Serangan Iran di Irak Tak Menandakan Eskalasi Regional

Jakarta, IDN Times – Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas George Washington, Sina Azodi, mengatakan serangan Iran di Erbil Irak dan Suriah utara semalam adalah hal yang signifikan. Namun, tidak menandakan eskalasi regional baru di tengah memanasnya perang Gaza.
“Selama konflik di Gaza berlanjut, kita akan melihat tindakan apa yang akan diambil. Namun saya tidak percaya bahwa ini adalah sebuah eskalasi,” kata Azodi kepada Al Jazeera, Selasa (16/1/2024).
Azodi mencatat, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah mengeluarkan pernyataan yang pada dasarnya mengatakan bahwa Iran tidak menargetkan mereka.
“Iran mengatakan serangan itu adalah pembalasan atas serangan teroris baru-baru ini di wilayahnya serta pembunuhan beberapa komandannya,” tambahnya.
1. Serangan di dekat Konsulat AS di Erbil Irak dan Suriah
Serangan pada Selasa dini hari dilaporkan terjadi di dekat Konsulat Amerika Serikat (AS) di Erbil, Irak. Empat orang tewas dan enam lainnya terluka dalam serangan itu, sebagaimana dilaporkan France24.
Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka mengaku menargetkan markas mata-mata dan pertemuan para teroris anti-Iran di beberapa wilayah.
“Salah satu markas utama spionase Mossad di wilayah Kurdistan Irak dihancurkan dengan rudal balistik,” sebut pernyataan dari IRGC.
IRGC juga menyerang sasaran-sasaran di Suriah dengan rudal balistik, termasuk tempat berkumpulnya para komandan dan unsur-unsur utama yang terkait dengan operasi teroris baru-baru ini, khususnya yang ada kaitannya dengan ISIS.
Serangan terhadap Suriah merupakan respons terhadap serangan baru-baru ini oleh kelompok teroris yang menewaskan warga Iran di kota Kerman dan Rask di bagian selatan.
2. Iran tak berminat untuk perang

Seorang peneliti dari lembaga pemikir Quincy Institute, Trita Parsi, menegaskan bahwa Iran sejak awal tidak memiliki niat untuk berperang. Menurutnya, perang hanya akan mendapat penolakan luas dari rakyat Iran apabila benar terjadi.
“Iran berusaha menghindari perang. Saya pikir mereka akan berada dalam situasi yang sangat mirip dengan (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu, yaitu jika terjadi perang, yang akan terjadi adalah demonstrasi di seluruh negara mereka dan bukan kepemimpinan mereka,” kata Trita kepada CNN, (13/1/2024).
Iran berulang kali mengungkapkan keengganannya untuk membuat konflik lebih besar di kawasan. Terkait isu Houthi di Laut Merah yang sedang hangat, Teheran mengaku tidak terlibat dalam memberikan dukungan senjata.
“Perlawanan Houthi mempunyai alatnya sendiri dan bertindak sesuai dengan keputusan dan kemampuannya sendiri,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Ali Bagheri, pada Desember lalu
3. AS juga tak mau cari masalah dengan Iran

Sementara itu, membahas situasi Timur Tengah, Juru bicara utama Biden John Kirby mengatakan bahwa Washington tidak ingin mencari masalah dengan Iran.
“Kami tidak mencari konflik dengan Iran. Kami tidak ingin melakukan eskalasi dan tidak ada alasan untuk eskalasinya melebihi apa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir,” katanya dikutip Iran International.
Situasi di Timur Tengah belakangan semakin memanas. Musabab utamanya berada di Jalur Gaza. Di Laut Merah, Houthi melakukan serangkaian serangan yang mengatasnamakan pembelaan terhadap perjuangan warga Palestina terhadap Israel.
Di Selatan Israel, Hizbullah yang menjadi proksi Iran juga bersikap demikian. Belum ada tanda-tanda konflik di Gaza akaan mencapai tahapan gencatan senjata. Sementara jumlah korban terus meningkat.
Saat ini, jumlah korban telah mencapai lebih dari 24 ribu orang. Mayoritas korban merupakan wanita dan anak-anak.