Mengenal Jalur Gaza, Lokasi Langganan Konflik Israel-Palestina

Gaza kota termiskin dunia yang dulunya makmur

Jakarta, IDN Times - Konflik yang memanas antara Israel dengan kelompok pejuang Palestina di Jalur Gaza, Hamas, sejak akhir pekan. Serangan demi serangan yang menelan ratusan korban jiwa ini membuat Jalur Gaza ramai diperbincangkan.

Selain dikenal sebagai tempat yang lekat hubungannya dengan konflik Israel-Palestina, apa sebenarnya Jalur Gaza dan bagaimana tempat yang dulunya hanya bernama Gaza itu bisa berubah nama? Berikut penjelasannya.

Baca Juga: 3 Alasan Israel Gagal Mencegah Serangan Hamas

1. Awalnya bernama Gaza

Mengenal Jalur Gaza, Lokasi Langganan Konflik Israel-Palestinailustrasi jalur gaza (news.un.org)

Jalur Gaza yang disebut sebagai “Qiṭāʿ Ghazzah” dalam Bahasa Arab dan Reẓuʿat ʿAzza dalam Bahasa Ibrani, ternyata dulunya sebuah wilayah yang hanya bernama Gaza. Wilayah ini berubah nama setelah Israel menduduki Palestina selama beberapa dekade, sebagaimana dilaporkan TRT World.

Wilayah dengan panjang hanya 41 kilometer dan lebar antara 6 hingga 12 kilometer ini adalah sebuah kota yang terkepung, dan merupakan salah satu tempat paling miskin di dunia. Ini juga merupakan kota terpadat ketiga di dunia, karena lebih dari dua juta orang Palestina terpaksa tinggal di area seluas 362 kilometer persegi tersebut, akibat konflik dengan Israel.

Baca Juga: Two State Solution Satu-satunya Solusi Konflik Palestina-Israel

2. Dulunya wilayah yang makmur

Mengenal Jalur Gaza, Lokasi Langganan Konflik Israel-PalestinaAsap dan api membumbung di atas gedung selama serangan udara Israel, di tengah maraknya kekerasan Israel-Palestina, di Kota Gaza, Senin (17/5/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa.

Sebagai sebuah wilayah, Gaza memiliki gelar salah satu kota tertua di Timur Tengah, dengan setidaknya 4.000 tahun sejarah. Di bawah kekaisaran Romawi, Gaza adalah kota pesisir yang makmur dan kaya akan keragaman yang dipimpin oleh Senat yang beranggotakan 500 orang.

Wilayah ini menerima hibah dari beberapa kaisar yang berbeda. Berabad-abad kemudian, di bawah Mamluk, sebuah dinasti Muslim, kota ini menjadi ibu kota provinsi yang mencakup wilayah dari Semenanjung Sinai Mesir hingga Kaisarea, sebuah kota yang sekarang berada di Israel utara.

Di bawah Ottoman, negara yang kini disebut Turki, kota ini mengalami zaman keemasannya. Ini khususnya terjadi pada abad ke-16, ketika Kekaisaran Ottoman menaklukkan sebagian besar Timur Tengah, dari Mesir hingga Suriah, hingga Lebanon dan Palestina saat ini.

3. Kini jadi tempat penampungan pengungsi Palestina

Mengenal Jalur Gaza, Lokasi Langganan Konflik Israel-PalestinaWarga Palestina menaiki becak auto melarikan diri saat serangan udara dan artileri Israel saat kekerasan lintas batas antara militer Israel dan militan Palestina terus berlanjut, di utara Jalur Gaza, Jumat (14/5/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Mohammed Salem.

Sejak perang 1948, ketika pertempuran besar-besaran pecah antara Israel dan negara-negara tetangga Arab, banyak warga Palestina dipaksa keluar dari negara mereka. Perang itu akhirnya menjadi bencana bersejarah bagi kamp Arab. Puluhan ribu pengungsi dipindahkan ke Gaza.

Selama bertahun-tahun kemudian, kota itu menjadi semakin padat dengan semakin banyak pengungsi internal Palestina. Akibatnya, jalanan dan lingkungannya dipenuhi populasi dengan jumlah yang besar.

Tapi, orang Israel juga tidak meninggalkan para pengungsi itu dengan damai di sana. Negara Zionis secara militer menduduki kota itu sejak 1967 hingga 2005. Bahkan, setelah menarik pasukannya, Israel tidak hanya menempatkan warga Gaza di bawah pengawasan besar-besaran, tetapi juga membom dan menyerbu beberapa kali, menewaskan ribuan orang Palestina.

4. Kondisi geografis Jalur Gaza

Mengenal Jalur Gaza, Lokasi Langganan Konflik Israel-PalestinaSeorang anak bersama ayahnya sambil membawa bendera Palestina di Jalur Gaza. (Pixabay.com/hosny_salah)

Menurut Britannica, daerah permukiman padat yang tidak diakui sebagai bagian de jure (tidak diakui secara hukum) oleh negara manapun yang masih ada ini, terletak di dataran pantai yang relatif datar.

Suhu rata-ratanya berada di 13 °C pada musim dingin, dan pada pertengahan hingga di atas 20-an °C pada musim panas. Daerah tersebut menerima curah hujan rata-rata sekitar 300 mm setiap tahun.

Kondisi kehidupan di Jalur Gaza biasanya buruk, bukan hanya karena populasi di kawasan itu padat dan cepat meningkat, tapi karena masalah kekurangan air, limbah, dan layanan listrik yang tidak memadai.

Dari segi ekonomi, tingkat penganggurannya tergolong tinggi, dan telah menderita akibat sanksi yang dijatuhkan Israel di wilayah tersebut sejak September 2007.

Pertanian adalah andalan ekonomi penduduk yang bekerja, dan hampir tiga perempat dari luas lahannya ditanami. Tanaman utamanya, buah jeruk, ditanam di lahan beririgasi dan diekspor ke Eropa dan pasar lain di bawah pengaturan Israel.

5. Memiliki terowongan ke Mesir

Mengenal Jalur Gaza, Lokasi Langganan Konflik Israel-Palestinailustrasi. Seorang pria membawa bendera Palestina di Jalur Gaza. (Sumber: pixabay.com/hosnysalah-10285169)

Pada masa yang stabil secara politik, sebanyak sepersepuluh penduduk Palestina melakukan perjalanan setiap hari ke Israel untuk bekerja dalam pekerjaan kasar. Namun mereka tidak diizinkan menginap.

Ketegangan politik dan pecahnya kekerasan sering membuat otoritas Israel menutup perbatasan untuk waktu yang lama, membuat banyak orang Palestina kehilangan pekerjaan. Akibatnya, industri penyelundupan yang berkembang pesat muncul, berdasarkan pada jaringan terowongan bawah tanah yang menghubungkan sebagian Jalur Gaza dengan negara tetangga Mesir.

Terowongan itu memberi warga Palestina akses ke barang-barang seperti makanan, bahan bakar, obat-obatan, elektronik, dan senjata.

Baca Juga: Sejarah Masjid Al-Aqsa, Kiblat Pertama Umat Islam

Topik:

  • Rochmanudin
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya