasana Akihabara di Tokyo, Jepang. (unsplash.com/Nicholas Doherty)

Di bawah sistem baru ini, peserta pelatihan akan dapat beralih ke sistem pekerja terampil tertentu yang diperkenalkan pada 2019. Sistem ini memungkinkan mereka untuk tinggal hingga 5 tahun dengan potensi untuk mendapatkan izin tinggal permanen.

Pelamar untuk sistem pelatihan baru juga akan diminta untuk lulus Tes Kemahiran Bahasa Jepang (JLPT) tingkat N4 yang menunjukkan pemahaman dasar bahasa Jepang atau tingkat N5 yang paling mudah.

Sementara itu, saat ini Jepang juga mempertimbangkan persyaratan pencabutan status izin tinggal permanen bagi orang asing yang jumlahnya diperkirakan akan meningkat. Ini jika mereka tidak membayar pajak atau premi asuransi sosial.

Sejak 1993, Jepang menerapkan Program Pelatihan Magang Teknis. Sistem tersebut dirancang guna mentransfer keterampilan ke negara-negara berkembang melalui pelatihan pemuda. Namun, program tersebut mendapat kritikan, yang disebut sebagai skema mengimpor tenaga kerja murah di tengah populasi usia kerja di Jepang yang kian menua dan menyusut.

Hingga Juni lalu, terdapat hampir 360 ribu peserta pelatihan yang berpartisipasi dalam program ini. Sebagian besar berasal dari Vietnam, Indonesia, dan Filipina, Associated Press melaporkan.

Baca Juga: Jumlah Guru Jepang Cuti karena Kesehatan Mental Capai Rekor Tertinggi

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya