ASEAN Ingin Diplomasi Preventif Jadi Cara Cegah Konflik di Kawasan 

Ini 3 rekomendasi Menlu Retno tentang ARF

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi mempimpin pertemuan ASEAN Regional Forum (ARF) ke-30 di Jakarta pada Jumat (14/7/2023).

Dalam pertemuan ini, Retno menyampaikan bahwa ARF harus mempunyai peran preventive diplomacy untuk menjaga perdamaian dan mencegah terjadinya konflik di kawasan.

Adapun ARF didirikan pada 1994 untuk membentuk arsitektur keamanan kawasan pasca Perang Dingin melalui upaya membangun kepercayaan (confidence building measures) yang mengedepankan dialog dan konsultasi.

Namun, saat ini lanskap keamanan kawasan telah banyak berubah akibat meruncingnya rivalitas negara adidaya (great powers) di kawasan.

Ada tiga rekomendasi yang disampaikan Retno di dalam ARF.

1. ARF harus bisa mencegah konflik kawasan

ASEAN Ingin Diplomasi Preventif Jadi Cara Cegah Konflik di Kawasan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di ARF. (dok. Gallery ASEAN 2023)

Dalam pidato pembukanya, Retno menyampaikan bahwa pendekatan “tit for tat” telah menciptakan krisis kepercayaan yang dalam, sehingga menghambat kerja sama. Ia juga menggarisbawahi potensi konflik yang berasal dari sengketa wilayah dan konflik etnik.

Tantangan tersebut semakin kompleks dengan munculnya masalah keamanan non-tradisional seperti terorisme, perdagangan orang, dan perompakan laut.

“Kompleksitas ini menuntut kita untuk dapat mengelola potensi konflik dengan cara yang lebih baik. Kita harus menggunakan ARF sebagai wahana untuk mengupayakan perdamaian dan mencegah terjadinya konflik di kawasan,” ujar Retno.

Retno menegaskan pentingnya mengubah defisit kepercayaan menjadi strategic trust. Ia juga menekankan perlunya membangun kerja sama yang bermanfaat langsung bagi masyarakat di kawasan.

Untuk itu, Indonesia terus mendorong kerja sama konkret visi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.

“Kerja sama tersebut tidak hanya bermanfaat di bidang ekonomi, namun juga dapat mendorong kerja sama strategis di tengah situasi geopolitik saat ini,” ucap dia.

Baca Juga: Menlu Retno: AS Memegang Kunci untuk Wujudkan Cita-cita ASEAN

2. Menerapkan nilai dan norma yang dijunjung ASEAN

ASEAN Ingin Diplomasi Preventif Jadi Cara Cegah Konflik di Kawasan ASEAN Regional Forum di Jakarta. (dok. Gallery ASEAN 2023)

Menurut Retno, sudah saatnya ARF bertransformasi ke tahap selanjutnya untuk menjadi mekanisme pencegahan konflik (preventive diplomacy) yang lebih responsif dalam menghadapi tantangan keamanan di kawasan.

Retno merekomendasikan agar ARF menerapkan norma dan nilai-nilai yang dijunjung ASEAN, seperti yang tertuang di dalam Piagam ASEAN dan Treaty of Amity and Cooperation (TAC).

“Kita memerlukan pedoman untuk mencegah terjadinya konflik. Dalam hal ini, karena domain maritim menyimpan banyak potensi konflik, kita perlu menetapkan aturan main khususnya di domain maritim,” ungkap Retno.

Kedua, ARF harus mendorong kerja sama konkret. Retno menyampaikan bahwa ARF harus menjadi mekanisme yang berorientasi aksi untuk menghadapi tantangan keamanan kawasan.

Terdapat sejumlah kerja sama yang dapat dilakukan seperti program peningkatan kapasitas dan joint exercises. Kerja sama konkret tersebut harus bersifat inklusif dan tidak mengancam pihak lain.

“Inilah bentuk upaya preventive diplomacy yang dapat mencegah terjadinya konflik,” jelas Retno.

3. Penguatan kapasitas ARF

ASEAN Ingin Diplomasi Preventif Jadi Cara Cegah Konflik di Kawasan ASEAN Regional Forum di Jakarta. (dok. Gallery ASEAN)

Ketiga, penguatan kapasitas institusional ARF. Retno mendorong penguatan peran ARF Chair dan Friends of the ARF Chair. Retno juga mendorong mekanisme Track II ARF.

Lebih lanjut, Retno menekankan bahwa untuk memajukan mekanisme ARF ke tahap preventive diplomacy, diperlukan kemauan politik dari seluruh pihak.

Pertemuan ARF ke-30 menyoroti sejumlah isu keamanan kawasan maupun di luar kawasan di antaranya terkait isu Myanmar, keamanan maritim Laut China Selatan, denuklirisasi di Semenanjung Korea, dan pentingnya kawasan Indo-Pasifik yang bebas dari senjata nuklir.

Isu di luar kawasan masih didominasi dampak perang yang terjadi di Ukraina. Para peserta pertemuan juga menyampaikan apresiasi kepemimpinan Indonesia di ASEAN, terutama dalam mendorong implementasi Five Point Consensus (5PC) di Myanmar.

Peserta pertemuan juga menegaskan dukungan pada sentralitas ASEAN dan penghormatan terhadap hukum internasional, termasuk Piagam PBB. 

Baca Juga: Ada 239 Pertemuan Bilateral dan 6 Trilateral di Sela-sela AMM/PMC

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya