Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Ancam Tarif 100% jika Putin Tak Hentikan Perang Ukraina

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di KTT G20 di Osaka, Jepang pada 2019. (The White House from Washington, DC, Public domain, via Wikimedia Commons)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di KTT G20 di Osaka, Jepang pada 2019. (The White House from Washington, DC, Public domain, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Trump ungkap kekecewaan terhadap Putin, mengira kesepakatan damai bisa tercapai beberapa bulan lalu
  • Kiriman Alutsista untuk Ukraina: Negeri Paman Sam akan mengirim biliaran dolar perlengkapan militer ke Ukraina
  • Bukan ancaman pertama Trump soal tarif sekunder, sebelumnya ia sudah menggunakan ancaman serupa pada Venezuela dan Iran

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengancam Presiden Rusia Vladimir Putin terkait konflik yang masih terjadi di Ukraina. Dalam pernyataannya, Trump mengultimatum Rusia agar mencapai kesepakatan damai dalam 50 hari.

Jika tidak tercapai, AS akan memberlakukan tarif sekunder terhadap Rusia dan negara-negara mitra dagangnya. Dalam konferensi pers bersama Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte di Gedung Putih, Trump mengatakan tarif tersebut bisa mencapai 100 persen.

"Kami sangat, sangat tidak senang dengan mereka. Jika dalam 50 hari tidak ada kesepakatan, kami akan memberlakukan tarif yang sangat berat. Sekitar 100 persen. Mereka menyebutnya tarif sekunder," ujar Trump, seperti dikutip dari CNBC, Selasa (15/7/2025).

1. Trump ungkap kekecewaan terhadap Putin

Pertemuan Donald Trump (kiri) dan Vladimir Putin (kanan) di Helsinki pada 16 Juli 2018. (Kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Pertemuan Donald Trump (kiri) dan Vladimir Putin (kanan) di Helsinki pada 16 Juli 2018. (Kremlin.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Trump tidak menyembunyikan kekecewaannya terhadap Presiden Putin. Ia mengira kesepakatan damai bisa tercapai beberapa bulan lalu. Namun kenyataannya, perang masih berlangsung dan tidak ada tanda-tanda kemajuan dalam negosiasi damai antara Moskow dan Kyiv.

“Saya kecewa. Saya pikir kita seharusnya sudah punya kesepakatan beberapa bulan lalu,” katanya.

Ancaman tarif ini juga mencerminkan perubahan sikap Trump, yang sebelumnya cenderung menahan diri untuk menekan Rusia secara ekonomi. Namun kali ini, ia memberikan batas waktu tegas, yakni jika tidak ada gencatan senjata hingga September, maka tarif sekunder akan mulai diberlakukan.

Tarif sekunder yang dimaksud Trump adalah sanksi ekonomi tidak langsung, bukan hanya menargetkan Rusia, tetapi juga negara atau entitas lain yang berbisnis dengan Rusia, terutama dalam hal ekspor dan impor. Kebijakan ini berisiko menimbulkan dampak besar bagi negara-negara seperti China, India, Brasil, dan Turki, yang masih membeli energi fosil dari Rusia sebagai bagian penting dari strategi energi nasional mereka.

Tarif sekunder juga bisa menjadi alat tekanan ekonomi yang kuat karena menargetkan rantai pasok global dan memaksa negara-negara lain untuk memilih berdagang dengan Rusia, atau tetap mempertahankan hubungan ekonomi dengan AS.

2. AS kirim alutsista untuk Ukraina

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (Kiri) (commons.wikimedia.org/The Presidential Office of Ukraine)
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (Kiri) (commons.wikimedia.org/The Presidential Office of Ukraine)

Selain ancaman tarif, Trump juga mengumumkan Negeri Paman Sam akan mengirim miliaran dolar perlengkapan militer ke Ukraina. Perlengkapan tersebut akan dibeli dari perusahaan pertahanan AS, tetapi dibayar oleh negara-negara Eropa dan dikirim melalui NATO ke Ukraina.

“Kami akan kirim miliaran dolar senjata, dibayar oleh Eropa, dan kami beli dari perusahaan-perusahaan Amerika,” ujarnya.

Langkah ini mengindikasikan dukungan lebih aktif dari Trump terhadap Ukraina, sekaligus memanfaatkan aliansi transatlantik untuk menyalurkan bantuan secara tidak langsung.

3. Bukan ancaman pertama Trump soal tarif sekunder

Presiden AS, Donald Trump. (Gage Skidmore, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)
Presiden AS, Donald Trump. (Gage Skidmore, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)

Trump sebelumnya sudah beberapa kali menggunakan ancaman tarif sekunder sebagai alat tekanan geopolitik. Pada Maret 2025, ia menyatakan negara-negara yang membeli minyak dari Venezuela akan dikenai tarif 25 persen.

Pada Mei, ia juga mengancam tindakan serupa bagi negara-negara yang mengimpor minyak dari Iran. Kebijakan ini terbukti memberikan dampak signifikan, terutama terhadap China, yang merupakan pengimpor terbesar minyak Venezuela.

Ancaman terhadap Rusia kali ini tampak lebih serius karena disertai tenggat waktu yang spesifik, yaitu 50 hari, dan nilai tarif yang mencapai 100 persen. Namun hingga saat ini, belum ada rincian jelas produk apa saja yang akan terkena dampak langsung dari tarif sekunder terbaru.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dheri Agriesta
EditorDheri Agriesta
Follow Us