PM Malta Mundur di Tengah Skandal Pembunuhan Jurnalis Perempuan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Valletta, IDN Times - Perdana Menteri Malta, Joseph Muscat, mengumumkan pengunduran dirinya pada Minggu waktu setempat (1/12). Keputusan ini diambilnya di tengah skandal pembunuhan seorang jurnalis perempuan bernama Daphne Caruana Galizia.
Ia tewas pada Oktober 2017 dalam sebuah bom mobil. Pembunuhan Galizia ditengarai berhubungan erat dengan investigasi yang saat itu ia sedang kerjakan. Wartawan top Malta tersebut menggunakan laporan Panama Papers untuk menyelidiki dugaan korupsi di kalangan pejabat pemerintah.
1. Muscat akan resmi meninggalkan jabatan pada Januari
Dalam sebuah konferensi pers, Muscat menjelaskan ia akan tetap berada di posisinya sampai Januari sembari mempersiapkan jalan untuk partainya mencari pengganti. "Saya akan menulis kepada presiden Partai Buruh agar proses untuk pemimpin baru siap pada 12 Januari 2020," ucapnya, seperti dilansir dari The Guardian.
"Pada hari tersebut, saya akan mundur sebagai pemimpin Partai Buruh. Beberapa hari setelahnya, saya akan mundur sebagai seorang Perdana Menteri." Pengumuman ini mengejutkan publik setelah pada minggu lalu Muscat menegaskan ia takkan mundur sampai pelaku serta semua yang terlibat dalam pembunuhan Galizia dihukum.
Baca Juga: 5 Fakta Pembunuhan Jurnalis Malta yang Diduga Libatkan Pejabat Negara
2. Keluarga Galizia menghubungi untuk meminta Muscat mundur
Keluarga Galizia sendiri memilih menghubungi Muscat dan meminta agar ia segera mundur. Alasannya agar kepolisian bebas menyelidiki anggota-anggota pemerintah di bawah kepemimpinan Muscat yang diduga berhubungan dengan pembunuhan Galizia.
Laki-laki yang menjadi pemimpin Malta sejak 2013 itu mengucapkan "rasa penyesalan mendalam" atas tewasnya Galizia dan menyinggung soal perlunya "babak baru" di negara itu. Ia pun mengingatkan bahwa "kasus ini tak boleh mendefinisikan segalanya" tentang Malta.
Editor’s picks
3. Pengusaha kaya Malta ditangkap atas dugaan keterlibatan dengan kasus tersebut
Sementara itu, pada Sabtu (30/11), pengusaha properti kaya raya Malta, Yorgen Fenech, ditetapkan sebagai tersangka dalam pembunuhan Galizia. Polisi mengungkap ia punya kaitan dengan mantan Kepala Staf Perdana Menteri, Keith Schembri.
Schembri sendiri telah mengundurkan diri pada Senin (25/11) dan keesokan harinya ditangkap oleh polisi. Akan tetapi, dua hari setelahnya, ia dibebaskan karena disebut tidak cukup bukti. Pengacara Fenech mengklaim memiliki bukti bahwa Schembri terlibat dalam konspirasi pembunuhan Galizia.
4. Galizia menggunakan bocoran Panama Papers
Hilangnya nyawa Galizia didahului oleh terungkapnya informasi bahwa pada Februari 2016 dirinya menggunakan dokumen Panama Papers yang bocor ke publik.
Di dalamnya disebutkan bahwa Menteri Energi Malta, Konrad Mizzi, dan kawan lamanya, Schembri, menjadi pihak yang menerima keuntungan dari perusahaan cangkang di Panama sesaat setelah menjadi pejabat pemerintah.
Ia pun menjadi sasaran para politisi penting Malta yang khawatir terhadap rekam jejak Galizia sebagai wartawan pemberani yang sering menyelidiki perbuatan-perbuatan kotor di kalangan pemerintah.
Dikutip dari BBC, karena reportasenya yang tajam, tiga anjing peliharaannya pun dibunuh orang tak dikenal. Blog Galizia sendiri menjadi sangat populer di mata publik. Mizzi, mantan Menteri Energi yang kemudian diangkat sebagai Menteri Pariwisata, juga mengundurkan diri. Sedangkan Chris Cardona menangguhkan posisinya sendiri sebagai Menteri Perekonomian.
Baca Juga: Jurnalis Veby Indah Menolak Tinggalkan Hong Kong Demi Mencari Keadilan