Aljazair Tutup Penerbangan dari Mali, Ada Apa?

- Aljazair dan Mali menutup wilayah udara sebagai protes atas klaim masuknya drone dari Mali ke Aljazair.
- Ketegangan antara kedua negara memanas sejak Januari 2025 akibat dugaan campur tangan Aljazair dalam urusan Mali.
- Aljazair menerjunkan tentara ke perbatasan Mali untuk mencegah kelompok militan dan penyelundupan senjata, serta mendekatkan hubungan dengan AS.
Jakarta, IDN Times - Aljazair dan Mali, pada Senin (7/4/2025), mengumumkan penutupan wilayah udara bagi penebangan di kedua negara. Langkah ini sebagai bentuk protes atas klaim masuknya drone dari Mali ke dalam wilayah udara Aljazair.
Sejak Januari 2025, hubungan kedua negara memanas setelah Mali menuduh Aljazair ikut campur urusan negaranya. Aljazair mengkritisi rencana Mali menetapkan kelompok separatis sebagai teroris yang akan mengakhiri perjanjian damai.
Junta militer Mali mengklaim bahwa Aljazair mendukung kelompok separatis Touareg dan bekerja sama untuk memicu instabilitas di Mali.
1. Tuduh Mali sengaja menutupi kesalahannya
Kementerian Pertahanan Aljazair mengatakan bahwa Mali menolak kesalahannya sendiri dengan ikut menutup penerbangan dari negaranya sebagai langkah balasan.
"Langkah Mali adalah bentuk dari pengalihan isu. Tuduhan yang dilayangkan Mali kepada kami adalah upaya untuk mengalihkan perhatian dari kesalahannya sendiri. Karena pelanggaran wilayah udara yang dilakukan Mali secara berturut-turut. Maka kami memutuskan untuk menurup penerbangan dari Mali mulai hari ini," tuturnya, dilansir BBC.
Aljir mengklaim bahwa sudah ada tiga pelanggaran wilayah udara yang dilakukan Mali dalam beberapa bulan terakhir.
Di tengah ketegangan ini, Aljazair sudah menerjunkan tentara ke perbatasan Mali untuk mencegah masuknya kelompok militan dan penyelundupan senjata dari kelompok jihadis yang beroperasi di Mali.
2. Mali, Niger, Burkina Faso tarik Duta Besar dari Aljazair
Sehari sebelumnya, Mali, Burkina Faso, dan Niger yang tergabung dalam Alliance of Sahel States (AES) sepakat memanggil Duta Besarnya dari Aljazair. Aksi ini sebagai bentuk protes atas tuduhan Aljazair soal penembakan drone dari Mali.
"Penembakan drone milik militer Mali adalah aksi tidak bertanggung jawab yang melanggar hukum internasional. Kami akan mengajukan keberatan kepada badan internasional terkait dengan insiden tersebut," terangnya, dikutip Africa News.
Mali menyebut drone tersebut berada di dekat perbatasan dan masih 10 km di dalam teritorinya. Sedangkan Aljazair mengklaim bahwa drone milik Mali tersebut masuk 2 km di dalam wilayahnya.
Selain bersitegang dengan Aljazair, ketiga negara pimpinan junta militer itu juga sempat bersitegang dengan Economic Community of West African States (ECOWAS). Ketiga negara Afrika Barat itu akhirnya resmi keluar dari ECOWAS pada Januari 2025.
3. Aljazair tingkatkan kerja sama dengan AS
Pada Januari, Wakil Menteri Pertahanan Aljazair, Said Chengriha sudah bertemu dengan Komandan US Africa Command (AFRICOM), Michael Langley. Keduanya menyetujui perjanjian di sektor pertahanan dan energi.
"Kerja sama kedua negara berkaitan dengan pertahanan. Kami juga menyetujui perjanjian antara Alnaft dan Chevron Afrika Utara mengenai evaluasi sumber daya minyak di lepas pantai Aljazair. Perjanjian ini akan membuka eksplorasi dan pembangunan proyek hidrokarbon," ungkap pejabat Aljazair, dilansir Arab News.
Mendekatnya Aljazair dengan AS dipicu oleh renggangnya hubungan dengan Rusia menyusul operasi Wagner di Mali dan Libya. Aljir sudah meminta PBB untuk mengintervensi serangan Wagner di Tinzaouatene, area perbatasan Aljazair-Mali.
Aljazair juga menolak rencana Rusia untuk menetapkan kelompok Touareg sebagai teroris. Pihaknya juga menyebut intervensi militer di Mali hanya akan berdampak buruk dan semakin merusak stabilitas kawasan Sahel.