3 Alasan Indonesia Pilih Korsel untuk Kembangkan Industri Jet Tempur

Indonesia-Korsel membangun KFX/IFX atau KF-21 Boramae

Jakarta, IDN Times – Kementerian Pertahanan (Kemhan) mengungkap alasan di balik pemilihan Korea Selatan (Korsel) sebagai mitra untuk mengembangkan industri pertahanan Indonesia. Kedua negara saat ini berkolaborasi dalam pengembangan jet tempur KFX/IFX atau KF-21 Boramae.

Proyek KFX/IFX sendiri diteken pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan kini sudah menghasilkan empat purwarupa (prototype), yang menjawab keraguan banyak pihak setelah berhasil mengudara.

“Negosiasi (proyek) sudah selesai pada 2012. Banyak orang bertanya, kok ini mahal banget proyeknya. Kalau beli bisa jauh lebih murah. Jadi, jangan samakan antara pengadaan dengan pengembangan, karena pengembangan ini seperti investasi,” kata Direktur Teknologi dan Industri Pertahanan di Kemhan, Marsma TNI Dedy Laksmono, dalam workshop yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia dan Korea Foundation pekan lalu.

“Kalau sudah masuk fase produksi, nanti komponen atau sayap untuk KFX/IFX dari seluruh dunia bisa dibuat di Indonesia. Artinya, industri kita hidup dan ada spill over ekonomi. Mereka yang belajar teknik penerbangan kemudian punya lapangan kerja, sehingga mereka tidak diserap di pasar luar negeri,” tambah Dedy.

Baca Juga: Kenapa Indonesia Kesulitan Bayar Proyek Jet Tempur KF-21 ke Korsel?

1. Korsel tidak keberatan lakukan ToT

3 Alasan Indonesia Pilih Korsel untuk Kembangkan Industri Jet TempurWorkshop yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation pada Jumat (27/10/2023).

Adapun alasan pertama Korsel dipilih sebagai mitra Indonesia adalah ketersediaan negara tersebut untuk melakukan transfer teknologi (transfer of technology/Tot).

Pada era SBY, Indonesia sebenarnya tinggal selangkah lagi untuk mendapatkan jet tempur dari Amerika Serikat (AS), yang saat itu dipimpin oleh Barack Obama. Dia pun menyampaikan minatnya untuk melakukan ToT dalam proses pengadaan.

“Karena Obama punya hubungan spesial dengan Indonesia, dia mau tuh untuk memberikan sejumlah teknologi kepada Indonesia. Tapi, akhirnya gak jadi karena harus butuh izin dari kongres. Akhirnya kita harus mencari kerja sama dari negara lain,” kata Dedy.

Dia menyambung, “situasinya saat itu yang mau ada proses ToT hanya Korea. Dan pada masa itu Presiden SBY juga sangat dekat dengan Korea, karena kita termasuk negara pertama yang membeli produk alutsista mereka. Jadi ini merupakan bentuk penghargaan dan dukungan juga terhadap Korsel.”

Baca Juga: Korsel Tagih Pelunasan Jet Tempur KF-21, Prabowo: Kami Akan Selesaikan

2. Korsel bersedia buat jet tempur sesuai kebutuhan Indonesia

3 Alasan Indonesia Pilih Korsel untuk Kembangkan Industri Jet TempurPilot TNI Angkatan Udara, Kolonel Pnb Muhammad Sugiyanto yang sukses melaksanakan penerbangan uji perdana pesawat KFX/IFX 'Boramae'. (www.instagram.com/@militer.udara)

Selain ToT, Indonesia juga bisa berkompromi dengan Korsel seputar spesifikasi jet tempurnya. Tuntutan itu merupakan mutlak sebagaimana dituliskan dalam berbagai undang-undang seputar alutsista dan pertahanan negara.

Menurut Dedy, Indonesia butuh pesawat dengan mesin ganda (twin engine), sehingga mampu terbang dari wilayah barat hingga timur. Di sisi lain, Korea juga siap bernegosiasi untuk harganya.

“Karena undang-undang mewajibkan kita untuk membeli alutsista yang sesuai kebutuhan pertahanan Indonesia. Nah, yang kita butuhkan adalah pesawat yang bisa terbang jauh. Jet Korea pada umumnya hanya one engine, tapi mereka tidak keberatan menyesuaikan dengan kebutuhan Indonesia,” ujar Dedy.

3. Potensi Indonesia-Korsel berkonflik sangat kecil

3 Alasan Indonesia Pilih Korsel untuk Kembangkan Industri Jet TempurPresiden Joko Widodo (kanan) menyambut kedatangan Presiden Republik Korea Selatan Yoon Suk Yeol, sebelum ASEAN-Republic of Korea (ROK) Summit ke-24 di Jakarta, Rabu (6/9/2023). (ANTARA FOTO/Media Center KTT ASEAN 2023/Dwi Prasetya)

Alasan terakhir adalah potensi Indonesia berkonflik dengan Korsel di masa depan sangat kecil. Selain jarak geografisnya yang cukup jauh, Korsel juga tidak punya riwayat menjadi negara penjajah.

Secara politik, Korsel dikenal sebagai negara yang menjalin hubungan baik dengan banyak negara. Sehingga, ketika Jakarta membangun kemitraan dengan Seoul, maka kedekatan itu tidak akan membuat pihak lain ketar-ketir.

“Kita juga tidak pernah punya masalah dengan Korea,” imbuh Dedy.

Baca Juga: Korsel Tagih Pelunasan Jet Tempur KF-21, Prabowo: Kami Akan Selesaikan

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya