Sah! Hun Manet Dilantik sebagai Perdana Menteri Kamboja  

Ayahnya sudah berkuasa hampir 4 dekade

Jakarta, IDN Times - Putra dari pemimpin Kamboja yang telah lama berkuasa secara otokratis Hun Sen, Hun Manet, disetujui oleh Parlemen pada Selasa (22/8/2023) sebagai perdana menteri baru. Ini merupakan bagian dari pergantian generasi di posisi puncak Kamboja.

Hun Manet memenangkan kursi pertamanya di Majelis Nasional pada pemilihan umum Juli lalu dan menggantikan ayahnya, yang telah menjadi pemimpin terlama di Asia selama hampir empat dekade. Hun Manet mendapat suara penuh dari anggota parlemen. 

1. Pelantikan Hun Manet sebagai perdana menteri adalah lelucon

Sam Rainsy, salah satu pendiri Partai Penyelamatan Nasional Kamboja, yang sekarang sudah dibubarkan mengatakan pelantikan Hun Manet sebagai Perdana Menteri Kamboja adalah lelucon.

"Kurangnya legitimasi adalah hasil otomatis dari pemilihan umum tanpa risiko," kata Sam Rainsy melalui akun media sosialnya, dikutip dari ABC News.

Hun Sen semakin memperketat cengkeramannya pada kekuasaan selama 38 tahun masa jabatannya. Ia juga mengantarkan ekonomi pasar bebas yang meningkatkan standar hidup banyak orang Kamboja.

Pada saat yang sama, kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin lebar di bawah kepemimpinannya, deforestasi menyebar dengan kecepatan yang mengkhawatirkan, dan terjadi perampasan lahan secara luas oleh sekutu-sekutu Kamboja dan para investor asing.

Hun Sen juga telah membuat Kamboja secara politis semakin dekat dengan China, yang saat ini terlibat dalam perluasan Pangkalan Angkatan Laut Ream di Kamboja. Keputusan tersebut dikhawatirkan dapat memberikan pos militer yang strategis dan penting bagi Beijing di Teluk Thailand.

Baca Juga: Dinasti Hun Sen Masih Kuasai Pemerintahan Baru Kamboja

2. Sebagian besar anggota kabinet memiliki hubungan keluarga dengan pemimpin terdahulu

Meskipun Hun Manet memimpin kabinet yang terdiri dari sekitar 3/4 wajah baru, namun sebagian besar dari mereka adalah anak atau kolega dari orang-orang yang mereka gantikan.

Para ahli memperingatkan untuk tidak mengharapkan perubahan signifikan di negara yang hak asasi manusianya telah diserang dan perbedaan pendapatnya ditindas.

"Tidak ada perbedaan besar antara generasi dalam pandangan politik, termasuk dalam hal seberapa terbuka atau kompetitifnya politik," kata Astrid Norén-Nilsson, seorang ahli di Universitas Lund, Swedia, dikutip dari NBC News.

"Transisi generasi ini dirancang untuk menjaga kekuatan elite politik dan bisnis tetap utuh serta melanggengkan pengaturan neopatrimonial," lanjutnya.

3. Perdana menteri baru "dididik" oleh barat

Hun Manet berasal dari kehidupan yang istimewa dan dididik di Barat. Dia memiliki gelar sarjana dari Akademi Militer Amerika Serikat West Point, gelar master dari Universitas New York, dan gelar doktor dari Universitas Bristol di Inggris. Semua gelar diperoleh di bidang ekonomi.

Meskipun pemerintah baru mungkin tidak akan membuat perubahan drastis dalam kebijakan, namun kemungkinan besar akan membuat wacana politik yang berbeda, kata Norén-Nilsson.

"Generasi ini ingin berhubungan secara berbeda dengan masyarakat luas dibandingkan dengan generasi orang tua mereka yang merupakan pejuang revolusioner. Mereka ingin diasosiasikan dengan pesan-pesan politik yang positif dan menghilangkan rasa ancaman dan kekerasan dari waktu ke waktu," ungkap Noren, dikutip dari Associated Press.

Baca Juga: Raja Kamboja Tunjuk Putra Hun Sen Jadi Perdana Menteri Baru

Sanggar Sukma Photo Verified Writer Sanggar Sukma

Mahasiswi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya