Ingin Pulihkan Hubungan, Menlu Inggris Akan Berkunjung ke China  

Lawatan pertama pejabat Inggris dalam 5 tahun terakhir

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Inggris, James Cleverly, akan mengunjungi China pada Rabu (29/8/2023). Lawatan itu untuk memulihkan hubungan London-Beijing yang retak akibat masalah keamanan dan hak asasi manusia.

Cleverly akan bertemu timpalannya yakni Menteri Luar Negeri China Wang Yi setibanya di Beijing. Itu akan menjadi kunjungan pertama pejabat senior London sejak lima tahun terakhir, dilansir Reuters.

1. Menlu Inggris sebut mengisolasi China adalah kesalahan

Cleverly sebelum berangkat mengatakan, upaya untuk mengisolasi China adalah suatu kesalahan. Ia menyebut perlu ada keterlibatan yang dilakukan di berbagai bidang seperti perubahan iklim, ketidakstabilan ekonomi, dan proliferasi nuklir.

“Penting bagi kita untuk mengelola hubungan kita dengan China dalam berbagai masalah,” kata Cleverly, dikutip dari US News.

“Ukuran, sejarah, dan signifikansi global China membuat mereka tidak dapat diabaikan, namun hal ini juga disertai dengan tanggung jawab di panggung global,” sambungnya.

Baca Juga: China Sebut AS Pakai Nama Prabowo soal Laut China Selatan

2. China ungkap pentingnya kerja sama dengan Inggris

Ingin Pulihkan Hubungan, Menlu Inggris Akan Berkunjung ke China  Potret juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin (twitter.com/MFA_China)

Sementara itu, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan, London-Beijing perlu mengembangkan hubungan demi kepentingan bersama.

"Kami berharap pihak Inggris akan bekerja sama dengan kami untuk menjunjung tinggi semangat saling menghormati, memperdalam pertukaran, meningkatkan saling pengertian dan mempromosikan perkembangan hubungan China-Inggris yang stabil," dilansir dari ABC News.

Sebelumnya, Cleverly dijadwalkan berkunjung pada Juli. Namun, itu ditunda setelah eks Menlu China Qin Gang menghilang secara misterius. Kunjungan ke Beijing terakhir kalinya dilakukan oleh eks Menlu Inggris Jeremy Hunt pada 2018.

3. Pasang surut hubungan Inggris-China

Hubungan Beijing dan London mengalami pasang surut dalam satu dekade terakhir. Inggris yang dulunya jadi pendukung terbesar China di Eropa seketika berubah haluan dengan mengkritisi rentetan kebijakannya. 

Di bawah kepemimpinan eks Perdana Menteri Boris Johnson, Inggris mengkritisi China yang merusak demokrasi di Hong Kong dan Xinjiang. London juga melarang Huawei mengembangkan jaringan 5G di wilayahnya karena alasan keamanan. 

Selain itu, Inggris juga dibuat naik pitam oleh Beijing karena enggan transparan soal asal-usul pandemik COVID-19.

Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan, “era keemasan” hubungan negaranya dengan China telah berakhir. Meski demikian, London dikabarkan berkali-kali mengirim pejabat junior ke Beijing beberapa bulan terakhir.

Terlepas gonjang-ganjing itu, Inggris di bawah kepemimpinan Sunak berupaya mencari titik tengah. Di antaranya dengan menetralisir ancaman keamanan yang ditimbulkan Beijing, sembari mempertahankan atau meningkatkan kerja sama di berbagai bidang seperti perdagangan, investasi dan perubahan iklim.

Baca Juga: Perawat Inggris yang Bunuh 7 Bayi Dipenjara Seumur Hidup

Syahreza Zanskie Photo Verified Writer Syahreza Zanskie

Feel free to contact me! syahrezajangkie@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya