Teroris di Mali Tewaskan 30 Tentara Mali

Jakarta, IDN Times - Kelompok Jama'a Nusrat ul-Islam wa al-Muslimin (JNIM) menyerang pangkalan militer di Timbuktu, Mali pada Senin (2/6/2025). Serangan ini menambah panjang daftar terorisme di Mali dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut keterangan warga lokal, serangan teroris kali ini terjadi di beberapa lokasi di kota bersejarah tersebut. Selain itu, warga juga mendengar suara baku tembak keras di sekitar Bandara Timbuktu.
Sejak memimpin pada 2021, junta militer Mali mengalami kesulitan dalam melawan kelompok teroris di negaranya. Selain teroris asosiasi Al-Qaeda, Mali juga menghadapi pemberontak dan kelompok separatis lainnya.
1. Militer Mali klaim sukses mencegah serangan teroris
Kepala Staf Militer Mali mengatakan, pasukannya berhasil meringkus kelompok jihadis yang berniat mengambil alih pangkalan militer di Timbuktu. Sebanyak 14 teroris telah dilumpuhkan.
"Serangan jihadis ini berlangsung pada pukul 10.00 dan sebanyak 14 pelaku teroris sudah dilumpuhkan. Aksi terorisme ini berhasil digagalkan berkat reaksi cepat dari pasukan kami di sana. Sebanyak 31 terduga teroris sudah ditangkap," tuturnya, dikutip Le Monde.
Militer Mali mengakui bahwa setidaknya 30 tentara tewas dalam serangan teroris selama 2 hari terakhir di Timbuktu dan Boulkessi. Korban kemungkinan masih akan bertambah seiring laporan personel militer yang hilang.
Salah seorang pejabat setempat mengungkapkan kemungkinan setidaknya 60 tentara yang tewas dalam insiden ini.
2. Serangan teroris di Mali semakin meningkat
Teroris terus melancarkan serangan di kawasan Liptako-Gourma yang terletak di perbatasan Mali, Burkina Faso, dan Niger. Pada Februari, Human Rights Watch melaporkan 34 tewas ketika mobil konvoi warga sipil disergap oleh kelompok bersenjata.
Pada Juli 2024, militer Mali mengakui kekalahan besar dari pasukannya dari kelompok peberontak Strategic Framework for the Defense of the People of Azawad (CSP-DPA). Pengakuan ini menyusul kegagalan operang antara Mali dan kelompok pembunuh bayaran.
Hingga Mei, lebih dari 400 tentara Mali tewas imbas konflik di Sahel. Bersama dengan Burkina Faso dan Niger, Mali memutuskan keluar dari anggota (Economic Community of West African States) ECOWAS.
3. Mali, Niger, Burkina Faso semakin mendekat ke Rusia
Setelah memutus hubungan dengan Prancis, Mali, Niger, dan Burkina Faso atau tergabung dalam Alliance of Sahel States (AES) terus mendekat ke Rusia. Ketiganya setuju meluncurkan proyek kerja sama di St. Petersburg.
Dilansir APA News, keempat negara berupaya mencari jalan tengah dan mekanisme, terutama perlawanan terhadap organisasi kriminal transnasional, terorisme, dan cybercrime. AES dan Rusia menyetujui pertukaran pakar hukum dalam mendukung peraturan hukum.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan pentingnya pembangunan ruang hukum yang dilihat dari penghormatan dan kedaulatan. Rusia disebut akan memberikan pakar dan dukungan kepada ketiga negara Sahel tersebut.