Paus Fransiskus: Warga Miskin Harus Didahulukan Dapat Vaksin COVID-19

"Sebab mereka tak punya kekuasaan dan sumber ekonomi"

Jakarta, IDN Times - Paus Fransiskus pada Jumat, 25 September 2020, mengingatkan di hadapan forum Majelis Umum PBB bila vaksin COVID-19 ditemukan, maka produk kesehatan itu harus diprioritaskan bagi warga yang miskin dan rentan.

Ia mengatakan pandemik COVID-19 yang kini terjadi di seluruh dunia telah mendorong pentingnya untuk mempromosikan kesehatan publik dan memastikan vaksin COVID-19 bisa diperoleh siapa pun. 

"Bila ada orang yang diberikan perlakuan khusus, maka biarkan yang menerima itu adalah warga yang paling miskin, paling rentan, mereka yang sering mengalami sikap diskriminasi karena mereka tak memiliki kekuasaan atau sumber ekonomi," ungkap Fransiskus yang berbicara dari Vatikan dalam video yang sebelumnya sudah direkam dan dikutip stasiun berita Channel News Asia

Paus ke-266 itu juga mewanti-wanti agar negara-negara kaya tidak menimbun vaksin COVID-19. Meski pun begitu, pada kenyataannya, berdasarkan dari laporan lembaga Oxfam, lebih dari 50 persen pasokan vaksin sudah dikuasai oleh negara-negara kaya.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengingatkan agar tidak perlu ada nasionalisme vaksin. Negara-negara anggota WHO didorong untuk bergabung dalam suatu aliansi bernama COVAX dengan harapan mereka yang memiliki sumber daya ekonomi mau membantu negara miskin. 

Apalagi pesan yang disampaikan oleh Paus Fransiskus di forum PBB itu?

1. Paus Fransiskus turut mendorong agar negara kaya mengikhlaskan utang yang pernah diberi ke negara miskin

Paus Fransiskus: Warga Miskin Harus Didahulukan Dapat Vaksin COVID-19Paus Fransiskus merayakan Misa Paskah secara tertutup akibat meluasnya pandemik virus corona di Basilika Santo Petrus di Vatikan, pada 12 April 2020. ANTARA FOTO/Andreas Solaro/Pool via REUTERS

Di forum itu, Paus Fransiskus juga meminta kepada negara-negara kaya agar mengurangi beban utang atau menghapuskan utang bagi negara yang tak mampu. Ia menyerukan agar ada perubahan institusi finansial dan ekonomi sehingga mereka bisa lebih cepat ketidaksetaraan yang terjadi antara negara maju dan tak mampu. Sebab, gap-nya semakin jauh. 

Pernyataan serupa pernah disampaikan oleh Paus Fransiskus pada 12 April 2020 lalu di Basilika Santo Petrus. Saat itu, pandemik memaksa umat Katolik di Vatikan, Roma, dan negara lainnya merayakan Paskah secara virtual. Sebab, dampak pandemik mulai terasa di area tersebut. Oleh sebab itu, Paus Fransiskus mendorong agar negara-negara di dunia bersatu untuk menghadapi pandemik COVID-19. 

"Ini bukan waktunya untuk perbedaan, sebab dunia kini tengah menderita. Penderitaan ini dirasakan oleh semuanya," kata Paus Fransiskus dan dikutip laman Euronews

Bahkan, ia juga mendorong agar melonggarkan sanksi yang dijatuhkan bagi negara lain.

"Sebab, sanksi menyebabkan kesulitan bagi negara-negara lain, di mana pemerintahnya diharapkan bisa memberikan dukungan kepada rakyatnya," tutur dia lagi. 

Baca Juga: Paus Fransiskus: Gibah Lebih Buruk daripada Wabah COVID-19

2. Para pemimpin Amerika Latin memohon agar mereka diberi vaksin COVID-19 secara gratis

Paus Fransiskus: Warga Miskin Harus Didahulukan Dapat Vaksin COVID-19Ilustrasi vaksin COVID-19. IDN Times/Arief Rahmat

Di forum Sidang Umum PBB, Presiden Argentina, Alberto Fernandez, memohon kepada negara-negara yang lebih maju untuk memberikan mereka akses gratis vaksin COVID-19. Sebab, kini kawasan Amerika Latin dihadapkan pada situasi yang sulit dalam menghadapi pandemik. Laman France24 melaporkan, nyaris 9 juta kasus COVID-19 ditemukan di kawasan Amerika Latin. 

"Di tengah situasi pandemik, dan kemiskinan semakin merajalela, maka tidak ada satu pun yang bisa selamat dengan sendirinya," ungkap Fernandez dalam pidato yang direkam dalam bentuk video.

Ia juga menyerukan agar vaksin COVID-19 dinyatakan sebagai komoditas publik. Dengan begitu, tidak ada satu pun yang berani mengambil keuntungan dari produk tersebut. 

Presiden Cile, Sebastian Pinera, mendorong agar negara adidaya menghentikan konfrontasi permanen mereka. Lalu, negara tersebut saling bekerja sama untuk memimpin negara lain keluar dari pandemik. Meski tidak disebut, dunia internasional sudah memahami yang dimaksud adalah Tiongkok dan Amerika Serikat. 

"Di sektor kesehatan, termasuk berbagi pengetahuan dan solusi, berkoordinasi untuk membuka dan menutup wilayah perbatasan, lalu saling menurunkan personel untuk pengembangan serta memastikan ketersediaan vaksin yang aman, kini harus jadi prioritas," kata Pinera. 

Negara yang maju, ujar Pinera lagi, harus bergandengan tangan dengan negara yang rentan dan tidak mampu. 

3. WHO menyebut imunisasi massal baru akan terjadi pada 2021

Paus Fransiskus: Warga Miskin Harus Didahulukan Dapat Vaksin COVID-19Ilustrasi melacak perkembangan vaksin COVID-19 di dunia (IDN Times/Arief Rahmat)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi imunisasi massal vaksin COVID-19 baru dilakukan paling cepat pada pertengahan 2021, meski pemerintah Amerika Serikat sempat menyebut mereka akan melakukan imunisasi massal dalam hitungan pekan.

Juru bicara WHO Margaret Harris menepis prediksi imunisasi massal bisa dilakukan dalam hitungan pekan, meskipun ada beberapa kandidat vaksin yang kini telah memasuki uji klinis tahap ketiga. 

"Kita sudah mengetahui ada enam hingga sembilan (bakal vaksin) yang telah melalui proses penelitian," ungkap Harris yang dikutip harian Hong Kong, South China Morning Post (SCMP), Minggu, 6 September 2020. 

"Namun, dalam batas waktu yang realistis, kami memprediksi penyebaran vaksin COVID-19 baru akan terjadi hingga pertengahan tahun depan," sambung dia. 

Keinginan pemerintah di seluruh dunia mempercepat distribusi vaksin COVID-19 bisa dipahami. Sebab, korban akibat pandemik COVID-19 terus berjatuhan. Dalam kasus AS, Badan Pengendali Obat dan Makanan (FDA) diprediksi akan mengeluarkan izin penggunaan darurat vaksin COVID-19 sebelum proses uji klinis tahap ketiga rampung. 

Baca Juga: Paus Fransiskus Jadi ODP Usai Kontak dengan Kardinal yang kena Corona

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya