Netanyahu Berjanji Aneksasi Tepi Barat Jika Menang Pemilu

Pemilu akan berlangsung pada 17 September mendatang

Tel Aviv, IDN Times - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji jika terpilih kembali akan melakukan aneksasi terhadap sebagian wilayah di Tepi Barat. Janji ini ia sampaikan pada Selasa waktu setempat (10/9).

Seperti dilaporkan The Jerusalem Post, wilayah yang menjadi targetnya adalah Yudea dan Samaria, termasuk Lembah Yordania dan Laut Mati bagian utara. Sebanyak 30 persen dari Tepi Barat merupakan area-area tersebut.

Pada Pemilu sebelumnya yang berlangsung kurang dari enam bulan lalu, Netanyahu mendapatkan kemenangan tapi tidak bisa membentuk koalisi. Kali ini, ia berharap bisa melakukannya yang sekaligus akan menjadi periode kelimanya sebagai Perdana Menteri.

1. Netanyahu mengatakan siap menjalankannya jika mendapat mandat warga Israel

Netanyahu Berjanji Aneksasi Tepi Barat Jika Menang PemiluDemonstran Palestina menghindari serangan gas air mata yang ditembakkan oleh tentara Israel di Tepi Barat pada 9 September 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Mohamad Torokman

Pernyataan Netanyahu tersebut disampaikan dalam sebuah kampanye yang ditayangkan televisi Israel menjelang Pemilu pada 17 September mendatang. "Ada satu tempat di mana kita bisa memberlakukan kedaulatan Israel secepatnya setelah Pemilu," ucapnya, seperti dilansir BBC.

"Jika saya mendapatkan dari kalian, warga Israel, sebuah mandat yang jelas untuk melakukannya... hari ini saya umumkan saya berniat memberlakukan kedaulatan pemerintahan Israel berikutnya terhadap Lembah Yordania dan Laut Mati bagian utara."

2. Aneksasi Tepi Barat secara total menanti keputusan Donald Trump

Netanyahu Berjanji Aneksasi Tepi Barat Jika Menang PemiluIsrael robohkan bangunan milik warga Palestina di Tepi Barat karena disebut tidak mempunyai izin pada 26 Agustus 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Mussa Qawasma

Netanyahu juga mengumumkan bahwa dirinya akan menganeksasi seluruh pemukiman Yahudi di Tepi Barat tetapi rencana ini harus menanti keputusan Trump mengenai kesepakatan damai antara Israel dan Palestina. Berdasarkan laporan, keputusan itu akan disampaikan Gedung Putih menjelang Pemilu.

"Selama beberapa bulan terakhir, saya memimpin upaya diplomatik, dan selama beberapa hari ini, persyaratan diplomatik telah siap," tambahnya, merujuk kepada pertemuan dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Mark Esper di London serta komunikasi via telepon dengan Wakil Presiden Mike Pence.

Baca Juga: Pemilu Israel: Netanyahu Kembali jadi Perdana Menteri

3. Amerika Serikat tidak banyak berkomentar

Netanyahu Berjanji Aneksasi Tepi Barat Jika Menang PemiluSeorang perempuan Palestina berdebat dengan polisi Israel karena peruntuhan bangunan di Tepi Barat pada 26 Agustus 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Mussa Qawasma

Menurut sumber yang dikutip The Jerusalem Post, pejabat Israel telah menginformasikan janji Netanyahu kepada Gedung Putih sebelum pidato terjadi. Washington sendiri tidak banyak berkomentar untuk merespons apa yang telah dikatakan oleh Netanyahu dalam janji politiknya.

"Tidak ada perubahan dalam kebijakan Amerika Serikat saat ini. Kami akan mempublikasikan visi perdamaian kami setelah Pemilu Israel dan bekerja untuk menetapkan jalan terbaik guna menghadirkan keamanan, kesempatan, serta stabilitas yang telah lama dinantikan di kawasan," kata Gedung Putih.

4. Palestina bereaksi keras terhadap pernyataan Netanyahu

Netanyahu Berjanji Aneksasi Tepi Barat Jika Menang PemiluPengunjuk rasa membawa bendera Palestina di Tepi Barat pada 8 September 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Mussa Qawasma

Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, menyebut Netanyahu sebagai seorang "penghancur proses damai yang utama" dan menilai "langkah bodoh apa pun yang dia ambil akan menghasilkan konsekuensi-konsekuensi negatif terhadapnya secara lokal serta internasional".

"Palestina bukanlah bagian dari kampanye Pemilu Netanyahu, dan jika dia percaya bahwa menganeksasi blok pemukiman akan membawa lebih banyak suara untuknya dalam jangka pendek, maka dia dan Israel akan jadi pecundang dalam jangka panjang," tegasnya.

5. Palestina berharap pada "two-state solution"

Netanyahu Berjanji Aneksasi Tepi Barat Jika Menang PemiluTentara Israel berjalan melewati kendaraan lapis baja di Dataran Tinggi Golan pada 26 Agustus 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Amir Cohen

Pejabat senior, Hanan Ashrawi, mengungkapkan yang sama. Kepada AFP, ia menuding Netanyahu "tidak hanya menghancurkan two-state solution, tapi juga semua kesempatan damai". Ia menggarisbawahi bahwa "ini adalah suatu pengubah permainan secara total".

Sedangkan diplomat Palestina, Saeb Erekat, mencuitkan,"Kita butuh mengakhiri konflik dan bukannya mempertahankannya untuk 100 tahun lagi seperti yang direncanakan Netanyahu. Ingatlah bahwa aneksasi di bawah hukum internasional adalah sebuah kejahatan perang."

Israel sendiri telah menduduki kawasan Tepi Barat, Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan, serta Yerusalem Timur sejak 1967. 13 tahun kemudian, tepatnya pada 1980, Israel mencaplok Yerusalem Timur. Setahun setelahnya, giliran Dataran Tinggi Golan yang menjadi sasaran. Meski mendapat kecaman internasional, tidak pernah ada sanksi berat yang dijatuhkan kepada Israel.

Baca Juga: Memahami "Two-State Solution", Solusi Israel-Palestina yang Dilanggar Trump

Topik:

Berita Terkini Lainnya