Duterte: Dosaku Hanya Soal Pembunuhan Ekstra Yudisial

Ia akhirnya mengakui pembunuhan di luar hukum memang terjadi

Manila, IDN Times - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengakui bahwa pembunuhan ekstra yudisial atau di luar hukum memang terjadi selama pemerintahannya. Pernyataan itu pertama kalinya keluar dari mulut Duterte sejak menjabat dua tahun lalu.

Apa yang dimaksud pembunuhan ekstra yudisial atau di luar hukum itu? 

1. Duterte mengatakan dosa satu-satunya yang ia lakukan adalah pembunuhan ekstra yudisial

Duterte: Dosaku Hanya Soal Pembunuhan Ekstra Yudisialphilstar.com

Dikutip dari New York Times, Duterte menyampaikan pernyataan itu saat berpidato di hadapan sejumlah pejabat pemerintahan pada Kamis (28/9). Dalam dua tahun terakhir, Duterte melangsungkan perang melawan peredaran obat-obatan terlarang yang mengakibatkan ribuan orang meninggal tanpa melalui proses hukum.

Ia pun tidak merasa bersalah dan malah menantang militer Filipina untuk mendepaknya dari kursi presiden jika memang tidak setuju dengan caranya menangani persoalan tersebut. "Aku berkata kepada militer, apa salahku? Apa aku mencuri satu peso saja? Dosaku hanyalah pembunuhan ekstra yudisial," ujarnya.

Baca Juga: Sambangi Israel, Duterte Pesan Senjata

2. Juru bicara presiden mengatakan Duterte tidak serius

Duterte: Dosaku Hanya Soal Pembunuhan Ekstra YudisialAFP Photo/Manan Vatsyayana

Sehari setelah ia melontarkan pernyataan tersebut, juru bicara kepresidenan, Harry Roque, mengatakan bahwa bosnya sebenarnya "tidak serius". Seperti dilaporkan Rappler, mantan pengacara HAM Filipina itu berujar, "Saat itu presiden menjadi dirinya sendiri, iseng–menggarisbawahi poin bahwa ia tidak melakukan korupsi."

Sementara itu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) tengah menetapkan apakah bisa menyelidiki pembunuhan-pembunuhan tersebut. Dengan pengakuan bahwa itu terjadi, ICC dianggap sudah memiliki cukup bukti untuk segera memproses Duterte.

3. Lebih dari 20.000 orang meninggal sepanjang dua tahun terakhir

Duterte: Dosaku Hanya Soal Pembunuhan Ekstra YudisialAFP Photo/Noel Celis

Sejak 2016 hingga pertengahan 2018, Kepolisian Nasional Filipina mencatat ada 27.800 orang yang meninggal terkait kampanye anti narkoba yang diinisiasi Duterte. Ia pun sempat menjuluki ICC sebagai lembaga "munafik" dan "tidak berguna" pada Februari lalu.

The Guardian melaporkan bahwa Human Rights Watch sendiri menyambut niat ICC untuk segera melakukan investigasi terhadap pemerintahan Duterte terkait "kejahatan melawan kemanusiaan" sebab "hingga saat ini tak ada upaya serius dari pihak kepolisian maupun kejaksaan tinggi Filipina untuk mengusutnya".

Baca Juga: Perang Lawan Narkoba: Mahkamah Pidana Internasional Selidiki Duterte

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya