[UPDATE] Angka Kematian Akibat COVID-19 di Brasil Tembus 150 Ribu

Angka kematian di Brasil tertinggi kedua di dunia setelah AS

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 di Brasil semakin mengkhawatirkan dan tak lagi bisa dianggap enteng. Berdasarkan data yang dikutip dari laman World O Meter pada Minggu (11/10/2020), angka kematian di Brasil sudah menembus lebih dari 150 ribu pasien. Ini menempatkan Brasil menjadi negara dengan angka kematian tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Negeri Paman Sam mencatat 219.281 ribu pasien meninggal akibat penyakit yang disebabkan oleh virus Sars-CoV-2. 

Bila dilihat dari segi jumlah kasus COVID-19, maka Brasil berada di posisi ketiga setelah AS dan India. Pada pekan ini, jumlah orang yang telah terpapar COVID-19 di Brasil mencapai 5 juta. Dalam sehari, angka kasus harian mencapai 34.650.

Stasiun berita BBC hari ini melaporkan lonjakan yang drastis ini tidak lepas dari kebijakan Presiden Jair Bolsonaro yang kerap meremehkan pandemik COVID-19. Meskipun ia juga pernah merasakan digerogoti oleh virus Sars-CoV-2 tersebut. Sama seperti Trump, Presiden Bolsonaro juga kerap menganggap COVID-19 sama seperti flu ringan. 

Lalu, dengan kenaikan angka kematian ini, apakah mendorong Pemerintah Brasil mengubah kebijakannya?

1. Wakil Presiden Brasil menyalahkan warga yang tidak disiplin mematuhi protokol kesehatan

[UPDATE] Angka Kematian Akibat COVID-19 di Brasil Tembus 150 RibuWakil Presiden Brasil Hamilton Mourão (Dokumen dari kantor resmi Presiden Brasil)

Sementara, dalam wawancara khusus yang dilakukan oleh Wakil Presiden Brasil, Hamilton Mourao dengan stasiun berita BBC, pemerintah mengklaim telah sukses menekan angka kematian akibat pandemik COVID-19. Wawancara itu dilakukan pada 18 Agustus 2020 lalu ketika angka kematian di Brasil menembus 100 ribu. 

"Kami merasa berduka jumlah warga yang meninggal mencapai 100 ribu. Tetapi, pemerintah pusat dan federal melakukan berbagai cara yang kami mampu dan hasilnya kami sukses menambah kapasitas rumah sakit bagi publik sebab sempat muncul kekhawatiran akan ada banyak orang yang meninggal di lorong-lorong rumah sakit," ungkap Mourao. 

Ia juga menyalahkan warga Brasil yang dinilainya tidak disiplin. Sehingga, imbauan seperti menjaga jarak dan mengenakan masker sering kali diabaikan. 

"Sehingga, tidak bisa instruksi dari atas tiba-tiba langsung dipatuhi hingga ke bawah. Oke, Anda harus melakukan ini dan itu lalu diikuti," ujarnya. 

Di sisi lain, Mourao mengakui banyak kota-kota yang kumuh dan padat penduduk di Brasil sehingga hal tersebut menyulitkan warga untuk melakukan jaga jarak. 

Baca Juga: [UPDATE] Kasus COVID-19 di India Kini Terbanyak Kedua di Dunia

2. Presiden Bolsonaro enggan memberlakukan lockdown karena akan merugikan perekonomian

[UPDATE] Angka Kematian Akibat COVID-19 di Brasil Tembus 150 RibuPresiden Brasil, Jair Bolsonaro (ANTARA FOTO/REUTERS/Adriano Machado)

Di sisi lain, Presiden Bolsonaro sejak awal tidak setuju untuk menerapkan lockdown atau menutup area di Brasil. Sebab, bila itu dilakukan sejak awal, maka bisa membunuh perekonomian Brasil dan menyebabkan banyak orang jadi pengangguran. Padahal, dengan tetap membuka aktivitas perekonomian seperti biasa angka penyebaran COVID-19 di Brasil terus melonjak. 

"Tanpa gaji dan pekerjaan, orang-orang pada akhirnya akan mati. Lockdown itu juga membunuh (warga)," ungkap Bolsonaro merujuk pada kebijakan yang diterapkan di beberapa kabupaten dan wilayah di Brasil dan dikutip kantor berita Reuters pada Minggu, 19 Juli 2020. 

Kendati tidak memberlakukan lockdown secara nasional, tetapi perekonomian Brasil tetap merosot tajam. Kantor berita Xinhua pada 18 Juni 2020 lalu melaporkan perekonomian negeri samba di bulan April anjlok 9,7 persen bila dibandingkan Maret lalu. Bank Sentral Brasil mencatat ini menjadi rekor terburuk sejak tahun 2003 lalu. 

Berdasarkan indeks aktivitas perekonomian bank (IBC-Br) penyesuaian angka pertumbuhan perekonomian di bulan April mencerminkan dampak terkuat dari pandemik COVID-19 terhadap negara terbesar di kawasan Amerika Latin itu. Perekonomian Brasil sudah mulai terpukul sejak lockdown diberlakukan pada pertengahan Maret lalu. 

Namun, bila dibandingkan pada April 2019 lalu, indeks perekonomian Brasil di periode yang sama terkoreksi sangat jauh yakni 15,09 persen tanpa ada penyesuaian. Sedangkan di bulan Maret, bulan pertama Brasil mengalami dampak pandemik, perekonomian Brasil sudah terkoreksi 6,16 persen bila dibandingkan bulan Februari. 

3. Indonesia masih mencatat angka kematian tertinggi akibat COVID-19 di kawasan Asia Tenggara

[UPDATE] Angka Kematian Akibat COVID-19 di Brasil Tembus 150 RibuIlustrasi virus corona (IDN Times/Sukma Shakti)

Sementara, angka kematian di Indonesia masih menempati posisi yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Bila merujuk data yang ada di Kementerian Kesehatan, maka angka kematiannya telah mencapai 11.765.

Pada Sabtu kemarin, jumlah kematian dalam sehari akibat COVID-19 mencapai 88 orang. Sedangkan, angka kematian pasien di Filipina mencapai 6.238 jiwa. Bila dilihat dari statisiknya, kasus COVID-19 di Filipina memang jauh lebih besar, tetapi angka kematian di Indonesia lebih tinggi. 

Berikut daftar negara di kawasan Asia Tenggara dengan jumlah kasus COVID-19 dan angka kematiannya: 

  1. Filipina 336,926 kasus, 6,238 pasien yang meninggal
  2. Indonesia 328,952 kasus, 11,765 pasien yang meninggal 
  3. Singapura 57,866 kasus, 27 pasien yang meninggal
  4. Myanmar 26,064 kasus, 598 pasien yang meninggal
  5. Malaysia 15,096 kasus, 155 pasien yang meninggal 
  6. Thailand 3,634 kasus, 59 pasien yang meninggal 
  7. Vietnam 1,107 kasus, 35 pasien yang meninggal 
  8. Kamboja 283 kasus, tidak ada pasien yang meninggal
  9. Brunei 146 kasus, 3 pasien yang meninggal
  10. Laos 23 kasus, tidak ada pasien yang meninggal

Baca Juga: Deretan Pejabat Dunia yang Terinfeksi COVID-19

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya