Survei: Ribuan Dokter Khawatir Disuntik Vaksin COVID-19 Buatan Rusia

Para dokter tidak tahu hasil uji klinis vaksin Sputnik V

Jakarta, IDN Times - Ribuan dokter asal Rusia mengaku khawatir akan disuntik vaksin Sputnik V yang sudah diberikan izin edar oleh pemerintah setempat. Hal itu terungkap dari survei yang dilakukan oleh aplikasi bernama "Doctor's Handbook" dan dikutip oleh harian RBC

Laman Inquirer pada Minggu, 16 Agustus 2020 melaporkan dari 3.040 dokter dan ahli di bidang kesehatan yang disurvei sebanyak 52 persen di antaranya (1.580) mengaku tidak nyaman dan khawatir bila diimunisasi dengan vaksin Sputnik V.  Sebab hasil uji klinis tidak pernah diungkap ke publik. Selain itu, vaksin yang masih tanda tanya tersebut malah memperoleh persetujuan cepat dari Pemerintah Rusia. 

Rencananya para dokter dan tenaga kesehatan akan menerima vaksin Sputnik V pada Oktober mendatang. Sementara, jumlah dokter yang setuju akan diberikan vaksin Sputnik V sebanyak 24,5 persen (745 dokter). Hanya seperlima saja dokter atau tenaga kesehatan yang mengaku akan merekomendasikan agar keluarga dan koleganya diimunisasi dengan Sputnik V. 

Tetapi, kekhawatiran dari para dokter ini juga dipahami oleh warga Rusia lainnya. Mereka pun terlalu takut usai menerima vaksin Sputnik V akan mengalami efek samping. Sementara, sebagian warga Rusia lainnya sepakat dengan narasi yang dibentuk pemerintah bahwa kekhawatiran itu sengaja disebarkan oleh negara lain karena cemburu Negeri Tirai Besi tersebut yang pertama menemukan vaksin COVID-19. 

Apa komentar Presiden Vladimir Putin soal adanya kekhawatiran dari para tenaga kesehatan di Rusia?

1. Presiden Putin membiarkan salah satu putrinya ikut uji klinis vaksin Sputnik V

Survei: Ribuan Dokter Khawatir Disuntik Vaksin COVID-19 Buatan RusiaVladimir Putin dan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoygu. twitter.com/KremlinRussia

Laman Hindustimes melaporkan, untuk membuktikan bahwa vaksin Sputnik V aman, Presiden Vladimir Putin membiarkan salah satu putrinya ikut uji coba klinis. Tidak diketahui apakah yang ikut uji coba klinis Maria atau Katerina. 

Kepada media, Putin mengatakan, tak lama usai disuntikkan vaksin, putrinya sempat mengalami demam 38 derajat celsius. Tapi kemudian di hari selanjutnya, demamnya turun menjadi 37 derajat celsius. Lalu, ia kembali demam usai disuntikkan dosis kedua vaksin tersebut, namun kondisinya membaik di hari selanjutnya. 

"Ia merasa baik dan memiliki antibodi yang tinggi," kata Putin. 

Ia juga menjelaskan persetujuan diberikan bagi vaksin Sputnik V usai dilakukan uji klinis kepada manusia selama 2 bulan. Menurut Putin, semua proses untuk menemukan vaksin telah dilalui oleh para ilmuwan di Rusia dan dinyatakan lolos. 

"Saya sekali lagi mengulangi bahwa ini (vaksin COVID-19) telah melalui uji klinis yang dibutuhkan. Yang paling penting dari ini semua, vaksin itu aman dan ampuh," ungkap Putin dalam pertemuan dengan para menteri

Baca Juga: Rusia Umumkan Sudah Punya Vaksin COVID-19, Siap Imunisasi Massal

2. Rusia klaim 20 negara sudah siap memesan vaksin Sputnik V

Survei: Ribuan Dokter Khawatir Disuntik Vaksin COVID-19 Buatan RusiaIlustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Pemerintah Rusia mengklaim 20 negara menyatakan tertarik memesan Sputnik V. Menurut data yang dikutip oleh laman India Times, Rabu, 12 Agustus 2020, Indonesia disebut-sebut satu dari 20 negara tersebut. 

Ketika dikonfirmasi, Juru Bicara dan Ketua Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito, mengaku belum mendengar adanya pembicaraan mengenai pemesanan vaksin buatan Rusia itu. 

"Sampai hari ini enggak (ada pemesanan vaksin COVID-19 buatan Rusia)," ungkap Wiku ketika dihubungi IDN Times melalui telepon, Rabu malam. 

Sementara, mantan Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Wahid Supriyadi mengatakan, sudah ada kerja sama dua kementerian kesehatan. 

"Kerja sama dijalin pasca-pembicaraan telepon antara kedua kepala negara tanggal 13 April lalu," tutur Wahid melalui pesan pendek. 

Laman Times India melaporkan, sejauh ini sudah ada lima negara yang berminat melakukan uji klinis tahap ketiga dengan menggunakan vaksin Sputnik V. Kelima negara tersebut yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Brasil, India, dan Filipina. 

Pemerintah Rusia juga menyebut ada enam negara yang mereka klaim berminat untuk ikut memproduksi vaksin tersebut. Enam negara itu yakni Turki, Kuba, Arab Saudi, Brasil, Korea Selatan, dan India. 

3. PT Bio Farma menilai Rusia bisa cepat menghasilkan vaksin COVID-19 karena proses pembuatan tak sesuai kaidah

Survei: Ribuan Dokter Khawatir Disuntik Vaksin COVID-19 Buatan RusiaIlustrasi Vaksin (ANTARA FOTO/AAP Image/David Mariuz via REUTERS)

Manajer Senior Integrasi Riset dan Pengembangan PT Bio Farma, Neni Nurainy, menilai Rusia bisa lebih awal memiliki vaksin COVID-19 lantaran tidak mengikuti standar uji klinis yang ada. Ia menjelaskan sebelum vaksin diproduksi, maka harus melalui uji klinis hingga tiga tahap.

Sedangkan, Rusia hanya melalui satu tahap saja. Itu sebabnya kini vaksin Sputnik V buatan Rusia tengah menjadi sorotan dari tenaga kesehatan dunia internasional termasuk Badan Kesehatan Dunia (WHO). 

"Sedangkan kita tidak (mungkin) tak lakukan crinical trial fase II dan III, langsung bisa registrasi vaksin. Vaksin Rusia juga masih menjadi sorotan dari WHO terkait itu, tapi ini memang kebijakan negaranya sendiri jadi tidak mengikuti kaidah ilmiah secara umum untuk registrasi vaksin," ungkap Neni ketika berbicara dalam webinar bertajuk "COVID-19 dan Prospek Vaksin untuk Indonesia" pada 14 Agustus 2020 lalu. 

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Direktur Utama Lipotek Australia Ines Atmosukarto. Menurutnya, Rusia telah menyalahi aturan dan tidak memprioritaskan keamanan dan keselamatan dalam pengembangan vaksinnya. 

https://www.youtube.com/embed/NBCSiRmgdFw

Baca Juga: 20 Negara Mau Pesan Vaksin Corona Sputnik V Rusia, Indonesia Juga? 

Topik:

  • Dwi Agustiar
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya