Anak-Anak Afghanistan Hadapi Kekurangan Gizi

Kondisi Afghanistan makin parah di bawah Taliban

Jakarta, IDN Times – Kondisi ekonomi yang memburuk di Afghanistan telah menimbulkan dampak menghancurkan bagi banyak orang, khususnya dalam bidang kesehatan. Anak-anak di negara itu kini menghadapi kekurangan gizi yang parah, bahkan lebih parah dari tahun lalu sebelum negara itu diambilalih Taliban.

BBC melaporkan pada Rabu (15/12/2021) bahwa rumah sakit di provinsi tengah Ghor yang terpencil telah didatangi ibu-ibu bersama bayi mereka, berharap dapat menerima paket nutrisi.

Seorang pekerja rumah sakit itu mengatakan, kondisi ini telah berlangsung setiap hari.

“Seperti ini setiap hari,” katanya. “Sudah seperti ini selama empat atau lima bulan terakhiir. Tahun lalu juga buruk, tapi tidak seperti ini.”

Baca Juga: Bank Dunia akan Cairkan Dana Bantuan untuk Afghanistan

1. Banyak bantuan dihentikan

Anak-Anak Afghanistan Hadapi Kekurangan GiziPengungsi anak-anak menunggu penerbangan berikutnya setelah didaftarkan di Bandara Internasional Hamid Karzai, di Kabul, Afghanistan, Kamis (19/8/2021). Gambar diambil 19 Agustus 2021 (ANTARA FOTO/1stLt. Mark Andries/U.S. Marine Corps/Handout via REUTERS)

Kondisi ini salah satunya disebabkan ditariknya bantuan atau dukungan internasional di negara itu setelah Taliban mengambilalih pemerintahan pada Agustus lalu. Padahal, dukungan internasional sangat penting bagi warga Afghanistan.

Alasan lainnya yang memperburuk keadaan, yakni karena cadangan devisa negara itu, yang berjumlah sekitar 10 miliar dolar Amerika serikat (AS) atau Rp140 triliun telah dibekukan, utamanya oleh Amerika Serikat.

Negara ini juga tengah menghadapi lonjakan pengangguran dan kenaikan harga pangan di saat nilai mata uangnya anjlok. Saat ini, bank-bank di negara itu juga telah menetapkan batas penarikan uang tunai.

2. Kehidupan sulit

Anak-Anak Afghanistan Hadapi Kekurangan GiziIlustrasi penduduk Afghanistan (Pixabay.com/ArmyAmber)

Para perempuan di luar pusat triase malnutrisi di Ghor, mengatakan, hidup selalu sulit di negara itu. Tetapi sekarang semakin sulit.

“Kami tidak punya apa-apa, tidak ada makanan. Anak-anak saya sakit dan kami tidak punya obat,” kata seorang ibu. “Kenapa kita tidak mendapatkan bantuan?”

Seorang dokter senior mengatakan, jumlah kasus anak yang mengalami kekurangan gizi menjadi dua kali lebih banyak dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sendiri telah memperingatkan bahwa satu juta anak berisiko meninggal karena kelaparan selama beberapa bulan mendatang.

Rumah sakit yang menangani pasien kekurangan gizi juga menghadapi banyak masalah. Mulai dari kekurangan ruang rawat hingga kekurangan hal-hal yang dibutuhkan untuk pasien, seperti kayu bakar untuk pemanas yang dibutuhkan agar bisa menghangatkan tubuh pasien di malam hari.

Parahnya, bukan hanya peningkatan malnutrisi yang dihadapi staf rumah sakit, tetapi juga kasus pneumonia parah saat musim dingin tiba.

“Kami tidak memiliki bahan bakar, selendang atau pakaian hangat,” kata seorang perempuan tua yang menemani cucunya yang masih bayi di ruang gawat darurat. “Kami tidak memiliki kehidupan nyata.., kami adalah pengungsi yang terlantar.”

Baca Juga: Taliban Larang Pernikahan Paksa di Afghanistan

3. Kondisi Afghanistan memburuk

Anak-Anak Afghanistan Hadapi Kekurangan GiziPengungsi menaiki pesawat saat Departemen Pertahanan AS berkomitmen untuk mendukung Departemen Luar Negeri AS dalam keberangkatan personel sipil AS dan sekutu dari Afghanistan, dan untuk mengevakuasi sekutu Afghanistan dengan aman, dalam gambar handout terbaru tanpa tanggal. ANTARA FOTO/Staff Sgt. Brandon Cribelar/U.S. Air Force /Handout via REUTERS/AWW

Di bawah pemerintahan sebelumnya, rumah sakit juga kekurangan sumber daya, tetapi setidaknya Kementerian Kesehatan mampu menyediakan bahan bakar yang cukup untuk mereka. Sekarang, dengan adanya pemotongan dana, pemerintah Taliban tidak punya uang.

Bahkan tumpukan kayu kecil di pemanas ruangan telah disumbangkan oleh badan amal internasional.

Kondisi ekonomi yang kacau ini juga berdampak pada staf rumah sakit. Mereka dikabarkan baru menerima gaji dalam lima bulan, itu pun berkat bantuan Komite Palang Merah Internasional.

Dr Parsa, kepala rumah sakit wilayah itu, sampai harus membayar gaji untuk enam perawat tambahan dari kantongnya sendiri, hanya untuk menjaga agar layanan penting tetap berjalan.

Persediaan obat-obatan saat ini juga masih sangat rendah. Mereka hanya memiliki pasokan obat untuk waktu sekitar satu minggu. Akibatnya, kebanyakan pasien disuruh membeli sendiri dari apotek terdekat, membuat mereka terlilit utang.

Pemerintah Barat telah menangguhkan pendanaan karena khawatir dananya akan disalahgunakan pemerintahan Taliban. Tapi Dr Parsa mengatakan, rumah sakitnya membutuhkan dukungan.

“Pesan saya kepada komunitas internasional adalah: ini adalah situasi terburuk yang pernah kami hadapi... tolong kirimkan bantuan kemanusiaan kepada kami. Negosiasikan dengan emirat Islam [pemerintah Taliban] dan cairkan cadangan devisa mereka,” katanya.

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya