Jerman-Prancis-Polandia Sepakat Sediakan Banyak Senjata untuk Ukraina

Setelah paket bantuan AS senilai Rp938,8 triliun diblokir

Jakarta, IDN Times - Kanselir Jerman Olaf Scholz, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk sepakat untuk meningkatkan produksi peralatan militer bersama sebagai upaya mengatasi kekurangan sumber daya militer Ukraina.

Dalam pertemuan puncak 'Weimar Triangle' yang berlangsung di Berlin pada Jumat (15/3/2024), para pemimpin menyampaikan komitmennya untuk mendukung Kiev yang sedang berperang dengan Rusia.

Pertemuan ini diadakan menjelang pemilihan umum di Rusia, yang mana Presiden Vladimir Putin dipastikan keluar sebagai pemenang. 

1. Koalisi artileri jarak jauh ke Ukraina akan dibentuk

Menjelang pertemuan, Scholz telah mendiskusikan dukungan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengenai apa yang dibutuhkan saat ini. Dia juga mengatakan, pertemuan dengan Prancis dan Polandia merupakan hal yang sangat penting guna mengorganisir dukungan sebanyak mungkin bagi perdamaian Ukraina.

"Dia tahu bahwa dia dapat mengandalkan kami, dan kami memperbarui sinyal dukungan untuk Kiev mulai hari ini," kata Scholz.

"Tetapi sinyal yang sangat jelas juga ditujukan kepada Moskow. Presiden Rusia harus tahu bahwa kami tidak akan berhenti mendukung Ukraina," sambungnya dikutip dari Associated Press.

Scholz juga mengatakan bahwa produksi peralatan militer akan diperluas, termasuk melalui kerja sama dengan mitra di Ukraina. Sementara itu, koalisi untuk artileri roket jarak jauh baru akan dibentuk. Ini menggarisbawahi kesepakatan yang dibuat pada konferensi di Paris bulan lalu. Pihaknya juga berjanji tidak akan pernah memicu eskalasi di sana.

Jerman masih menjadi sumber bantuan militer terbesar di Eropa untuk Ukraina, bahkan di saat Kiev menghadapi kekurangan senjata kritis.

Baca Juga: Serangan Misil Terbaru Rusia di Ukraina Tewaskan 14 Orang

2. Jerman-Prancis-Polandia bertekad membantu Ukraina dan tidak membiarkan Rusia menang

Sementara itu, Tusk menuturkan bahwa pihaknya ingin menggelontorkan dana guna membantu dengan segala cara, sehingga situasi di Ukraina dalam beberapa minggu dan bulan mendatang menjadi lebih baik.

Macron juga menegaskan kembali dukungan Prancis terhadap rencana yang diprakarsai oleh Ceko untuk membeli amunisi dan peluru di luar Uni Eropa. Inisiatif tersebut telah mengumpulkan dana yang cukup untuk membeli setidaknya 300 ribu peluru dan pejabat Praha mengatakan pengiriman pertama akan tiba paling lambat pada Juni.

"Ini adalah momen yang serius. Sebuah era baru telah dimulai dan kita akan berada di sana. Fakta bahwa kami bertiga bersatu pada hari ini, bertekad dengan kejelasan yang sama tentang situasi di Ukraina dan bertekad untuk tidak pernah membiarkan Rusia menang, serta mendukung rakyat Ukraina sampai akhir merupakan kekuatan bagi kami, rakyat kami, keamanan kami, dan Eropa kami," ungkap Macron.

Menurut Macron, jika membiarkan Ukraina sendirian dan kalah dalam perang, maka Moskow akan mengancam Moldova, Rumania, dan Polandia.

Pernyataan para pemimpin tersebut dinilai tidak mengatasi perbedaan antara Scholz dan Macron, setelah Presiden Prancis tersebut mengatakan pada konferensi bulan lalu bahwa pengiriman pasukan darat Barat tidak boleh dikesampingkan di masa depan.

Di sisi lain, Scholz mengatakan bahwa para pemimpin telah sepakat tidak akan ada pasukan darat di wilayah Ukraina yang dikirim oleh negara-negara Eropa.

3. Ukraina membutuhkan kendaraan lapis baja hingga artileri

Jerman-Prancis-Polandia Sepakat Sediakan Banyak Senjata untuk UkrainaIlustrasi pasukan militer. (pexels.com/Pixabay)

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan bahwa Ukraina bukannya kehabisan keberanian, melainkan kehabisan amunisi setelah lebih dari dua tahun menghadapi invasi Moskow.

Kiev mengharapkan lebih banyak pasokan militer dari mitra-mitra Ukraina di Barat, di saat mereka berjuang melawan pasukan Rusia yang lebih besar dan memiliki perlengkapan yang lebih baik dalam memberikan tekanan keras di beberapa titik garis depan di Ukraina.

Saat ini, Ukraina membutuhkan kendaraan lapis baja, artileri, dan pertahanan udara.

Rencana Uni Eropa untuk memproduksi 1 juta peluru artileri untuk Ukraina gagal, di tambah paket bantuan militer Amerika Serikat (AS) senilai 60 miliar dolar AS (sekitar Rp938,8 triliun) untuk Kiev telah diblokir di Kongres oleh Partai Republik sayap kanan, dilansir BBC.

Baca Juga: Dubes Ukraina: Rusia Bohong soal 10 WNI Jadi Tentara Bayaran

Rahmah N Photo Verified Writer Rahmah N

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya