Nama Trump Muncul Berkas Jeffrey Epstein

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan telah diberi tahu bahwa namanya tercantum dalam berkas penyelidikan Jeffrey Epstein sejak Mei lalu. Jeffrey Epstein adalah mendiang miliarder yang terjerat kasus perdagangan seks anak di bawah umur.
Laporan ini pertama kali dirilis The Wall Street Journal pada Rabu (23/7/2025). Sebelumnya, Trump pernah membantah mengetahui informasi ini. Sementara itu, Gedung Putih telah menepis isu ini dan menyebutnya sebagai berita bohong.
1. Bukan bukti keterlibatan Trump dalam kasus Epstein
Menurut laporan, informasi ini disampaikan dalam sebuah pengarahan rutin di Gedung Putih oleh Jaksa Agung Pam Bondi. Selain Trump dan Bondi, hadir pula Wakil Jaksa Agung Todd Blanche.
Dalam pertemuan itu, Bondi menyatakan Trump bahwa namanya dan beberapa tokoh terkenal lain muncul dalam berkas. Namun, informasi terkait nama-nama ini dianggap masih sebatas kabar angin yang belum terverifikasi kebenarannya. Adanya nama Trump dalam berkas semacam ini juga tidak secara otomatis membuktikan keterlibatannya dengan kasus Epstein, dilansir CNBC.
Penyelidik juga dilaporkan tidak menemukan bukti adanya daftar klien Epstein maupun temuan yang menyangkal penyebab kematiannya karena bunuh diri. Kementerian Kehakiman AS (DOJ) dan FBI sendiri telah menyimpulkan bahwa tidak ada temuan dalam berkas tersebut yang memerlukan investigasi atau penuntutan lebih lanjut.
"Tidak ada dalam berkas tersebut yang memerlukan penyelidikan atau penuntutan lebih lanjut, dan kami telah mengajukan mosi di pengadilan untuk membuka transkrip dewan juri yang mendasarinya. Sebagai bagian dari pengarahan rutin, kami memberitahu Presiden mengenai temuan tersebut," kata Bondi dan Blanche dalam sebuah pernyataan bersama, dikutip dari CNN.
2. Trump ditekan untuk segera merilis berkas Epstein
Pengarahan itu berlangsung beberapa minggu sebelum DOJ mengumumkan tidak akan merilis berkas Epstein ke publik pada 7 Juli. Keputusan ini membuat kecewa pendukung Trump yang mengharapkan transparansi terkait dugaan keterlibatan tokoh publik dengan Epstein.
Menghadapi tekanan tersebut, Trump sempat memerintahkan Bondi untuk meminta pengadilan membuka transkrip dewan juri terkait kasus itu. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh hakim federal Florida karena alasan prosedural.
Di saat yang sama, tekanan dari Kongres juga semakin kuat, dengan adanya seruan dari kedua partai untuk merilis semua dokumen. Sebuah subkomite Pengawasan DPR AS bahkan sudah mengambil suara untuk melayangkan panggilan paksa kepada DOJ.
Saat ditanya wartawan ini mengenai apakah Bondi memberitahunya soal namanya di dalam berkas, Trump menyangkalnya.
"Tidak, tidak. Dia hanya memberi kami pengarahan yang sangat singkat, dan itu pun soal kredibilitas dari berbagai hal yang mereka lihat," jawab Trump pada awal bulan, dilansir dari Al Jazeera.
3. Trump mengaku sudah lama putus hubungan dengan Epstein

Gedung Putih mengklaim isu ini adalah serangan politik yang sengaja direkayasa oleh lawan-lawan Trump.
"Faktanya, presiden justru pernah mengusir (Epstein) dari klubnya karena dianggap aneh. Ini tidak lebih dari kelanjutan cerita berita bohong yang dibuat oleh Demokrat dan media liberal, sama seperti skandal Russiagate Obama, yang mana Presiden Trump terbukti benar," kata Direktur Komunikasi Gedung Putih, Steven Cheung, kepada CNN.
Trump dan Epstein diketahui pernah berteman pada era 1990-an hingga awal 2000-an. Namun, pada 2019 Trump menyatakan hubungan mereka telah berakhir sejak lama setelah terjadi sebuah perselisihan.
Baru-baru ini, tekanan terhadap Trump juga datang dari laporan lain oleh The Wall Street Journal. Laporan itu mengungkap adanya sebuah surat bernada cabul dengan tanda tangan Trump yang dikirim untuk ulang tahun Epstein pada 2003.
Trump membantah tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai surat palsu. Ia mengaku tidak mengenali sama sekali gaya bahas surat tersebut. Trump telah mengajukan gugatan pencemaran nama baik senilai 10 miliar dolar AS (sekitar Rp162 triliun) terhadap perusahaan induk WSJ.