Cegah Transmisi Penyakit, Tiongkok Mau Warga Setop Makan Daging Anjing
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beijing, IDN Times - Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan Tiongkok merilis sebuah rancangan kebijakan yang berpotensi membuat konsumsi daging anjing dan kucing oleh warga sebagai sesuatu yang ilegal. Rancangan tersebut dimuat di situs resmi kementerian pada Kamis (9/4) di tengah upaya pemerintah menangani wabah virus corona.
Menurut pihak kementerian, ada alasan-alasan khusus mengapa anjing dan kucing sebaiknya tidak dikonsumsi lagi. Misalnya, karena kemajuan dari peradaban manusia, kekhawatiran publik terhadap kesejahteraan hewan, sampai pencegahan transmisi penyakit berbahaya dari binatang ke manusia.
Apa dampak kesehatan terhadap manusia bila mengonsumsi anjing dan kucing?
1. Anjing dan kucing dikeluarkan dari daftar hewan yang boleh dikonsumsi manusia
Seperti dilaporkan kantor berita AFP, pemerintah membuat daftar hewan apa saja yang boleh dimakan oleh penduduk di Tiongkok. Hewan-hewan itu antara lain adalah babi, sapi, ayam dan domba. Namun, daging dan kucing yang sejak lama biasa dikonsumsi oleh masyarakat -- sampai di titik ada penyelenggaraan festival khusus -- dikeluarkan dari daftar tersebut.
Daftar yang baru juga menyebut hewan ternak adalah binatang yang telah dijinakkan dan dikembang biakkan oleh manusia sejak lama untuk menghasilkan daging, telur serta bulu. Anjing, menurut rancangan kebijakan itu, adalah binatang yang merupakan sahabat manusia dan tidak dikenal secara internasional sebagai hewan ternak.
Baca Juga: Seekor Harimau Malaya di Kebun Binatang AS Positif Tertular COVID-19
2. Kelompok pencinta binatang menyambut baik langkah Pemerintah Tiongkok melarang konsumsi anjing dan kucing
Editor’s picks
Kota Shenzhen sendiri pada minggu lalu mengeluarkan larangan konsumsi daging hewan liar, termasuk anjing dan kucing. Kelompok pencinta binatang, Humane Society International, (HSI) menilai ini adalah langkah yang bijak dari pemerintah dan bisa menandakan perubahan yang sangat penting dari keinginan Tiongkok untuk mengakhiri perdagangan daging anjing dan kucing.
Wendi Higgins, Direktur Media HSI, berharap pemerintah kota atau provinsi lain di Tiongkok mengikuti langkah tersebut.
"Ini pertama kalinya pemerintah nasional di Tiongkok secara eksplisit menjelaskan mengapa anjing tak masuk daftar hewan ternak secara resmi, dengan menyebut bahwa itu adalah sahabat manusia dan tidak untuk dimakan," kata Higgins.
3. Puluhan juta anjing dibunuh per tahun untuk dimakan dagingnya oleh warga
Seperti dilaporkan The Guardian, HSI memperkirakan ada sekitar 10 sampai 20 juta anjing yang dibunuh per tahun di Tiongkok untuk dikonsumsi. Organisasi lainnya, Animals Asia, menyebut ada sekitar empat juta kucing yang bernasib sama per tahun.
Mayoritas anjing dan kucing yang dikonsumsi merupakan binatang curian. Mereka tidak dibesarkan di fasilitas khusus untuk berkembang biak.
"Tidak hanya itu menyebabkan penderitaan luar biasa terhadap binatang, tapi juga hampir seluruhnya didorong oleh kejahatan dan, mungkin mayoritas sekarang, memberikan ancaman kesehatan yang tak bisa dihindari kepada manusia dengan risiko penyakit seperti rabies dan kolera," ujar Higgins.
Perdagangan dan konsumsi binatang liar sendiri disebut sebagai penyebab munculnya virus corona di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok yang telah menginfeksi lebih dari 143.000 orang di dunia. Sejak akhir Januari, pemerintah Tiongkok memberlakukan larangan sementara penjualan binatang liar untuk menekan penyebaran virus corona.
Baca Juga: Inilah Kondisi Wuhan, Berjuang Kembali ke Situasi Normal