Omar Rahman, peneliti di Middle East Council on Global Affairs, berpendapat bahwa Israel kemungkinan besar tidak akan tunduk pada tekanan untuk segera mencapai gencatan senjata, karena tujuannya di Gaza lebih dari sekadar membebaskan para sandera.
“Sejak Oktober 2023, sudah jelas bahwa tujuan akhir Israel adalah penghancuran fisik Gaza, kehancuran masyarakat Palestina secara sistematis, dan pengosongan wilayah Jalur Gaza secara paksa,” kata Rahman kepada Al Jazeera.
Ia mengungkapkan bahwa kelanjutan strategi tersebut terlihat melalui Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang disebutnya sebagai hasil rekayasa AS dan Israel untuk mengganti jalur distribusi bantuan yang semestinya dan menggiring populasi yang selamat ke wilayah-wilayah sempit di Jalur Gaza. Selain itu, ia juga menyoroti rencana Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, yang mengusulkan pembangunan ‘kota kemanusiaan’ untuk menampung 2,1 juta warga Palestina di Rafah.
“Yang coba dilakukan Israel adalah menciptakan kamp konsentrasi, yang pada dasarnya menjadi ruang penahanan sementara sampai ada opsi lain untuk mengosongkan wilayah tersebut dari penduduk,” tambah Rahman.
Sementara itu, analis politik Israel, Akiva Eldar mengatakan bahwa mayoritas warga Israel sangat terkejut dan muak dengan rencana yang diusulkan oleh Israel Katz, yang menurutnya ilegal dan tidak bermoral.
“Siapa pun yang terlibat dalam proyek menjijikkan ini akan turut serta dalam kejahatan perang,” ujar Eldar.