AS Sebut Rusia Bisa Menyerang Ukraina Besok atau Pekan Depan

AS telah mengirim 3.000 pasukan ke Eropa timur

Jakarta, IDN Times – Penasihat keamanan Gedung Putih Amerika Serikat (AS), Jake Sullivan, mengatakan bahwa Rusia dapat menginvasi Ukraina dalam beberapa hari atau minggu ke depan. Kendati begitu, Rusia masih mempertimbangkan jalur diplomasi untuk mengamankan kepentingannya di Ukraina dan Eropa timur.  

“Setiap hari dari sekarang, Rusia dapat mengambil tindakan militer terhadap Ukraina, atau Rusia dapat memilih untuk mengambil jalur diplomatik sebagai gantinya,” kata Sullivan kepada Fox News pada Minggu (6/2/2022).

Sebelumnya, dua pejabat AS dengan syarat anonim mengatakan kepada Reuters, sekitar 70 persen dari kekuatan tempur Rusia telah disiagakan untuk menginvasi Ukraina dengan skala penuh.

1. Rusia memiliki kemampuan untuk menginvasi Ukraina kapan saja

AS Sebut Rusia Bisa Menyerang Ukraina Besok atau Pekan DepanKendaran anti-udara 2S38 Derivatsiya milik Rusia dalam parade militer Hari Kemenangan Perang Patriotik Raya yang sempat tertunda, pada 24 Juni 2020. twitter.com/Defence_blog

AS dan negara-negara barat menuduh Rusia, yang menganeksasi Krimea pada 2014, akan menginvasi Kiev setelah mengumpulkan lebih dari 100 ribu pasukan di perbatasan Ukraina. Rusia berjanji akan menarik pasukan dan menyudahi krisis dengan Ukraina, dengan catatan NATO menolak proposal keanggotaan Ukraina.

Sullivan memprediksi Donbass, wilayah di Ukraina yang menjadi basis separatis yang didukung oleh Rusia, akan menjadi kawasan yang pertama kali dicaplok oleh Rusia jika invasi terjadi. Jika serangan fisik belum terjadi, bisa saja serangan siber melanda kota itu terlebih dahulu.

“Kami percaya ada kemungkinan yang sangat jelas bahwa Vladimir Putin akan memerintahkan serangan ke Ukraina,” ujar dia.

“Ada beragam bentuk (invasi) yang berbeda. Paling cepat bisa terjadi besok (hari Senin) atau mungkin beberapa minggu lagi. Dia (Putin) telah menempatkan militer di posisi yang dapat bertindak agresif kapan saja,” sambung Sullivan.

Baca Juga: Erdogan: AS-Eropa Tidak Berkontribusi Akhiri Krisis Rusia-Ukraina

2. AS telah mengirim 3.000 pasukan ke Eropa timur

AS Sebut Rusia Bisa Menyerang Ukraina Besok atau Pekan DepanPresiden Amerika Serikat dari Demokrat Joe Biden mengunjungi Barrio Cafe saat tur bus usaha kecil sambil berkampanye di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat, Kamis (8/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque)

Di tengah eskalasi konflik, Ukraina terus berusaha menenangkan masyarakat. Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, meminta warga untuk mengabaikan prediksi apokaliptik atau kemungkinan kejatuhan negeri. Dia mengatakan bahwa Ukraina mendapat dukungan internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya.

AS menegaskan untuk tidak mengirim tentara ke Ukraina yang bukan anggota NATO. Namun, Washington telah memberikan senjata kepada Kiev dan mengirimkan hampir 3.000 tentara tambahan ke kawasan Eropa timur, termasuk Polandia dan Rumania.  

Pesawat yang membawa pasukan AS ke Polandia telah mendarat pada Minggu. Sebelumnya, Pentagon menginformasikan bahwa ada 1.700 pasukan yang dikirim ke negara tersebut.

Sejauh ini, Biden belum menyampaikan rencananya untuk menambah pasukan di Eropa timur.

3. AS dan negara barat juga siapkan sanksi untuk Rusia

AS Sebut Rusia Bisa Menyerang Ukraina Besok atau Pekan DepanPresiden Tiongkok Xi Jinping saat melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. ANTARA FOTO/Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin via REUTERS

AS dan sekutunya mengancam Rusia dengan sanksi ekonomi jika invasi terjadi. Wakil Menteri Keuangan AS, Wally Adeyemo, mengatakan bahwa sanksi pada tingkatan apapun dapat memberikan dampak kepada Putin, mengingat Rusia memiliki ketergantungan tinggi kepada Eropa sebagai mitra dagang terbesar.

Setiap hari, lembaga keuangan Rusia melakukan transaksi keuangan senilai sekitar 46 miliar dolar AS secara global, dengan 80 persen di antaranya dalam dolar, kata Adeyemo. Mitra dagang terbesar Rusia adalah Eropa, menyumbang sekitar 40 persen dari perdagangan Rusia.

“Ketika AS dan Eropa bertindak bersama, sanksi akan memberikan dampak terhadap seluruh hak yang berkaitan dengan ekonomi Rusia secara keseluruhan,” kata Adeyemo kepada CBS News.

Ketika ditanya kemungkinan Rusia beralih ke China, Adeyemo bersikeras bahwa sanksi dari AS dan Eropa tetap akan memberatkan ekonomi Rusia.

“Elite Rusia tidak menaruh uang mereka di China. Mereka menaruh uang mereka di Eropa dan Amerika Serikat," kata Adeyemo.

Baca Juga: AS Sebut 70 Persen Pasukan Rusia Siap Invasi Total Ukraina

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya