Penjual Senjata ke Pelaku Penembakan Christchurch Ingin Buka Toko Baru

Toko baru Gun City berlokasi di Christchurch

Christchurch, IDN Times - Pemilik retail senjata api Gun City berencana untuk membuka cabang baru Christchurch, Selandia Baru. Gun City sendiri merupakan tempat di mana pelaku penembakan masjid Christchurch, Brenton Tarrant, mendapatkan senjata yang dipakai membunuh 51 orang dan melukai puluhan lainnya pada Maret lalu.

Dilansir dari NZ Herald, toko baru Gun City tersebut dijadwalkan akan mulai beroperasi pada awal Agustus mendatang. Lokasi yang dipilih pun terbilang menimbulkan pertanyaan yaitu hanya sekitar satu kilometer dari tempat buyback (pembelian kembali) senjata pertama terjadi pada minggu lalu. Selain itu, di seberang toko baru Gun City merupakan sekolah dan pemukiman warga.

1. Beberapa warga mengaku tidak nyaman

Seorang warga, Harry Singh, merupakan salah satu yang menyuarakan ketidaknyamanan soal dibukanya cabang terbaru dari retailer senjata terbesar di Selandia Baru tersebut. "Tak ada yang memberi tahu kami bahwa sebuah toko Gun City akan hadir di area ini. Setidaknya mereka seharusnya menginformasikan kepada kami sebelumnya, atau mereka semestinya mendengarkan opini publik," kata Singh.

Ia mengaku rasa keberatan itu muncul sebab dirinya dan banyak warga sekitar belum mampu melupakan tragedi Maret itu. "Kita mengalami sebuah insiden besar di Selandia Baru yang melibatkan senjata dan saya tak yakin banyak orang akan sangat nyaman dengan keberadaan senjata di sekitar tempat tinggal mereka, di area pemukiman," tambahnya.

Baca Juga: Pejabat Selandia Baru Sebut Facebook Tidak Bisa Dipercaya

2. Pemilik Gun City tidak merasa ada yang salah

Penjual Senjata ke Pelaku Penembakan Christchurch Ingin Buka Toko BaruANTARA FOTO/REUTERS/Edgar Su

David Tipple, pemilik Gun City, mengatakan usai penembakan bahwa Tarrant memang membeli empat senjata beserta amunisi di tokonya antara Desember 2017 hingga Maret 2018. Menurutnya, ketika transaksi terjadi, tidak ada yang sesuatu mencurigakan atau menyalahi aturan.

Terkait pembukaan cabang baru di kota yang sama dengan insiden berdarah itu terjadi, Tipple tidak merasa ada yang keliru. Kepada Radio New Zealand ia mengaku sedih karena beberapa orang khawatir. Namun, ia dan tokonya "berniat dan senang untuk memperkenalkan sisi positif dari senjata api kepada orang-orang tersebut".

3. Ada yang senang, ada juga yang kecewa

Penjual Senjata ke Pelaku Penembakan Christchurch Ingin Buka Toko BaruANTARA FOTO/REUTERS/Tracey Nearmy

Tipple pun menyebut toko barunya berada di "lokasi yang sangat bagus" terutama karena Christchurch adalah kota besar tapi memiliki kesulitan transportasi. "Ini cukup berguna bagi kami jika ingin pergi berburu pada suatu akhir pekan. Yang perlu kami lakukan hanya menyeberang jalan untuk mendapatkan amunisi baru," ucap Tom Mee, salah satu warga.

Sedangkan Lindsey Corner, warga lainnya, memilih sependapat dengan Singh. Apalagi tempat Gun City yang baru berada di dekat sekolah dan rumah penduduk. "Itu membuat area ini suram, padahal ini adalah area yang baik. Keberadaan tempat seperti itu di mana kamu bisa memperoleh senjata begitu mudah...Saya kira senjata seharusnya dikunci rapat di tempat lain," tuturnya kepada NZ Herald.

4. Gun City pernah memprotes reformasi senjata

Penembakan di Christchurch membuat Perdana Menteri Jacinda Ardern sangat geram. Pemerintahannya pun mengumumkan reformasi senjata yang berlaku sejak pertengahan April atau kurang lebih sebulan usai insiden itu terjadi. Ardern mengatakan Selandia Baru melarang kepemilikan senjata semi-otomatis seperti yang dipakai Tarrant.

Sedangkan senjata-senjata semi-otomatis yang sudah terlanjur dibeli masyarakat, akan dibeli kembali oleh pemerintah Selandia Baru. Ardern beralasan kebijakan ini untuk memastikan "sebuah kompensasi yang adil dan masuk akal" kepada para pemilik senjata.

Dengan skema buyback ini, pemerintah Selandia Baru menawarkan tiga opsi kepada pemilik senjata semi-otomatis. Pertama, mereka secara sukarela menyerahkan untuk dibongkar polisi. Kedua, melengkapi formulir daring, agar polisi bisa mengambilnya.

Ketiga, memberikan kepada seseorang dengan izin kategori E, yang kemudian akan membongkarnya juga. Lisensi E itu sendiri wajib dimiliki siapa pun yang ingin memiliki senjata semi-otomatis. Gun City pun sempat memprotes kebijakan ini dengan menyebutnya "proses tak masuk akal dan tak demokratis".

Tipple memimpin penandatanganan petisi pemilik senjata dan permintaan untuk pemerintah menginvestigasi bagaimana Tarrant bisa memperoleh izin. Dalam petisi itu, ia menyebut perlu ada "periode konsultasi publik mendalam soal perubahan peraturan senjata api di Selandia Baru".

5. Tipple berkeyakinan aktivitas bisnisnya sah

Penjual Senjata ke Pelaku Penembakan Christchurch Ingin Buka Toko BaruANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva

Izin pembukaan cabang baru Gun City sendiri diberikan pada Januari lalu. Begitu kontroversi terjadi, Tipple membela diri dengan mengatakan keputusannya "sah" karena sesuai izin dari Dewan Kota Christchurch yang menyebutkan ia tak perlu mengumumkan kepada warga terlebih dulu tentang pembukaan toko Gun City.

"Jadi jika ada sesuatu yang harus diubah, ini bukan Gun City yang harus melakukannya, melainkan Dewan Kota atau peraturannya," ujar Tipple, seperti dikutip dari Stuff.co.nz.  Tarrant yang menjalani persidangan pada Mei lalu, mengaku tidak bersalah atas 92 tuduhan yang dikenakan kepadanya terkait penembakan Christchurch. Selain pembunuhan, laki-laki Australia itu juga dikenakan pasal soal terorisme.

Baca Juga: Selandia Baru Kritik Erdogan karena Tayangkan Video Penembakan

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya