Ledakan di Jembatan Krimea, Suami Istri Tewas

Anak pasangan itu terluka

Jakarta, IDN Times - Setidaknya dua orang dilaporkan tewas akibat ledakan yang terjadi di Jembatan Krimea, hari ini. Dua korban tewas ini adalah suami istri, sedangkan putri mereka dikonfirmasi terluka.

Dilansir dari The Guardian, Senin (17/7/2023), Gubernur Belgorod, Vyacheslav Gladkov mengatakan putri sepasang suami istri korban yang tewas tersebut kini tengah dirawat intensif.

“Hal paling memilukan adalah orangtua gadis ini meninggal, ayah dan ibunya,” ungkap Gladkov.

Baca Juga: Ini Rencana Ukraina jika Berhasil Rebut Krimea dari Rusia 

1. Ledakan akibat aksi provokasi Rusia

Hingga saat ini, belum diketahui ledakan ini berasal dari mana dan siapa pelakunya. 

Sementara itu, Ukraina mengklaim ledakan tersebut adalah ulah dari aksi provokasi Rusia sendiri. Rusia diketahui mencaplok Krimea pada 2014 silam.

Jembatan Krimea ini disebut sebagai simbol yang cukup penting untuk Presiden Rusia Vladimir Putin, dan juga digunakan untuk pasukan Rusia masuk ke Ukraina.

Baca Juga: Rusia Sebut Ukraina Berencana Serang Krimea dengan Rudal AS

2. Konflik Krimea yang berkepanjangan

Ledakan di Jembatan Krimea, Suami Istri TewasKrimea (bawah) yang dicaplok Rusia pada 2014 dan Donetsk serta Luhansk (kanan) yang dikuasai pemberontak pro-Rusia (www.google.com/maps/)

Rusia menganeksasi Krimea pada 2014 silam. Rusia sendiri memerintah Krimea sebagai dua wilayah, yaitu Republik Krimea dan kota federal Sevastopol, yang sebelumnya masuk di wilayah Ukraina.

Selain fungsinya dalam distribusi komoditas penting di Eropa, Krimea adalah rumah untuk beragam etnik. Penghuni pertama wilayah ini sebenarnya adalah warga etnik Tatar. Mereka adalah salah satu etnik minoritas dengan akar bangsa Turki yang hidup nomaden. Etnik Tatar dikenal pula sebagai kolaborator Kekaisaran Mongol.

Di bawah kekuasaan Mongol, orang-orang Tatar menetap di beberapa wilayah di dekat Sungai Volga, Siberia, hingga Krimea. Mereka adalah pemeluk agama Islam yang sebagian besar menekuni bisnis. Khusus di Krimea, mereka berhubungan baik dengan Kekaisaran Ottoman lewat kerja sama distribusi komoditas. 

3. Status Krimea yang tak jelas

Ledakan di Jembatan Krimea, Suami Istri TewasJembatan Krimea. (pixabay.com/AnnaIlarionova)

Rusia menduduki Krimea dan melakukan referendum mandiri yang menyatakan bahwa mayoritas warga Krimea ingin bergabung dengan Rusia. Namun, tanpa restu PBB, referendum sebenarnya tidak bisa dianggap sah. Hingga kini, media internasional selalu menggunakan istilah aneksasi ilegal terhadap keberadaan Rusia di Krimea. 

Keberadaan Rusia di Krimea dan Sevastopol memperlemah Ukraina dalam banyak aspek. Etnik minoritas macam Tatar merasa terancam dengan keberadaan pemerintah Rusia yang dikenal dengan kebijakan-kebijakan opresifnya.

NGO Freedom House di tahun 2021 ini merilis laporan tentang berbagai pelanggaran HAM. Contohnya, penangkapan aktivis Tatar anti-Rusia tanpa tuduhan jelas serta pemindahan paksa orang-orang yang tidak bersedia mengganti paspor Ukraina dengan Rusia, termasuk pelarangan masuk jurnalis ke wilayah Krimea. 

Hingga kini, status Krimea belum jelas. Ukraina melalui Presiden Volodymyr Zelenskiy masih berusaha mencari jalan untuk menuntaskan masalah ini dengan meminta dukungan Amerika Serikat dan Uni Eropa. Di sisi lain, Rusia secara de facto telah mengambil alih Krimea, bahkan kembali menggalakkan imigrasi warga Rusia ke semenanjung tersebut. 

Baca Juga: Krimea Diserang, Putin: Serangan Balasan ke Ukraina Akan Lebih Sadis!

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya