Arab Saudi Disebut Berencana Batasi Jumlah Peserta Ibadah Haji 2020
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Riyadh, IDN Times - Pemerintah Arab Saudi disebut berencana membatasi jumlah peserta ibadah haji, yang akan dimulai pada akhir Juli sampai Agustus 2020. Ini adalah informasi yang dikatakan sumber orang dalam kepada Reuters, Senin (8/6).
Sejak awal pandemik COVID-19, memang belum ada kepastian, apakah Arab Saudi akan mengizinkan penyelenggaraan ibadah tahunan yang bisa menarik lebih dari 2,5 juta umat Muslim dari seluruh dunia itu. Ini sangat berdampak terhadap perekonomian negara, apalagi dengan ibadah umrah yang sudah ditangguhkan sepanjang 2020.
1. Perdebatan disebut masih terjadi di tubuh otoritas internal Arab Saudi
Menurut sumber tersebut, pemerintah sekarang sedang mempertimbangkan menerima "angka simbolik" dalam musim haji tahun ini. Tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan hal itu, tapi disebutkan ada larangan terhadap peserta ibadah haji berusia lanjut. Pemeriksaan kesehatan tambahan juga disebut akan diterapkan.
Sementara, pihak lain di otoritas terkait dilaporkan mengusulkan agar ibadah haji tahun ini dibatalkan saja. Sedangkan, sisanya menyarankan agar masing-masing negara mengirimkan hanya 20 persen dari total kuota reguler calon haji ke Arab Saudi. Belum diketahui kapan keputusan resmi akan diumumkan ke publik.
Baca Juga: Kemenag: Ada 214.243 Jemaah Haji 2020 yang Batal Berangkat ke Saudi
2. Arab Saudi sempat meminta calon haji agar tak melanjutkan persiapan
Pada April lalu, Menteri Urusan Ibadah Haji Arab Saudi Mohammed Banten sempat meminta seluruh umat Islam yang ingin berangkat ke Mekkah dan Madinah agar menunda persiapan, termasuk membeli tiket pesawat, karena ketidakpastian situasi di tengah pandemik COVID-19.
Editor’s picks
Dilansir BBC, Banten mengatakan, sebaiknya calon haji "menunggu sebelum melengkapi kontrak" yang diperlukan untuk bisa terbang ke Arab Saudi "sampai situasi jelas". Ia menambahkan, pihak kerajaan mengaku khawatir dengan keselamatan jemaah calon haji jika memaksakan menyelenggarakan ibadah.
"Arab Saudi sangat siap melayani jemaah dan peserta umrah dalam segala kondisi," kata Banten. "Namun, dengan situasi terkini, saat kita bicara tentang pandemik global, yang mana kita minta kepada Tuhan agar diselamatkan darinya, kerajaan berniat untuk melindungi kesehatan seluruh Muslim dan warga negara," tegas dia.
3. Pangeran Mahkota Arab Saudi berencana tingkatkan jumlah peserta ibadah haji sampai 30 juta per tahun
Berdasarkan data resmi yang dikutip Middle East Eye, dari penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, pemerintah Arab Saudi bisa memperoleh sebanyak Rp167 triliun per tahun. Di tengah menurunnya harga minyak dunia dan kebijakan lockdown yang diterapkan untuk memutus laju penyebaran virus corona, penundaan haji dan umrah diprediksi akan berimbas besar terhadap perekonomian Saudi.
Sebelumnya, Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) berencana melakukan reformasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak. Salah satunya dengan meningkatkan kapasitas haji dan umrah hingga 30 juta per tahun.
Ini lantaran tak seperti minyak yang fluktuatif, minat orang Islam untuk melakukan ibadah haji maupun umrah tak pernah surut. Jika rencana itu berhasil, harapannya pendapatan dari haji dan umrah akan meningkat sampai Rp185 triliun pada 2030.
Sementara itu, salah satu negara pengirim jemaah haji terbesar di dunia adalah Indonesia. Setelah meminta Arab Saudi segera mengumumkan kepastian penyelenggaraan haji, pada awal Juni ini pemerintah mengaku memilih membatalkan keberangkatan lebih dari 220.000 calon jemaah.
Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan keputusan pembatalan itu karena otoritas Arab Saudi tak juga menjelaskan, apakah ibadah haji akan tetap diizinkan. Menurut dia, ini merupakan keputusan sulit yang diambil pemerintah, tetapi harus terjadi demi keselamatan umat Muslim itu sendiri.
Baca Juga: E-Hajj Tutup, Proses Persiapan Ibadah Haji 2020 di Arab Saudi Mandek