Pemukim Israel Pukul Warga AS Hingga Tewas di Tepi Barat

- Warga AS tewas usai dipukuli para pemukim Israel
- Konflik meningkat setelah serangan Hamas ke Israel
- Gencatan senjata masih belum tercapai dengan berbagai hambatan
Jakarta, IDN Times - Seorang warga negara Amerika Serikat (AS), Sayfollah Musallet, tewas usai dipukuli oleh sekelompok pemukim Israel di desa Sinjil, wilayah Tepi Barat yang diduduki, pada Jumat (11/7/2025). Kematian Musallet dikonfirmasi oleh pejabat kota setempat dan anggota keluarganya.
Dikutip NPR, Minggu (13/7/2025), Musallet lahir di Florida, AS. Dia sedang berada di Sinjil untuk mengunjungi keluarganya.
1. Kematiannya dikonfirmasi Kedutaan AS di Israel
Kematian pemuda 21 tahun itu dikonfirmasi Kedutaan Besar Amerika Serikat yang ada di Israel. Sementara itu, pihak militer Israel menyatakan, terjadi konfrontasi antara warga Palestina dan pemukim Israel di wilayah tersebut.
Mereka tengah menyelidiki laporan kematian warga sipil di Palestina. Namun hingga kini, belum ada pihak yang ditetapkan sebagai tersangka dalam insiden tersebut.
Kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina kembali disorot. Dalam banyak kasus, pelaku kekerasan jarang diadili, dan jika dibawa ke pengadilan, hanya sebagian kecil yang berakhir dengan hukuman.
Bahkan, Departemen Kehakiman AS menghadapi kritik dari pengacaranya sendiri atas perbedaan tajam dalam caranya menyelidiki kejahatan yang dilakukan oleh Rusia dan Hamas dibandingkan dengan tuduhan kejahatan oleh Israel.
2. Konflik kian memburuk

Ketegangan terus meningkat sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik ratusan lainnya. Sebagai balasan, Israel melancarkan operasi militer besar-besaran ke Gaza yang hingga kini telah menewaskan lebih dari 55 ribu warga Palestina. Lebih dari separuh korban adalah perempuan dan anak-anak, serta melukai 127 ribu orang lainnya.
Pengepungan yang terus dilakukan Israel terhadap wilayah Gaza telah memicu krisis kemanusiaan besar. Infrastruktur kesehatan dan kesejahteraan di wilayah itu disebut hampir runtuh total. Meskipun banyak pemimpin dunia mengecam keras respons militer Israel, pemerintah Amerika Serikat tetap memberikan dukungan finansial.
Bulan lalu, pemerintahan Donald Trump mengumumkan akan mengalokasikan 30 juta dolar AS untuk program yang didukung Israel demi mengendalikan pasokan makanan di Gaza. Oleh PBB, bantuan itu disebut sebagai "jebakan maut".
3. Gencatan senjata masih gagal dicapai

Upaya internasional untuk mencapai gencatan senjata hingga kini belum membuahkan hasil. Sementara itu, korban jiwa terus bertambah dan kekerasan antarwarga sipil meningkat.
Israel menuntut agar Hamas sepenuhnya dilucuti senjata, pusat kekuasaan Hamas dibongkar, serta pasukannya tetap berada di sekitar 40 persen wilayah Gaza, termasuk zona penyangga Rafah.
Sementara, Hamas bersikeras agar Israel menarik seluruh pasukan secara penuh ke batas perjanjian gencatan sebelumnya. Mereka juga meminta jaminan, gencatan ini membuka jalan menuju penghentian perang secara permanen. Meski gencatan belum disepakati, distribusi bantuan kemanusiaan tetap terhambat oleh kekurangan bahan bakar dan akses logistik.