Jurnalis Veby Indah Menolak Tinggalkan Hong Kong Demi Mencari Keadilan

Jurnalis Indonesia itu terkena peluru karet polisi Hong Kong

Hong Kong, IDN Times - Jurnalis asal Indonesia, Veby Indah, mengaku belum mau meninggalkan Hong Kong meski dia telah menjadi korban kebrutalan polisi setempat ketika meliput demonstrasi. 

Veby, wartawan koran berbahasa Indonesia bernama Suara Hong Kong News, terkena peluru karet ketika sedang menunaikan tugasnya meliput aksi unjuk rasa pada Minggu, 29 September 2019. 

Demonstrasi berubah menjadi penuh kekerasan, ketika polisi mencoba membubarkan massa di salah satu titik tempat Veby sedang berada. Ia kehilangan penglihatan pada mata sebelah kanan, dan kini bersikeras mencari keadilan.

1. Polisi menolak mendengarkan permintaan untuk tidak menembak wartawan

https://www.youtube.com/embed/dmMpPghoiWk

Dalam wawancaranya dengan media Hong Kong, Cable TV, Veby mencoba menceritakan kembali insiden buruk yang menimpanya. Berdiri di dekat jembatan penyeberangan yang merupakan lokasi di mana ia tumbang, Veby mengatakan, "saya masih merasa gelisah. Ini membawa lagi ingatan tersebut."

Ia pun menjelaskan, saat kejadian dia sedang melakukan live streaming. Lalu, Veby mendengar seorang jurnalis di belakangnya berteriak kepada polisi, "tolong, jangan menembak! Kami semua adalah wartawan!"

Namun, para polisi tersebut tidak mendengarkan dan justru mulai menembakkan peluru karet ke arahnya dan jurnalis-jurnalis lain. "Hal berikutnya yang saya tahu adalah saya melihat sebuah proyektil mengarah ke mata kanan saya," tutur Veby. Ia pun jatuh ke lantai sambil menahan sakit.

Baca Juga: Wartawan Indonesia yang Kena Peluru Karet Tuntut Penjelasan Hong Kong

2. Veby ingin bertahan di Hong Kong demi mencari keadilan

Jurnalis Veby Indah Menolak Tinggalkan Hong Kong Demi Mencari KeadilanVeby Indah, wartawan Indonesia yang terkena peluru karet polisi Hong Kong dan kehilangan penglihatan di mata sebelah kanan, dalam sebuah wawancara dengan Cable TV. Video ditayangkan pada 26 November 2019. Youtube/Cable TV

Video yang memperlihatkan peristiwa itu pun beredar luas di media sosial. Dari rekaman itu pun diketahui baru 20 menit kemudian medis datang untuk merawat lukanya. Veby sendiri sempat terdengar berkata, "rasanya sakit sekali di mata bagian kanan saya." Lalu, ia dilarikan ke rumah sakit dengan sebuah ambulans.

Hingga saat ini, belum ada kepastian tentang polisi yang menembak mata kanan Veby. Ia menolak untuk menyerah.

"Banyak orang sebenarnya bertanya mengapa saya tak meninggalkan Hong Kong. Hong Kong adalah rumah saya. Saya sudah tinggal dan bekerja di sini selama tujuh tahun," ucapnya. "Saya tak bisa membalikkan badan dan pergi begitu saja. Saya harus mencari keadilan." 

3. Asosiasi wartawan Hong Kong menuntut penjelasan

Jurnalis Veby Indah Menolak Tinggalkan Hong Kong Demi Mencari KeadilanSeorang pengunjuk rasa melempar bom molotov saat bentrok dengan polisi di luar Polytechnic University (PolyU) di Hong Kong pada 17 November 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi

Sikap Veby yang menuntut keterangan dari otoritas Hong Kong, didukung oleh asosiasi jurnalis setempat. Ketua asosiasi, Chris Yeung Kin-hing, menilai polisi wajib menjelaskan mengapa peluru-peluru itu ditembakkan ke arah wartawan. Bagi Veby, dukungan yang ia dapatkan membuatnya merasa "tersentuh".

"Itu hampir seperti serangan kepada jurnalis," ucap Yeung, seperti dilansir dari South China Morning Post.

"Ada juga anggota kepolisian yang menggunakan semprotan merica ke arah jurnalis pada Minggu, dan sebelumnya ada sejumlah kasus di mana wartawan ditembak peluru karet."

Baca Juga: Demo Berujung Kematian, Ini Peringatan Xi Jinping kepada Hong Kong

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya