Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera Korea Utara. (unsplash.com/Micha Brändli)
Bendera Korea Utara. (unsplash.com/Micha Brändli)

Intinya sih...

  • Tentara Korut kabur ke Korsel melalui perbatasan penuh ranjau

  • Nekat melewati perbatasan yang penuh ranjau, pembelot Korut berhasil diserahkan ke militer Korsel setelah melintasi Zona Demiliterisasi.

  • Pembelotan ini jarang terjadi dan berisiko tinggi bagi pelakunya serta dapat membocorkan intelijen Korut kepada Korsel.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times- Seorang tentara Korea Utara (Korut) berhasil kabur ke Korea Selatan (Korsel) pada Minggu, (19/10/2025), setelah melintasi perbatasan darat yang dijaga super ketat. Pihak militer Korsel segera menahan prajurit tersebut dan ia dilaporkan telah menyatakan keinginannya untuk menetap di Selatan.

Peristiwa pembelotan ini adalah yang pertama dilaporkan terjadi di Zona Demiliterisasi (DMZ) sejak Agustus 2024. Pembelotan tentara Korut melalui perbatasan dinilai sangat jarang karena sangat berisiko, dilansir The Guardian.

1. Nekat melewati perbatasan yang penuh ranjau

Militer Korsel (ROK) mengonfirmasi bahwa tentara tersebut menyeberang Garis Demarkasi Militer (MDL) di bagian tengah DMZ pada hari itu. Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS) menjelaskan mereka berhasil mengidentifikasi dan melacak individu tersebut sebelum membawanya ke dalam tahanan.

Meskipun secara resmi disebut Zona Demiliterisasi, DMZ adalah perbatasan darat sepanjang 248 km, yang dikenal penuh ranjau. Area selebar 4 km ini dijaga ketat dengan kawat berduri, jebakan tank, ranjau darat, dan pasukan tempur.

“Kemungkinan prajurit itu akrab dengan area tersebut sehingga membantunya melewati medan yang dipenuhi ranjau,” kata Hong Min, seorang analis senior di Korea Institute for National Unification, dilansir The Japan Times.

2. Pembelot Korut biasanya kabur lewat China

Pembelotan melintasi perbatasan darat langsung antara kedua Korea adalah kejadian yang sangat langka. Sebagian besar dari puluhan ribu warga Korut yang melarikan diri biasanya memilih jalur tidak langsung.

Kebanyakan dari mereka menyeberang dahulu dari Korut ke China, yang memiliki perbatasan darat yang panjang. Setelah itu, mereka akan memasuki negara ketiga seperti Thailand, sebelum akhirnya menuju Korsel.

Sejak berakhirnya Perang Korea pada 1953, sekitar 34 ribu warga Korut telah berhasil melarikan diri dan menetap di Selatan. Kementerian Unifikasi Korsel mencatat, tahun lalu total 236 warga Korut tiba di Selatan, dengan 88 persen di antaranya adalah wanita. Pyongyang sangat mengecam para pembelot dan bahkan menyebut mereka sebagai sampah manusia.

3. Risiko kebocoran intelijen bagi Pyongyang

Pembelotan ini diperkirakan akan membuat Korut was-was karena besarnya risiko intelijen. Setelah diamankan, tentara itu akan segera diserahkan kepada badan intelijen Seoul untuk diselidiki lebih lanjut.

“Pembelotan terbaru ini tidak akan diterima positif oleh Pyongyang, karena ia bisa memberi informasi kepada Selatan tentang pergerakan pasukan mereka,” tutur Min, dilansir Al Jazeera.

Kedua Korea secara teknis masih dalam status perang karena Perang Korea 1950–53 hanya diakhiri dengan perjanjian gencatan senjata. Meskipun Seoul telah berupaya melakukan rekonsiliasi, hubungan antara kedua negara tetap tegang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team