Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rusia Rebut Desa Pertama di Dnipropetrovsk Ukraina

ilustrasi bendera Rusia (unsplash.com/Egor Filin)
Intinya sih...
  • Rusia kini menguasai 113.588 kilometer persegi wilayah Ukraina, termasuk deposit lithium utama di wilayah Donetsk.
  • Serangan udara Rusia terus menggempur Dnipropetrovsk hingga menewaskan 17 warga sipil pekan lalu.
  • Rusia membuka pintu untuk pembicaraan damai, tetapi masih meminta Ukraina menarik diri dari empat wilayah yang sudah diklaim sebagai bagian dari Rusia.

Jakarta, IDN Times – Pasukan Rusia dilaporkan berhasil merebut desa pertama di wilayah Dnipropetrovsk tengah-timur, Ukraina, menurut media pemerintah Rusia dan blogger pro-perang. Kantor berita RIA mengutip Vladimir Rogov, pejabat pro-Rusia, yang menyebut desa Dachnoye sudah dikuasai Moskow.

“Pasukan kami telah maju lebih jauh ke arah ini dan telah mengusir musuh dari desa Dachnoye. Ini adalah wilayah berpenduduk pertama di wilayah Dnipropetrovsk yang telah dibebaskan dari musuh,” tulis Rogov di Telegram, dikutip dari The Guardian, Senin (30/6/2025).

Jika benar, ini menjadi pukulan psikologis bagi Kyiv karena Dnipropetrovsk bukan termasuk lima wilayah Ukraina yang sebelumnya diklaim Moskow. Tiga pekan lalu, Rusia juga sempat mengatakan sudah memasuki wilayah timur Dnipropetrovsk, tapi Ukraina mengklaim serangan itu berhasil dipukul mundur.

1. Wilayah Ukraina yang sudah dikuasai Rusia

Dilansir dari The Independent, peta Deep State Ukraina menunjukkan Rusia kini menguasai 113.588 kilometer persegi wilayah Ukraina. Angka ini naik sekitar 943 kilometer persegi dalam dua bulan menjelang 28 Juni, termasuk wilayah seluas 200 kilometer persegi di wilayah Sumy dan masuknya sebelumnya ke Dnipropetrovsk bulan lalu, meskipun kedua belah pihak sedang membahas kemungkinan perdamaian.

Wilayah yang dikuasai mencakup Krimea, lebih dari 99 persen Luhansk, lebih dari 70 persen Donetsk, sebagian besar Zaporizhzhia dan Kherson, serta sebagian kecil Kharkiv, Sumy, dan Dnipropetrovsk.

Di sisi lain, serangan udara Rusia terus menggempur Dnipropetrovsk hingga menewaskan 17 warga sipil pekan lalu. Fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, dan kereta penumpang ikut hancur akibat serangan itu.

2. Deposit lithium Ukraina direbut Rusia

Selain itu, pasukan Rusia dilaporkan telah merebut deposit lithium utama di wilayah Donetsk akhir pekan lalu. Deposit ini sebelumnya diharapkan Ukraina dapat dimanfaatkan untuk memperdalam kemitraan ekonomi dengan Amerika Serikat (AS).

Pada April lalu, AS dan Ukraina sudah menandatangani perjanjian berbagi keuntungan dari penjualan mineral dan logam tanah jarang. Presiden AS, Donald Trump, mengatakan perjanjian itu adalah bentuk insentif ekonomi agar AS terus berinvestasi dalam pertahanan dan rekonstruksi Ukraina setelah ia menengahi kesepakatan perdamaian dengan Rusia.

Namun, kesepakatan itu tidak memberi jaminan keamanan bagi Ukraina. Penguasaan deposit mineral oleh Rusia disebut makin melemahkan posisi tawar Ukraina dalam perundingan dengan Washington.

3. Rusia bahas damai, Ukraina minta sanksi tambahan

Meski terus menyerang, Rusia mengaku masih membuka pintu untuk pembicaraan damai. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan jadwal putaran ketiga negosiasi Ukraina-Rusia akan diumumkan dalam waktu dekat.

Ia menyebut kelanjutan pembicaraan sangat tergantung pada sikap Ukraina dan peran mediasi AS. Rusia tetap meminta Ukraina menarik diri dari empat wilayah yang sudah diklaim secara hukum sebagai bagian dari Rusia. Ukraina dan pendukung Eropanya mengatakan bahwa syarat-syarat tersebut sama dengan kapitulasi dan bahwa Rusia tidak tertarik pada perdamaian serta mereka tidak akan pernah menerima kendali Rusia atas seperlima wilayah Ukraina.

Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy belum berhasil meyakinkan AS untuk menambah sanksi terhadap Moskow. Senator AS, Lindsey Graham, menyebut rancangan undang-undang sanksi minyak Rusia sudah disetujui, tapi Trump masih menahannya demi menjaga peluang perundingan.

Sementara itu, Ukraina mengklaim lebih dari satu juta tentara Rusia jadi korban sejak invasi Februari 2022. Menurut Kyiv, angka itu tinggi karena strategi Moskow yang terus mengerahkan gelombang besar pasukan ke garis depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us