Australia Bebaskan Pasangan Gay Asal Arab Saudi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Canberra, IDN Times - Dua laki-laki gay asal Arab Saudi yang ditahan di Australia sudah bebas dalam waktu berbeda. Pada Selasa (17/12) Alison Battisson, pengacara pasangan tersebut, mengatakan kepada AFP bahwa klaim suaka mereka juga sedang dalam proses.
Publik hanya mengetahui mereka diidentifikasi sebagai Sultan dan Nassar. Keduanya berprofesi sebagai jurnalis dan memutuskan untuk pergi ke Australia pada Oktober lalu dengan memakai visa wisata.
Imigrasi setempat melakukan penahanan setelah tahu keduanya berniat untuk mendapatkan status kependudukan permanen. Sejak itu, Sultan dan Nassar menghabiskan waktu mereka di kamp detensi imigrasi.
1. Salah satunya pernah bekerja kepada pemerintah Arab Saudi
Australia membebaskan Nassar pada Jumat (13/12), sedangkan karena alasan birokrasi, Sultan baru menghirup udara bebas pada Selasa (17/12). "Mereka benar-benar sudah bebas sekarang," kata Battisoon.
Nassar dan Sultan memilih meninggalkan Arab Saudi karena faktor keselamatan. Sultan merupakan jurnalis yang pernah bekerja dengan Kementerian Media di negaranya, termasuk membela pemerintahnya di hadapan wartawan-wartawan asing.
Akan tetapi, otoritas lokal mulai mencurigai bahwa dia punya hubungan dengan Nassar -- sesuatu yang dianggap ilegal oleh kerajaan Islam itu. Ia mengaku pernah diinterogasi karena dituduh membocorkan sejumlah dokumen rahasia. Sultan sendiri membantahnya.
Baca Juga: Pasangan Gay di Singapura Diizinkan Adopsi Seorang Anak
2. Mereka kabur dari Arab Saudi untuk menyelamatkan diri
Dilansir dari The Guardian, walau ia harus merahasiakan hubungannya dengan Nassar, Sultan sempat mengaku "mencintai" kehidupannya di Arab Saudi, termasuk "membantu citra kerajaan di luar negeri dengan memastikan media asing memotret negara itu dengan adil dan akurat".
"Namun, setelah ditarget secara tidak adil oleh Kementerian Media dan pengurus keamanan negara, saya tak punya pilihan lain selain meninggalkan kerajaan dan mencari suaka di tempat lain," jelasnya.
3. Keduanya menyesalkan perlakuan yang diterima di Australia tak berbeda dengan di Arab Saudi
Tujuan keduanya untuk mendapatkan perlindungan di Australia pupus setelah imigrasi menempatkan mereka di kamp detensi. Mereka mengaku pernah beberapa kali diancam dengan kekerasan oleh penghuni detensi lainnya. Penjaga juga melakukan intimidasi.
"Kami kabur agar tidak ditahan secara sepihak dan dipenjara tanpa alasan, hanya sampai di Australia dan mendapati diri kami di dalam penjara," ujar Sultan. "Kami menerima ancaman itu di Arab Saudi, tapi tak pernah benar-benar terjadi sampai kami tiba di sini."
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb
Baca Juga: Amnesty Internasional: Stop Kriminalisasi Tentara Gay di Korea Selatan