UE Keluarkan Daftar Negara yang Warganya Diizinkan Masuk Saat Pandemik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Uni Eropa merilis daftar negara yang mereka anggap aman dan diizinkan berkunjung ke dalam blok tersebut di tengah pandemik COVID-19. Namun, di dalam daftar itu tidak ada Amerika Serikat dan Indonesia.
Daftar 15 negara itu dibuat berdasarkan keputusan bersama usai melalui perdebatan yang alot. Menurut editor Eropa stasiun berita BBC, Katya Adler, tidak semua keputusan memasukan negara itu ke dalam daftar aman untuk berkunjung didasari faktor kesehatan. Beberapa negara seperti Portugal dan Yunani ingin meningkatkan perekonomian mereka dengan kembalinya dibuka penerbangan menuju ke Uni Eropa.
"Mereka ingin perekonomiannya kembali tumbuh dengan mendorong sektor pariwisata. Mereka tidak terlalu khawatir dengan luasnya penyebaran (virus corona) di tengah masih tingginya pandemik. Mereka menginginkan daftar berisi negara sebanyak mungkin," kata Adler menganalisa.
Berbeda dengan Spanyol dan Jerman yang pernah merasakan perihnya dihantam pandemik. Mereka ingin bermain aman. Kedua negara itu mengajukan daftar negara didasari rendahnya tingkat infeksi di negara tersebut, kualitas layanan kesehatan dan data kesehatan yang transparan.
Daftar itu akan mulai diberlakukan pada (1/7) mendatang. Lalu, negara mana saja yang diizinkan mulai berkunjung ke Uni Eropa pada awal Juli?
1. Dari 54 negara yang dibahas oleh Uni Eropa, hanya 15 negara yang disetujui
Laman Euro News (29/6) berhasil memperoleh daftar 15 negara yang disetujui warganya bisa masuk kembali ke Uni Eropa. Di dalam daftar itu, tidak ada Amerika Serikat, Brasil dan Rusia. Indonesia juga tidak masuk ke dalam daftar tersebut.
Keputusan 15 negara itu diambil dari 54 negara yang dibahas. Berikut daftar 15 negara yang dinilai sementara ini aman untuk berkunjung ke Uni Eropa:
- Aljazair
- Australia
- Kanada
- Georgia
- Jepang
- Montenegro
- Maroko
- Selandia Baru
- Rwanda
- Serbia
- Korea Selatan
- Thailand
- Tunisia
- Uruguay
- Tiongkok
Sementara, untuk Tiongkok baru akan dimasukan ke dalam daftar itu, bila pemerintahnya juga bersedia membuka pintunya untuk penerbangan internasional yang datang dari negara anggota Uni Eropa. Bila Tiongkok menolak, maka diprediksi UE tak jadi memasukan mereka ke dalam daftar. Sedangkan, Inggris tetap dianggap menjadi bagian dari negara anggota UE hingga Desember mendatang.
Sebanyak 55 persen dari negara anggota Uni Eropa yang mewakili 65 persen populasi UE, telah sepakat dengan daftar tersebut.
Editor’s picks
Baca Juga: Uni Eropa Tuding Tiongkok Lakukan Kampanye Hoaks Soal Virus Corona
2. Daftar negara itu akan ditinjau setiap dua minggu sekali dan bisa saja berubah
Menurut sumber seorang pejabat berwenang di UE, untuk bisa mencapai kesepakatan 15 negara itu, sempat terjadi perdebatan. Salah satu yang didebatkan mengenai kriteria untuk membolehkan warga dari negara tertentu masuk ke UE.
Sebagian perwakilan pemerintah menilai data mengenai tingkat COVID-19 tidak bisa diandalkan. Mereka kemudian meminta kepada Badan khusus Uni Eropa untuk pencegahan penyakit, ECDC, untuk menyampaikan kriteria dengan lebih detail dan dari regulasi kesehatan. Laman Euro News melaporkan daftar itu tidak bersifat permanen. UE akan melakukan evaluasi setiap dua pekan sekali.
3. Benua Eropa sudah membuka perbatasannya sehingga warga negara UE sudah bisa berkunjung
Benua Eropa mengambil langkah besar di tengah normal baru yakni dengan mulai membuka pintu perbatasan bagi negara anggota UE sejak pertengahan bulan lalu. Komisioner urusan dalam negeri UE, Ylva Johansson mengatakan kepada negara anggota di dalam sidang bahwa kawasan itu harus secepatnya dibuka. Tanggal (15/6) dinilai tepat untuk membuka kembali kawasan UE.
Laman Time melaporkan antar negara anggota UE memang sudah membolehkan warganya untuk saling berkunjung. Bahkan, aturan ini juga berlaku bagi negara yang bukan anggota UE seperti Swiss.
Namun, kendati pemerintah masing-masing negara anggota UE sangat mengharapkan warganya keluar dari rumah dan melancong, tetapi warganya sebagian besar berpikir sebaliknya. Diprediksi pada musim panas ini, lebih banyak warga kawasan UE yang tetap memilih berada di rumah.
Hal-hal semacam itu yang coba dihindari oleh negara yang benar-benar mengandalkan pemasukan dari sektor pariwisata seperti Yunani. Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis menyadari tingkat kepercayaan warga masih rendah untuk bepergian. Oleh sebab itu, mereka gencar mengampanyekan Yunani sebagai negara yang aman untuk dikunjungi.
Pemerintah Yunani mengatakan mereka berhasil mengendalikan pandemik dengan jumlah pasien yang meninggal hanya 183 orang. Sementara, secara keseluruhan di Benua Eropa, ada lebih dari 182 ribu orang meninggal karena terpapar COVID-19.
Baca Juga: Uni Eropa Tegaskan Harga Vaksin COVID-19 Harus Terjangkau