Trump Bantah Berita AS Tawarkan Bantuan Nuklir Rp486 Triliun ke Iran

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membantah laporan yang menyebut negaranya mempertimbangkan bantuan hingga 30 miliar dolar AS (Rp486,1 triliun) untuk program nuklir sipil Iran. Ia menyebut kabar itu sebagai kebohongan, idenya bahkan tidak pernah dibahas.
“Siapa di media berita palsu yang mengatakan bahwa ‘Presiden Trump ingin memberikan Iran 30 miliar dolar AS untuk membangun fasilitas nuklir non-militer’? Saya tidak pernah mendengar ide konyol ini.” tulis Trump melalui unggahan di Truth Social.
Pernyataan itu merespons laporan CNN dan NBC News yang mengutip sumber anonim soal insentif ekonomi guna menghentikan pengayaan uranium Iran.
1. Laporan media dan respons Trump
Pada Kamis (26/6/2025), CNN melaporkan adanya pertimbangan insentif ekonomi, termasuk pelepasan aset beku Iran, sebagai imbalan atas penghentian pengayaan uranium. Laporan itu menyebut diskusi masih awal dan belum ada keputusan.
Sehari kemudian pada Jumat (27/6/2025), NBC News menguatkan informasi tersebut dengan menyebut bahwa bantuan senilai 30 miliar dolar AS (Rp486,1 triliun) untuk program nuklir sipil menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan. Namun, belum ada keputusan final.
Trump langsung merespons laporan itu di Truth Social, menyebutnya sebagai hoaks yang bertujuan menjatuhkan reputasinya.
2. Ketegangan dan serangan militer
Sejak April 2025, AS dan Iran menggelar pembicaraan tidak langsung soal program nuklir Iran, yang diklaim Teheran bersifat damai. Namun, perundingan terhenti setelah serangan Israel ke Iran pada 13 Juni 2025 memicu konflik 12 hari.
Pada Sabtu (21/6/2025), Trump mengumumkan gencatan senjata Israel-Iran, disusul serangan udara AS ke tiga situs nuklir Iran: Fordo, Natanz, dan Isfahan.
“Serangan kami telah menghancurkan kemampuan nuklir Iran selama beberapa dekade,” ujar Trump dalam konferensi pers KTT NATO di Den Haag, dilansir BBC.
Namun, laporan intelijen awal dari Defense Intelligence Agency (DIA) menyebut kerusakan hanya menunda program Iran beberapa bulan.
“Intelijen itu sangat tidak meyakinkan. Pilot kami menghantam sasaran dengan sempurna,” ujar Trump menanggapi laporan tersebut, dilansir CNN.
3. Reaksi dan prospek diplomasi
Laporan soal bantuan nuklir sipil memicu perdebatan arah kebijakan luar negeri Trump, yang menarik AS dari kesepakatan nuklir JCPOA pada 2018.
“Keputusan Trump keluar dari JCPOA telah membawa Iran lebih dekat ke bom nuklir,” ujar Senator Jeanne Shaheen, anggota Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, dikutip The Guardian.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan tidak ada bukti Iran mengembangkan senjata nuklir. Direktur Rafael Grossi menyebut tingkat radiasi di kawasan Teluk tetap normal usai serangan, menandakan tidak ada kebocoran.
“Dari perspektif keamanan nuklir, data saat ini menunjukkan situasi terkendali,” ujarnya, dilansir The Times of Israel.
Meski Trump membantah adanya rencana bantuan, sejumlah analis menilai insentif ekonomi bisa jadi kunci untuk memulai kembali diplomasi.
“Jika Iran merasa tertekan pasca-serangan, mereka mungkin mau berunding,” kata seorang diplomat Arab.