Profil Srettha Thavisin, Kandidat Kuat Perdana Menteri Thailand

Thailand bakal gelar pemungutan suara parlemen besok

Jakarta, IDN Times - Parlemen Thailand bakal mengadakan pemungutan suara pada Selasa (22/8/2023). Pemungutan suara ini digadang-gadang akan mengakhiri kebuntuan politik Negeri Gajah Putih, usai Partai Move Forward yang memenangkan pemilu 14 Mei lalu dijegal di parlemen.

Eks kandidat PM dari partai Move Forward, Pita Limjaroenrat, akhirnya menawarkan posisinya ke Partai Pheu Thai, partai yang dinaungi putri dari eks PM Thailand, Thaksin Shinawatra.

Menerima tawaran Pita, Pheu Thai akhirnya mengajukan nama Srettha Thavisin. Siapa sebenarnya Srettha Thavisin ini?

1. Pendatang baru di dunia politik Thailand

Nama Srettha Thavisin memang belum tenar di dunia perpolitikan Thailand. Namun, Srettha merupakan mantan taipan real estate tersohor di negara tersebut.

Jebolan Claremont Graduate School, Amerika Serikat (AS) ini bergabung dengan partai Pheu Thai pada 2023 sebagai kepala penasihat putri Thaksin, Paetongtarn Shinawatra.

Srettha diketahui memimpin Sansiri Thailand, perusahaan real estate terbesar di Thailand. Namun ia mengaku sudah mengundurkan diri sejak April dan memberikan semua sahamnya kepada putrinya.

Srettha juga mengaku telah menjual atau menyerahkan sahamnya ke perusahaan lain.

Meski didukung oleh koalisi partai populis dan konservatif, nasib Srettha tetap ada di tangan para anggota Senat, di mana 250 anggotanya berasal dari militer dan 500 anggota parlemen terpilih.

Jika gagal, Srettha bisa memberikan kursi calon PM ke kandidat lainnya dari Pheu Thai, yakni Paetongtarn (anak Thaksin) atau Chaikasem.

Baca Juga: Eks PM Thailand Thaksin Shinawatra Akan Kembali dari Pengasingan 

2. Terkenal memperjuangkan hak-hak LGBTQ dan tuduhan penggelapan pajak

Jauh sebelum terjun ke dunia politik, Srettha terkenal karena kerap memperjuangkan hak-hak dari LGBTQ dan kelestarian lingkungan.

Bahkan sebelum bergabung dengan Pheu Thai, Srettha diketahui kerap berkomentar soal politik Thailand di media sosial.

Jejak Srettha di dunia bisnis pun tak luput dari pembahasan. Seorang mantan pengusaha Thailand, Chuwit Kamolvisit, menuding bahwa Srettha terlibat dalam penggelapan pajak pada 2019 ketika ada sekelompok pebisnis yang menjual sebidang tanah.

3. Fokus merangsang ekonomi Thailand

Dalam sebuah wawancara pada awal 2023, Srettha mengatakan bahwa ia ingin merangsang ekonomi Thailand serta menjembatani kesenjangan antara si kaya dan si miskin.

Selain itu, Srettha juga dituntut untuk merealisasikan janji-janji Pheu Thai seperti kenaikan 70 persen upah minimum, jaminan pendapatan rumah tangga 20 ribu Baht per bulan, serta keuntungan pertanian tiga kali lipat untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi jadi 5 persen.

Srettha juga diharapkan bisa menyeimbangkan para tokoh konservatif dan militer yang terus mendominasi politik Thailand.

Baca Juga: 6 WNI Korban TPPO Dipulangkan dari Thailand

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya