3 Alasan Israel Gagal Mencegah Serangan Hamas
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Serangan mendadak Hamas atas Israel pada Sabtu (7/10/2023) mengejutkan banyak pihak. Ribuan roket yang ditembakkan Hamas dari Jalur Gaza tidak mampu dibendung oleh Iron Dome Israel, sistem pertahanan anti-rudal yang selama ini menjadi kebanggaannya.
Israel pun tidak tinggal diam. Israel Defense Forces (IDF) meluncurkan “Operasi Pedang Besi” sebagai respons operasi Hamas bertajuk “Badai Al-Aqsa”. Tujuan IDF adalah menguasai kembali Jalur Gaza dan mengusir Hamas dari bumi Palestina.
Al Jazeera hingga Senin (9/10/2023) siang melaporkan, korban dari pihak Palestina mencapai 413 nyawa dan 700 nyawa dari pihak Israel.
Serangan Hamas ini disebut-sebut sebagai bukti kegagalan intelijen Israel dalam mendeteksi ancaman. Padahal, intelijen Israel dikenal sebagai salah satu yang paling terbaik dan tercanggih di dunia. Lantas, kenapa hal itu terjadi?
Baca Juga: Perang Hamas dan Israel, Mata Uang Rupiah Kena Getahnya
1. Hamas gunakan saluran komunikasi konvensional
New York Times merilis artikel berjudul “Hamas Attack Raises Questions Over an Israeli Intelligence Failure”. Kegagalan Israel berawal dari ketidakmampuan intelijen untuk mengumpulkan informasi dari penyadapan serta satelit pemantau.
Menurut sumber keamanan Amerika Serikat (AS), Hamas menggunakan saluran komunikasi konvensional untuk mempersiapkan serangan. Hamas, yang sadar dengan kemampuan Israel menginfiltrasi informasi, memilih untuk tidak membahas persiapan serangan lewat handphone.
“Hamas sepertinya menggunakan gaya lama, berbicara tatap muka, untuk menghindari deteksi Israel. Ratusan orang pasti terlibat untuk menggagalkan jaringan Israel memproleh informasi,” demikian analisis media tersebut.
Di sisi lain, tokoh intelijen Israel juga dinilai tidak belajar dari kesalahan di masa lalu.
“Pengumpulan intelijen adalah upaya manusia, kegagalan tidak bisa dihindari. Sayangnya, kegagalan terjadi pada saat yang paling penting, ketika mereka menghadapi ancaman paling besar dalam setengah abad,” kata pejabat AS.
Editor’s picks
Baca Juga: Fakta-Fakta Serangan Kejutan Hamas Atas Israel
2. Kombinasi rudal lama dan baru
Hamas sepertinya benar-benar mempelajari pola kerja Iron Dome usai serangan 11 hari pada 2021. Mereka pun menyadari titik lemah Iron Dome.
Iron Dome dirancang untuk melindungi pusat populasi. Rudal tidak akan dilepaskan jika roket yang datang tidak dianggap berbahaya. Hamas juga menyadari bahwa butuh waktu bagi Iron Dome untuk reload.
Di sisi lain, Hamas mengombinasikan kelemahan Iron Dome dengan variasi rudal. Hamas menggunakan sistem rudal baru yang dikenal sebagai Rajum dan menggunakan drone kecil yang menjatuhkan amunisi ke posisi militer Israel, kata perusahasan intelijen Janes.
Alhasil, saat Hamas menembakkan ribuan rudal model lama dan baru, ada sebagian senjata yang gagal direspons oleh Iron Dome, sehingga menyebabkan banyak korban jiwa dari pihak Israel.
3. AS dan Israel salah menduga datangnya ancaman
Tidak kalah penting adalah pertanyaan ke mana intelijen AS? Apakah mereka juga gagal mendeteksi ancaman? Sebab tidak mungkin AS, yang merupakan bestie Israel, tidak menginformasikan negara mitranya soal ancaman Hamas.
AS dan Israel dinilai terlalu fokus pada ancaman yang datang dari Iran, pejuang Hizbullah, dan ancaman kerusuhan di Tepi Barat. Sehingga, blokade Israel selama puluhan tahun atas Jalur Gaza tidak menaruh kecurigaan terhadap 15 ribu warga Palestina yang setiap hari keluar-masuk wilayah kekuasaan Hamas tersebut.
“Saya belum pernah melihat perbatasan dilanggar dengan cara seperti ini. Biasanya, jika ada satu orang dari Gaza yang mendekati perbatasan, mereka dicegat dan dinetralisir jauh sebelum mereka dapat melakukan apa pun. Ini adalah sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Ini merupakan kegagalan intelijen yang besar,” kata mantan Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman, dikutip dari NBC News.
Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Gagal Sepakat Respons Perang Hamas-Israel