Menlu Malaysia Bicara soal ASEAN, Myanmar, dan Islamofobia 

Wawancara khusus IDN Times dengan Menlu Malaysia

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Malaysia Zambry Abdul Kadir angkat bicara soal konflik Myanmar, yang menjadi salah satu isu utama dalam pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN yang digelar di Jakarta pada Juli 2023.

Zambry mengungkapkan bagaimana posisi Malaysia saat ini terhadap isu tersebut.

Selain itu, ia juga berbicara soal fenomena Islamofobia yang semakin marak di Eropa. 

Tak ketinggalan, Zambry juga mengungkapkan sejumlah harapan terkait hubungan bilateral Malaysia dan Indonesia ke depannya, sebagai saudara serumpun.

Berikut wawancara khusus IDN Times dengan Menlu Malaysia Zambry Abdul Kadir di sela-sela gelaran ASEAN Ministers Meeting and Post Ministerial Meeting (AMM/PMC) 2023 di Jakarta.

Bagaimana kesan Anda soal pelaksanaan AMM/PMC 2023 ini?

Menlu Malaysia Bicara soal ASEAN, Myanmar, dan Islamofobia Pertemuan Pleno Menlu ASEAN 2023 di Jakarta. (dok. Kemlu RI)

Saya telah menghadiri 17 pertemuan di ASEAN dan mitranya, termasuk bertemu dengan rekan-rekan saya, para Menlu ASEAN, lalu PMC, ASEAN Plus One, Plus Three, dan ASEAN Regional Forum.

Kami sampaikan pandangan Malaysia berkaitan dengan keamanan dan kestabilan kawasan, perjanjian SEANWFZ (kawasan bebas nuklir ASEAN), dan sekali lagi Malaysia menekankan kawasan ini harus bebas senjata nuklir. Lalu isu soal Korea Utara, Islamofobia, Palestina, Laut China Selatan, minyak kelapa sawit yang terkena diskriminasi ke Eropa dan situasi di Myanmar.

Jadi kesepakatan telah dicapai sepanjang pertemuan, yaitu semua negara-negara ASEAN yang datang juga mengeluarkan pernyataan bersama atau joint communique. Seluruhnya, pertemuan ini memperlihatkan upaya ASEAN untuk membina relasi dan menunjukkan peran aktif negara-negara ASEAN, salah satunya Malaysia untuk menyuarakan isu-isu besar di kawasan dan global.

Kehadiran rekan-rekan dialog negara ASEAN dan rekan-rekan strategis seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, China, India, Jepang, Korea, Kanada dan lain-lain termasuk negara-negara lain yang jadi perhatian juga turut datang, memperlihatkan kedudukan ASEAN di mata dunia, penting juga untuk mereka ada di kawasan.

Saya ucapkan terima kasih ke Menlu Retno Marsudi dan Indonesia yang bisa menggelar pertemuan ini dengan baik dan cukup sukses.

Baca Juga: Jokowi Yakin Konflik di Myanmar Bisa Selesai, Ini Syaratnya!

Bagaimana pandangan Malaysia soal masalah Myanmar?

Menlu Malaysia Bicara soal ASEAN, Myanmar, dan Islamofobia Pengunjuk rasa menggelar aksi protes terhadap kudeta militer di Kota Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2/2021). Mereka menuntut pembebasan pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/wsj.

Pandangan ASEAN di negara-negara anggota ialah kita berbincang soal upaya-upaya yang dilakukan, misalnya apa yang sudah dilakukan Thailand. Mereka punya pandangan karena posisinya dekat dengan Myanmar, maka Thailand mengusahakan, sebagai negara yang dekat.

Tapi bisa seharusnya disampaikan ke ketua ASEAN, yaitu Indonesia, itu yang dibawa oleh Thailand. Kita bicarakan isu yang dibawa Thailand (ke Myanmar), jadi kita keluarkan satu joint communique. Ada yang mengatakan ada perbedaan, jika ada perbedaan, tentu tidak akan ada pernyataan bersama.

Kalau ada kekecewaan atau perbedaan pendapat yang menyebabkan tidak bisa mencapai kata sepakat, pasti joint communique tidak bisa keluar. Tapi nyatanya pernyataan bersama ini keluar dan disampaikan ke publik.

Sedangkan, joint communique harus dapat konsensus semua negara. Misal ada satu negara tidak setuju dengan pernyataan bersama itu, berarti tidak ada joint communique. Ini keluar setelah ada kesepakatan.

Lima Poin Konsesus (5PC) apakah akan direvisi di KTT ASEAN?

Tidak ada revisi ya, tapi melihat dari segi pencapaian yang kita dapat hari ini, dalam konteks 5PC. Sebagai contoh, salah satunya dalam konteks bantuan kemanusiaan, satu poin di antara lima poin. Bagaimana upaya ini bisa dilakukan, apa halangan-halangannya. Apa yang perlu kita atasi. Kita sampaikan update terkini dan memastikan semua upaya yang harus dilakukan ke depan.

Apa upaya memastikan 5PC tahun ini lebih efektif dari sebelumnya?

Menlu Malaysia Bicara soal ASEAN, Myanmar, dan Islamofobia Gedung Sekretariat ASEAN (ASEC). (twitter.com/ASEAN)

Apa yang kita lihat keseluruhannya, pendekatan 5PC ini perlu dilakukan dalam konteks lebih fleksibel tapi harus berada di jalur 5PC. Contohnya, misalnya mau melakukan upaya dan perundingan tapi masih dalam konteks 5PC. Bisa disampaikan dulu prosesnya, apa yang akan dilakukan.

Kita tidak mau proses 5PC yang dibuat oleh negara-negara tertentu tapi tidak di dalam konteks ASEAN. Jadi akibatnya, dunia akan melihat yang dicapai ASEAN lewat 5PC itu tidak begitu efektif. Kita beri ruang (ke masing-masing negara) untuk upaya membantu Myanmar. Itu selalu ada.

Baca Juga: Menlu: Rakyat Hidup Damai adalah Salah Satu Tujuan ASEAN

Bagaimana Anda melihat isu pekerja migran yang menjadi sorotan Indonesia-Malaysia?

Ya, kita sudah mengadakan pertemuan, dengan kepemimpinan Malaysia yang baru (PM Anwar Ibrahim) dan juga Presiden Joko Widodo, kita melihat dari segi upaya yang serius di antara pemimpin ini yang sudah mendiskusikan tindakan-tindakan bersama. Semoga apa yang sudah dibicarakan oleh keduanya ini bisa berjalan lancar.

Apa harapan Anda untuk hubungan Indonesia dan Malaysia?

Menlu Malaysia Bicara soal ASEAN, Myanmar, dan Islamofobia Presiden Jokowi bertemu dengan PM Malaysia, Anwar Ibrahim di Labuan Bajo, Selasa (9/5/2023) (dok. Sekretariat Presiden)

Saya senang sekali, hubungan istimewa ini berlanjut dan terus berjalan. Ini kita serumpun dan bersaudara. Saya rasa tidak ada masalah yang sulit dipecahkan untuk hubungan dua negara. Apalagi kedua pemimpin begitu akrab, masyrakatnya, rakyatnya. Inilah semangat yang ada.

Baru-baru ini ada juga lawatan Presiden Jokowi ke Malaysia. Keberadaan beliau di sana menunjukkan suasana persaudaraan. Begitu juga ketika PM Anwar Ibrahim di sini, suasana itu terlihat bagaimana antusiasme menyambut PM Anwar, sebaliknya juga. Dan ini hubungan yang istimewa. Kita teruskan dan tingkatkan lagi.

Bagaimana tanggapan Anda soal minyak kelapa sawit yang ditentang Eropa?

Kita telah membicarakan hal itu, soal minyak sawit, saya suarakan pentingnya Uni Eropa untuk mendengarkan pandangan Malaysia dan Indonesia. Begitu juga saat saya bilateral dengan beberapa menteri negara Eropa, saya mengingatkan soal hal itu.

Pertemuan saya dengan Josep Borrell (Kepala Hubungan Luar Negeri Uni Eropa) lalu dengan Menlu Inggris, dan juga dengan Norwegia, saya angkat soal isu ini. Mereka telah berikan komitmen mereka bersama-sama untuk membantu melihat dan menimbang soal ini.

8. Soal Islamofobia yang sedang marak, bagaimana pandangan Malaysia?

Menlu Malaysia Bicara soal ASEAN, Myanmar, dan Islamofobia Ilustrasi Al Quran (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Ini juga saya angkat karena masalah serius. Saya minta masyarakat antarbangsa untuk sama-sama bekerja memastikan supaya persoalan ini bisa dihilangkan. Beberapa negara memberikan komitmen ke Malaysia dan ASEAN untuk sama-sama kita tangani isu ini.

Bentuk-bentuk Islamofobia seperti pembakaran Al-Qur’an ini, masalah yang sangat mencoreng Islam. Dan tidak menunjukkan kerukunan dalam hidup beragama. Tindakan-tindakan seperti ini harusnya dihilangkan.

Baca Juga: Xanana: Timor Leste Batal Gabung ASEAN jika Isu Myanmar Tak Selesai 

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya