Israel Bombardir Kamp Pengungsi Jabalia Gaza, 30 Orang Tewas

Kamp Jabalia termasuk kamp pengungsi terbesar di Gaza

Jakarta, IDN Times - Setidaknya 30 jenazah, sebagian perempuan dan anak-anak, ditemukan di bawah reruntuhan bangunan yang dibom militer Israel di kamp pengungsi Jabalia, Jalur Gaza.

Dilansir dari Al Jazeera, Senin (23/10/2023), Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan Israel membombardir sebuah bangunan di kamp pengungsi, tadi malam. Kamp pengungsi Jabalia merupakan kamp pengungsi terbesar di Gaza.

“Selain itu ada 27 pengungsi yang terluka. Kami sangat kekurangan obat-obatan dan peralatan medis,” sebut kementerian itu.

1. Israel terus melancarkan serangan ke Gaza

Israel Bombardir Kamp Pengungsi Jabalia Gaza, 30 Orang TewasPasukan Israel Defence Force atau IDF. (Twitter.com/Naftali Bennett)

Pekan kemarin, militer Israel dilaporkan terus mengebom Jalur Gaza. Total korban tewas di Gaza mencapai 4.651 orang dan korban terluka mencapai 14.245 orang.

Kamp pengungsi Jabalia merupakan kamp yang padat penduduknya. Di dalam kamp tersebut ada tiga sekolah yang dikelola oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina atau UNRWA.

Militer Israel juga telah mengebom sebuah pasar di dalam kamp tersebut, yang merupakan lokasi terpadat.

 

Baca Juga: 2 Pekan Gempuran Israel ke Gaza, 4.651 Orang Tewas

2. Bantuan mulai masuk ke Gaza via perbatasan Rafah

Konvoi 20 truk yang membawa bantuan kemanusian mulai memasuki Jalur Gaza yang terkepung, melalui persimpangan Rafah dengan Mesir pada Sabtu (21/10/2023). Ini merupakan bantuan yang pertama memasuki Gaza sejak pertempuran antara Hamas dan Israel dimulai pada 7 Oktober.

Bantuan tersebut akan dikirim ke gudang PBB untuk didistribusikan ke seluruh Jalur Gaza. Ini mencakup persediaan makanan dan obat-obatan namun tidak ada bahan bakar, yang sangat penting bagi 2,3 juta penduduk Gaza.

Di sisi lain, Israel telah melakukan blokade total terhadap wilayah kantong Palestina setelah serangan Hamas. Pihaknya juga memutus pipa airnya ke Gaza, bersama dengan pasokan bahan bakar dan listrik untuk pembangkit listrik tenaga air dan limbah.

 

3. Terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi

Organisasi nirlaba global, Oxfam, dan badan-badan PBB telah memperingatkan bahwa runtuhnya layanan air dan sanitasi akan memicu serangan penyakit, jika bantuan kemanuasiaan yang mendesak tidak diberikan.

Kekhawatiran semakin meningkat bahwa dehidrasi, kolera, hingga penyakit yang ditularkan melalui air akan menyebabkan bencana kemanusiaan. Mereka menghadapi ancaman tersebut di tengah serangan udara Israel yang telah menewaskan lebih dari 4.200 warga Palestina, di mana 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 13 ribu orang terluka.

Baca Juga: KTT AS-UE Didominasi Masalah Israel dan Ukraina

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya